sepuluh

915 150 49
                                    


"Gara-gara jujun, bangsatin emang ah punya sodara magadir!"

"Jujun ogeb!"

"Jujun gila!"

"Jujun bangsat!"

"Jujun kadal!"


Jennie lagi-lagi sumpah serapah di tengah jalan sambil menunggu lampu hijau menyala.

Semua ini gara-gara si playboy June. 

Niatnya mau datang sepagi mungkin biar di cap MABA paling rajin, eh ternyata hancur sudah gara-gara June merubah alarm wekkernya dari jam 5 subuh berubah menjadi jam 7 pagi. Edan!

Sedangkan matkul Jennie dimulai dengan pukul 7.30 pagi.

Drrttt

Drrttt

Drrrtt

Jennie merogoh handphonenya di saku celana dan langsung mengusap tanda hijau untuk mengangkat telpon dari si gadis pemburu cogan.

Handphonenya diselipkan di sebelah kiri, karena Jennie menggunakan helm.

"Hallo Lis,"

"Jen, di mana lo? bentar lagi masuk begeeee."

"Otista, merayap."

"Merayap? Lo punya jaring laba-laba?"

"Iya! Ini gue lagi sama Spiderman. Ya gak lah, ini teh keur macet Lis!"

"Kirain gue beneran, kalo ben- Jen..Jen..buru dosennya udah dateng lagi naik tangga, ini gue lagi jalan ke kelas. Anjir ganteng, gils dia liatin gue."

"Serius?"

"Dua rius, gue ini jalan cepet udah di ruangan sama Rose."

"Sama orang ganteng juga!" nimbrung Bobby di seberang.

"Gue CBT ah ini macet gara-gara demo angkot."

"BURU JEN..1..2.."

Tuuutttt..

Ttuuuttt..

Ttuuuttt..

Belum sempat Jennie bicara, telpon sudah di tutup oleh Lisa.

Jennie menghela nafas yang sangat panjang sepanjang jalan kenangan.

Salah satu hal yang membuat kesal adalah macet. Di mana kita harus menetap di jalan sambil menunggu dengan waktu yang tidak tahu sampai kapan.

Kayak gebetan yang enggak tahu nembak kapan meninggalkan rasa kekhawatiran yang begitu memilukan sampai bertahan dengan harapan.

Hmm..

Jennie yang niatnya mau CBT alias cabut , jadi ingat sesosok Hanbin yang mengajaknya belajar bareng.


Ralat.

Jennie yang meminta supaya dibimbing oleh Hanbin untuk mengerjakan tugasnya.


Dengan semangat kemerdekaan agar nilai IPK tinggi, dan dengan semangat bertemu dengan bintang. Jennie menstaterkan motornya penuh waspada agar terhindar dari abang-abang angkot yang lagi demo.

Jennie harus ke kampus!

Jennie nggak boleh nyerah! 

Jurus sat set sat set yang Jennie miliki cukup membuat dirinya dan motornya mulus tak terkena dorongan para monster angkot.

Akhirnya dengan selap selip seperti abang oci alias Valentino Rosie di sirkuit, Jennie lolos dari kerumbunan abang-abang angkot yang bersorak sorai sambil mengangkat bendera hijau dan putih pertanda perdamaian.

Jangan ditanya, Jennie gitu-gitu pernah menang balapan sepeda mengalahkan June dan teman TK seperjuangannya. Padahal yang ngajarin sepedanya si June, tapi yang menang malah si Jennie.

Kata June, biar Jennie bahagia bisa menang balapan.

Kecilnya sih bermulut manis gedenya bermulut iblis.

Cih June.

Sepuluh menit berlalu, Jennie sudah sampai di tempat parkiran motor kampusnya yang terletak di B2, sambil mengecek keadaan motor dan melepaskan helm. Jennie langsung berjalan menuju lift yang terbuka sambil merapihkan rambut dengan jari jemarinya.

Ting!

Tanpa babibu lagi, Jennie langsung berjalan cepat menuju ruangan.

Setelah sampai di depan pintu, Jennie menghela nafas berkali-kali agar tetap tenang.

Ceklek

"Silahkan duduk," ucap dosen berambut cepak itu mempersilahkan masuk.

Untung saja, dosen ganteng itu membuat Jennie tidak terkena serangan jantung atau di keluarkan dari kelas karena keterlambatannya.

Terkadang salah satu perlakuan itu membuat Jennie semakin 'aku padamu' pada dosen itu. Bukan terlalu menyepelekan aturan, tapi karena ini hari pertama Jennie melihat dosen seganteng dan sebaik itu, membuat dirinya semangat untuk kuliah.

Padahal sih, yang membuat semangat kuliah Cuma gebetan.

Jennie duduk di salah satu kursi kosong paling pojok, karena ruangan itu sangat di padati oleh mahasiswa.

Dengan santai Jennie membuka binder dan pulpen untuk mencatat. 

Tik

Tok

Tik

Tok

Tik

Tok

Suara jam berdetik, membuat suasana kelas semakin sunyi karena dosen yang cakepnya aduhai itu tidak mengeluarkan suara sedikitkpun atau anak-anak terlalu serius fokus ke depan mencatat apa yang dosen catat di papan tulis.

Jennie yang dari tadi menunduk sekarang beralih melirik kanan kiri mencari sesosok Lisa atau Rose, lirikannya beralih ke arah dosen yang seketika membalikkan badan menghadap para mahasiswa. 

"Ada yang mau bertanya?" kata dosen itu setelah selesai menulis materi di papan tulis.

Dengan kekuatan sepuluh tangan sabun easy dan kekuatan seribu bayangan milik naruto, Jennie mengacungkan tangan kanannya ke atas.

"P-Pak," ucap Jennie.

Para mahasiswa di ruangan itu langsung menoleh pada Jennie.






Dan ternyata  Jennie baru sadar kalau dirinya salah memasuki ruangan.




Amsyong.








Tetapi di salah satu mahasiswa itu ada yang memerhatikan Jennie, ada senyum manis di bibirnya.

BerHaRap ✔Where stories live. Discover now