Part 9

7.1K 551 14
                                    

Happy Reading....

Megan Pov

Wira menyeka air mataku.

"Aku.. Aku paham, aku tahu hubungan kita memang tak pernah di landasi cinta tapi kenapa aku merasa di khianati ya? Maafkan aku Wira.." ucapku terbata sambil terisak dan di luar dugaanku Wira memelukku.

"Jadi bagaimana?" tanyaku pedih.

"Perceraian itu harus di landasi dengan alasan kuat Wira.." ucapku lagi dengan nada bergetar menahan sakit.

"Megan..." ucap Wira sambil menangkup kedua pipiku.

"Aku khawatir kau menyukaiku, bukan aku besar kepala, tapi jujur saja, aku tak mau menyakitimu lagi. Aku putuskan untuk meninggalkanmu..." ucap Wira, aku tersenyum kecut.

"Pernikahan kita dari awal memang sebuah kesalahan dan aku tak mau memaksakan apa lagi memperumit.Dengan aku meninggalkanmu, mungkin pengadilan akan menyetujui perpisahan kita." ucap Wira lagi.

"Baiklah.." ucapku.

"Maafkan aku Megan.." ucap Wira.

"Aku akan membawamu ke Jerman dan kau bisa melakukan apa saja yang kau sukai disana dan aku melanjutkan hidupku, setelah satu tahun, kita bercerai.." ucap Wira dan ya itu masuk akal.

"Baiklah..." ucapku pasrah.

*****

Aku mengerjapkan mataku,

"Kau tampak kelelahan.." ucap Wira yang sedang duduk manis dengan secangkir kopi di tangannya.

"Hmm..." gumanku yang merasa nyaman dengan tempat tidurku dan ternyata mimpi buruk ini masih berlanjut.

"Besok kita ke Jerman." ucap Wira.

"Apa?" tanyaku kaget.

"Pihak kampus tak tahu aku menikah dan kau tahu alasanku. Jadi aku harus segera melanjutkan studiku." ucap Wira dan aku hanya tersenyum sinis lalu berdiri dan memasuki kamar mandi.

Welcome to the hell, Princess Alexander...

Wira Pov

Aku sudah menyusun rencana sesempurna mungkin, aku harap Megan tak banyak membantah karena aku memang tak suka di bantah dan ini rencana sempurnaku untuk menutupi semua dari Gabriel.

Aku memejamkan mataku mengingat pertama kali aku menembak Gabriel yang ternyata dia juga menyukaiku. Aku sangat bahagia, dia gadis pintar sekaligus dosen tercintaku.

Aku tersenyum senang sambil membayangkan wajah cantiknya dan Megan keluar dari kamar mandi membuat kebahagiaanku lenyap seketika.

"Kenapa? Lanjutkan saja lamunanmu itu Mr Mahendra.." ucap Megan sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

"Di Jerman aku akan tinggal bersama temanku Zen." ucap Megan membuatku mengernyitkan keningku.

"Siapa Zen?" tanyaku penasaran.

"Dia sahabatku, dia yang menampungku selama aku melarikan diri ke Jerman. Zen memiliki apartemen kosong dan waktu itu aku tinggal disana. " ucap Megan.

"Aku sudah menyiapkan apartemen untukmu. Aku akan kesana jika ada orang tua kita menjenguk. Jadi kita tak perlu ribet jika ada sesuatu. Kau.tinggal di sana dan jangan membatah!" ucapku dan Megan akhirnya mengangguk.

Kami pun pergi ke Jerman, aku membawa  Megan ke apartemen orang tuaku, aku harap Megan betah dan tak menggangguku lagi.

"Kau tinggal disini dan aku akan tinggal di apartemenku yang lain." ucapku sambil menyimpan kopernya.

"Ya, terserah kau Wira." ucap Megan yang tampak kelelahan dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa.

"Kau butuh jasa pembersih?"

"Tidak, aku masih bisa membersihkan ruangan sebesar ini." ucap Megan dan aku mengangguk.

"Baiklah, aku pergi." ucapku dan segera keluar dari apartemennya menuju apartemen Gabriel.

Aku sungguh merindukannya, aku jadi teringat pertama kali aku menembaknya....

Flash back

Aku menatap Gabriel yang sedang memeriksa lembar kerja mahasiswa yang sudah aku rapihkan.

"Aku senang mereka menyukai mata pelajaranku." ucap Gabriel.

"Kau memang dosen yang mengagumkan.." pujiku dengan tulus. Semua sudah selesai dan kami tinggal pulang.

Aku mengantarkan Gabriel ke rumahnya namun tiba tiba hujan turun dengan deras sehingga kami terpaksa lari ke mobil sambil hujan hujanan.

"Benar-benar cuaca yang buruk.." rutuk Gabriel dengan rambut setengah basah. Aku memberinya sapu tangan dan spontan menyeka air yang ada di wajahnya. Kami saling beradu pandang dan entah siapa yang memulai kami pun berciuman.

Bibirnya yang lembut dan hangat begitu membuatku tergila-gila.

"Aku mencintaimu Gaby..." bisikku dan wajah gadis itu merona.

"Maukah kau menjadi kekasihku?" tanyaku dan tanpa aku duga, Gabriel mengangguk.

Flash off

Aku tersenyum bahagia dan berlari ke apartemennya. Aku memencet bel dan..

"Wira?" tanya Gabriel yang tampak terkejut.

"Surprise.." ucapku sambil memberinya cindera mata yang aku beli saat aku tiba di LA.

"Masuklah.." ucap Gabriel. Aku mencium keningnya namun dia menolak.

"Mau sampai kapan kau membohongiku?" tanya Gabriel membuatku tak mengerti.

"Apa maksudmu sayang?" tanyaku dan Gabriel menyentuh cincin pernikahanku yang lupa aku lepas.

Oh sial!! 

"Aku sudah tahu semuanya." ucapnya.

Deg

Jantungku berdegup dengan kencang, sungguh aku tak mampu kehilangan Gabriel meski usia hubungan kami belum genap satu bulan, ya Tuhan bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan?

Tbc

Princess Alexander (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang