Part 24

6.2K 552 14
                                    

Happy Reading....

Gabriel Pov

Entah mimpi apa aku semalam, setelah urusanku di Jerman selesai, aku segera berangkat ke Brooklyn. Aku menyewa mobil untuk mengantarkanku ke rumahku. Setelah selesai membayar mobil dan memasukan koperku, aku bergegas pergi karena tubuhku benar-benar sudah letih. Namun tiba-tiba seorang lelaki memasuki mobilku sambil menodongkan pistol ke arahku.

"Cepat jalan!" bentaknya  dan aku pun hanya bisa pasrah untuk mengikuti kemauannya.

Aku melirik bahunya yang tertembak, apa dia kepala gangster atau mafia? Tubuhku bergidik ngeri apa lagi sorot mata lelaki itu dan juga suaranya cukup menyeramkan.

"Kau tertembak, mau aku antar ke klinik?"

"Tidak." tolak lelaki itu sambil menahan sakit dan keringatnya bercucuran di pelipis wajahnya.

"Aku tak mau membawa mayat di mobilku!"

"Oh sial, bisakah kau berhenti berbicara?" bentaknya kesal, aku hanya menghela nafas. Ya sudah aku mengalah, aku membawanya ke rumahku yang berada di danau.

Lelaki itu menurunkan pistolnya sambil meringgis dan tak lama dia pun tak bergerak lagi. Aku menghentikan mobilku dan memeriksa denyut nadinya. Aku bernafas lega, ternyata hanya pingsan.

Aku segera membawanya masuk ketika sampai di rumahku. Dengan susah payah aku menyeret tubuhnya sampai ke sofa tamu.

"Kau menyusahkan Tuan.." gerutuku.

Andai saja aku bukan dokter mungkin aku sudah membuangnya ke danau, namun aku seorang dokter dan punya kode etik. Bagaimana jika aku ketahuan membuang mayat?

Aku menyiapkan peralatanku dan mulai mengeluarkan peluru yang bersarang di bahunya, menjahitnya dan memnempelkan perban. Aku menghela nafas lelah, semoga apa yang aku lakukan ini takkan menjadi masalah di kemudian hari.

Aku membuka pakaiannya yang basah oleh keringat dan darah. Tubuhnya begitu berotot dan sangat seksi. Aku jadi membayangkan Wira, kenapa wajahnya sedikit mirip?

Aku menggelengkan kepalaku, melap tubuhnya hingga bersih agar tak berbau darah dan menyelimutinya dengan selimut karena aku tak punya pakaian laki-laki.

Semalaman aku menunggunya sadar namun tak juga siuman, aku menghela nafas hari sudah hampir malam lagi, apa lelaki ini koma? Tapi aku periksa dia bernafas dan detak jantungnya normal. Akhirnya pria itu sadar dan ya Tuhan ego lelaki ini benar benar di luar nalar!

Aku sudah pusing dengan pertanyaannya tentang apa yang aku perbuat, siapa yang mengganti pakaiannya dan yang membuatku muak adalah aku mencuri kesempatan untuk melihat tubuhnya dan menyentuhnya.

"Oh yang benar saja, ya aku menyentuhmu tapi hanya untuk melepaskan pakaianmu yang penuh dengan darah!" ucapku geram.

"Aku tak mungkin meminta orang lain membuka pakaianmu di saat orang lain sudah terlelap tidur dan kau ini korban penembakan." ucapku menjelaskan.

"Kau menyukai tubuhku?" tanya lelaki gila itu.

"Apa? Tubuhmu biasa saja Tuan Mirza. Aku harap kau segera pulih dan keluar dari rumahku." ucapku ketus dan lelaki itu bangkit dari tidurnya, selimut yang menutupi tubuh telanjangnya jatuh di lantai membuatku memalingkan wajahku.

" Jangan munafik, bukankah kau sudah melihat tubuhku?" ucapnya dingin sambil berjalan menuju kamar mandi.

What? Mahluk astral darimana dia? Aku benar-benar frustasi di buatnya!!

Mirza keluar dari kamar mandiku dengan menggunakan bath robe-ku.

"Ponsel.."

"Apa?" tanyaku tak mengerti.

"Ponselmu." ucapnya lagi dan aku memberikan ponselku.

Dia membuka ponselku, sedikit terdiam karena aku menggunakan sandi di ponselku. Namun dengan mudah dia membukannya, memencet nomor dan menelepon seseorang. Apa pria di hadapanku ini seorang heacker? Aku tahu dia bukan orang biasa.

"Bawakan aku pakaian ke tempat ini." ucapnya singkat lalu menutup teleponnya dan sedikit mengutak atik ponselku dan memberikannya padaku.

"Darimana kau tahu kata sandi ponselku?"

"Aku bukan orang sembarangan jadi kau jangan macam macam." ucapnya datar namun penuh dengan aura intimidasi.

"Oke." ucapku mengalah. Aku hanya berharap dia akan segera pergi dan takkan pernah muncul lagi di hadapanku.

Beberapa orang tiba-tiba muncul dan memberkan kantong kepada Mirza dan pria itu tanpa malu melepaskan bathrobe di hadapanku dan mengenakan pakaiannya.

"Pakaikan untukku.." ucapnya sambil memberikan sebuah dasi padaku.

"Pakai saja sendiri." ucapku ketus namun pria itu malah menarik tanganku dan memaksaku memasangkan dasi.

Aku pun terpaksa memasangkan dasi untuknya.

"Apakah sudah benar?" tanya pria itu dan aku hanya mengangguk dengan malas. 

"Good.." ucapnya lalu pergi begitu saja bersama anak buahnya.

Oh Shit, tak ada kata terima kasih atau pun permisi? Ya Tuhan, aku harap pria itu benar-benar takkan pernah kembali lagi!!


Tbc

Princess Alexander (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang