"Ish, awas! Gue mau duduk," usir Naomi mendorong bahu Ken untuk beranjak dari kursinya.

"Apa?" sahut Ken membuat Naomi memutar bola matanya malas.

Naomi menarik napasnya dalam siap memarahi laki-laki di depannya ini, "Lo budek, gue bilang awas!"

"Nggak!"

"Ish, Ken gue mau duduk. Lo pergi aja! Ini tempat gue!"

"Tempat lo? Ini sekolah punya siapa emang?" tanya Ken tersenyum miring sambil mengangkat sebelah alisnya.

Naomi gelagapan, ia tahu jika ini adalah sekolah milik Om Dhani, Ayahnya Ken. "Hah--ya ini sekolah bokap lo! Bukan punya lo!"

Ken terkekeh terlihat sangat manis sekali tetapi Naomi membuang pikirannya itu dan melihat wajah Ken yang menyebalkan.

"Nah, itu tau." jawab Ken tanpa melihat ke arah Naomi.

Ken merogoh saku celananya dan mengeluarkan bungkus rokok plus dengan korek apinya membuat mata Naomi membulat kaget.

"KEN! LO NGEROKOK LAGI?!" tanya Naomi histeris saat melihat Ken menghidupkan rokoknya.

Ken tidak mengubris gadis di hadapannya, ia tetap menyalakan rokoknya tidak peduli dengan kesehatannya. Naomi semakin terbelalak melihat Ken yang tidak mendengar ucapannya. Dengan cepat Naomi menepis tangan Ken yang memegang rokok sehingga membuat rokoknya terjatuh.

Ken menatap tajam Naomi lalu menghela napasnya gusar. Memalingkan wajahnya ke arah lain enggan menatap gadis di depannya.

"Maaf." cicit Naomi pelan sambil menunduk karena takut Ken akan marah.

"Gue nggak mau lo ngerokok!" lanjut Naomi berusaha mendongak menatap Ken.

"Kenapa?" tanya Ken yang melihat Naomi menunduk kembali.

Naomi menghela napasnya dan memberanikan diri menatap laki-laki jangkung di depannya, "Rokok gak baik buat kesehatan! Gue udah bilang berapa kali sama lo 'kan!"

"Terus?"

"Ya, gue gak mau lo kenapa-napa!" kesal Naomi sembari memainkan ujung roknya.

Tanpa di sadari, sebuah senyuman tipis dari bibir Ken saat mendengar gadis di depannya yang mengkhawatirkannya.

"Lo peduli sama gue?"

"Hah--ya itu apa, sih!"

Ken terkekeh melihat ekspresi Naomi yang sangat menggemaskan. Sesuatu hal yang Ken rindukan saat kini sudah tidak bersama Naomi lagi. Rindu yang mendorong hati untuk ingin bersamanya lagi saat semesta sudah tidak berpihak kepadanya.

"Mau balikan?" tanya Ken menatap Naomi dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Gue sayang sama lo, Nom."

Naomi tidak bergeming, berusaha mencerna kembali ucapan Ken barusan. Hatinya seolah-olah berhenti berdetak bersamaan saat Ken mengucapkan itu kepadanya.

Naomi tidak tahu harus menjawab apa, ia bingung di hadapkan berbagai pilihan yang membuat hatinya ragu untuk menerima Ken kembali. Baru saja tadi saat jam olahraga, Naomi melihat Ken yang mengajarkan Amel bermain basket dan itu membuat Naomi ragu kepada Ken.

"Gue minta maaf, gue salah sama lo." lanjut Ken yang berusaha menyadarkan gadis berbola mata cokelat madu itu dari lamunannya.

Naomi mengerjap mendengar tuturan Ken dan menarik napasnya dalam untuk menjawab pertanyaan Ken. "Gue--gue gak mau ganggu lo sama Amel,"

"Maksud lo?" bingung Ken mengerutkan dahinya.

"Lo 'kan sama Amel pacaran, gue gak mau jadi pho." jawab Naomi dengan wajah polosnya.

Ken semakin mengerutkan dahinya bergelombang. "Gue gak pacaran sama Amel, atau siapa pun. Gue cuma sayang sama lo, Naomi."

"Gue nggak butuh ucapan lo, gue cuma butuh bukti." sinis Naomi melihat Ken yang berdiri menghadapnya.

Perempuan tidak butuh ucapan dan janji manis seorang laki-laki, perempuan hanya butuh pembuktian yang sesuai dengan ucapan pasangannya. Tidak peduli seberapa persen keyakinan ucapan laki-laki kepada perempuan jika tidak ada bukti yang membuat perempuan itu percaya kepadanya. Percuma janji manis semanis kembang gula di pasar malam, kalau ujungnya hanya ada pengkhianatan saja.

Ken menatap Naomi dan memegang bahu gadis itu, "Kalau itu mau lo, gue akan buktiin sama lo!"

Naomi tersenyum sinis dan terkekeh. "Oke gue tunggu, asal jangan selingkuh!"

"Gue gak selingkuh!"

"Bohong!"

"Nggak!"

"Nggak salah lagi?" tanya Naomi terkekeh.

"Terserah lo mau bilang apa, yang perlu lo tau kalau gue sayang sama lo, Nom." ucap Ken kembali duduk di kursinya.

Naomi menelan salivanya susah payah mendengar perkataan Ken yang terdengar sangat sungguh-sungguh. Dan Naomi juga tidak melihat kebohongan di mata Ken saat Naomi menatapnya. Karena mata itu gak pernah bohong, sama kayak hati.

Tapi Naomi berusaha menghempaskan keyakinannya itu karena ingin melihat perjuangan Ken untuk mendapatkannya.

"Ken, lo mimisan!" teriak Naomi histeris saat melihat cairan berwarna merah keluar dari hidung mancung milik Ken.

Dengan cepat Ken mengeluarkan sapu tangannya yang berada di saku seragamnya untuk mengusap hidungnya yang mengeluarkan banyak darah.

"Ken lo kenapa?" tanya Naomi dengan nada yang penuh kekhawatiran tersirat di dalamnya.

Ken menutupi hidungnya dan berdiri saat melihat tangannya yang terkena banyak darah dari hidung mancungnya. Ken tersenyum menatap Naomi yang sangat khawatir. Satu hal yang tidak ingin Ken lihat adalah kekhawatiran seseorang yang ia sayangi.

"Gue gak apa-apa," ucap Ken tersenyum menatap Naomi dan langsung berlari meninggalkan Naomi sendirian di rooftop karena tidak ingin membuat Naomi semakin khawatir.

Naomi melihat punggung Ken yang semakin menjauh dan Naomi terus memanggilnya. Entah apa yang membuat Ken mimisan sehingga membuat gadis itu sangat khawatir.

Naomi diam tidak berkata apapun lagi. Hatinya sakit saat melihat Ken seperti itu. Ia tidak ingin melihat Ken kenapa-napa. Hatinya sangat mengkhawatirkan Ken, seseorang yang sangat ia sayangi.

--ooo--

Jangan lupa vote dan komen ya.
I hope you like it guys!
Hari ini insyaAllah aku mau update 2 part, pokoknya nanti tunggu malem ya insyaAllah karena kemarin tanggal 19 Maret aku ulang tahun wkwk *kode keras*

19 Maret yg bersejarah di kalender:v dan tepat di hari ulang tahunku yg ke-16 kemarin, Stay With Me ganti cover alhamdulillah🙏

Pokoknya so...big love thankyou guys!💖

Tertanda,
Wyffa baru ultah kemarin lol:v *kode*

Stay with MeWhere stories live. Discover now