duapuluh dua [end]

682 74 27
                                    




Setelah selesai nonton inauguration, Jennie jadi nggak enak sama mahasiswa lain yang nggak kebagian tiket. Merasa dispecialin gitu aja, sedangkan Jennie bukan panitia atau ikutan ngebantuin. Jennie Cuma mahasiswa baru yang belom bisa masuk Hima atau BEM karena belum ada pendaftarannya. 

Gimana Hanbin yang bernasib sama dengan Jennie? Apa Hanbin dispecialin juga?

"Gapapa, Jen. Jangan ngerasa bersalah kan elo udah beli tiket jauh hari, lagian yang nggak bisa masuk itu yang belom beli tiket sampai hari H." Jawaban Hanbin yang membuat Jennie mengangguk.

"Kok lo tau?" tanyanya lagi yang membuat Jennie sangat penasaran, bagaimana bisa seorang Hanbin yang seangkatan dengan Jennie sudah seperti panitia inauguration.

"Gue dikasih tau sama bang Jay. Dan gue merasa khawatir sama lo, kata Bobby lo belum dateng kejebak macet dan belum masuk gor. Gue minta bantuan sama bang Jay buat bisa masuk lewat pintu belakang," Hanbin menjelaskan sambil menatap Jennie, Jennie bingung mau bereaksi kayak gimana, hatinya udah deg-degan duluan deket sama Hanbin sejak di dalam gor tadi.

Hanbin tak segan meminta bantuan kepada Jinhwan, karena waktu ospek Jinhwan adalah kakak Time Linenya dan lumayan akrab. Tapi Jinhwan nggak tau, bahwa orang yang akan diajak masuk lewat pintu rahasia itu adalah Jennie. 

Hembusan angin malam itu membuat beberapa rambut Jennie mengikuti arahnya. Hanbin dan Jennie duduk dibangku yang menghadap ke jalanan, seluruh mahasiswa yang lain berbondong-bondong untuk pulang, hanya beberapa saja yang masih lalu lalang disekitaran gor.

"Jen," panggilnya dengan nada tertahan, "jangan hindarin gue lagi," ucap Hanbin membuatJennie terdiam tak menjawab, merasa kaget dengan perkataan Hanbin. "Karena gue bukan orang yang pantes lo hindarin," katanya lagi dengan sesekali menatap Jennie, yang ditatap diam menunduk mendengarkan.

"Jangan berhenti chat gue, gak ada chat dari lo rasanya hampa, Jen. karena chat lo udah berhasil buat gue semangat ngelakuin semua hal."

Perkataan Hanbin sudah bisa membuat wajah Jennie memerah. Pasalnya, teka-teki itu sudah mulai muncul jawabannya satu persatu, dan Jennie hanya perlu mendengarkan kepingan-kepingan jawaban yang lain yang dilontarkan dari Hanbin.

"Jen, bertahan itu emang sulit apalagi bertahan dengan orang yang nggak tau dia suka lo apa nggak. Jangan berhenti berharap apa yang hati lo pengen. Lo nggak rapuh sendirian, Jen."

"M-maksudnya?"

"Dulu pas ospek hari ketiga gue sengaja biar dihukum bareng lo, eh jadinya malah dihukum keterusan," ucap Hanbin sambil sesekali senyum membayangkan. "Waktu temen-temen ospek sibuk nyari tanda tangan kakak TL, gue Cuma sibuk nyariin lo dan berhasil kenalan dihari itu, yang cara lo natap gue dan berusaha mau ngehapus lipstik hukuman gue, dan itu udah bisa bikin gue berharap sama lo." perkataan Hanbin kali ini benar-benar membuat hati Jennie deg-degan nggak karuan. Dan masih sangat amat ingin mendengarkan lebih perkataan Hanbin lagi. 

"Tapi, ketika lo jauh dan gue nggak paham itu, gue semakin mikir, gue Cuma bertahan sendirian di sini dengan kerapuhan-kerapuhan itu." jawabnya lagi yang sekarang membuat Jennie buka suara.

".... Lo nggak sendirian yang bertahan, Bin," kata Jennie yang sekali-kali menatap Hanbin, "Karena di sini gue juga bertahan apa yang hati gue pengen." lanjutnya dengan kata-kata yang sedikit tertahan. 

"Ketika lo sama cewek lain, gue jadi mikir gue pantes nggak buat deketin lo lagi dan masih bisa belajar sama lo lagi, karena gue nggak mau jadi orang ketiga di kehidupan kalian." Ucapan Jennie keluar begitu saja, karena memang Jennie pengen tau Hanbin itu beneran punya cewek atau nggak.

BerHaRap ✔Where stories live. Discover now