Part 23

6.6K 582 24
                                    

Happy Reading...

Wira Pov

Aku berjalan menuju rumah sakit dengan tergesa, dijalanan sungguh macet dan mengerikan membuatku terlambat menemui Megan. Aku berjalan menuju kamar Allan yang di smskan orangku.

"Wira.." panggil seseorang yang sepertinya aku kenal. Aku menatap manik mata yang dulu pernah aku kagumi.

"Gabriel.." gumanku dan dia tersenyum.

Aku berjalan ke arahnya.

"Kau disini."

"Ada beberapa berkas yang belum selesai." ucap Gabriel sambil tersenyum.

"Oh.. Kau langsung membuka tempat praktek atau masih menjadi dosen?"

"Sepertinya aku akan membuka praktek, karena itu cita-citaku yang sebenarnya... Siapa yang sakit?"

"Sahabat istriku, namanya Allan."

"Mari aku antar, dia pasienku juga." ucap Gabriel dan kami pun berjalan menuju ruangan Allan.

Aku melihat tak ada Megan di ruangan Allan.

"Kemana Megan?"

"Megan bilang sedang meneleponmu." ucap Allan.

Apa Megan melihatku bersama Gabriel? Aku memang mereject teleponnya karena aku tak enak dengan Gabriel. Aku mengambil ponselku dan menelepon Megan.

"Kau tak usah meneleponku."ucap Megan yang datang bersama seorang pria yang lumayan tampan dan tampak akrab dengan Megan.

Gabriel tersenyum ke arah pria itu.

"Zen senang melihatmu.." ucap Gabriel sambil memeluk  pria itu. Aku sedikit terkejut melihat ke akraban Gabriel dengan pria bernama Zen itu.

"Kau tampak cemburu Tuan Mahendra.." bisik Megan sambil tersenyum sinis. Aku hanya tersenyum tipis lalu merangkul pinggang Megan.

Megan tampak tak menyukai tindakanku, membuatku melepaskan rangkulanku.

"Allan, aku pulang dulu. Cepat sembuh ya...." ucap Megan sambil tersenyum manis kepada Allan.

"Aku juga pamit, cepat sembuh." ucapku sambil mengikuti Megan.

Sepanjang  jalan menuju tempat parkir, Megan hanya diam membisu. Aku mengambil kunci mobilnya dan menyetir.

"Lalu mobilmu?" tanya Megan akhirnya bersuara.

"Nanti orang kantor yang ambil, sekarang aku sedang ingin berduaan dengamu." ucapku sambil terkekeh.

"Setelah puas berduaan dengan Gabriel?"

"Aku reject teleponmu karena aku tak enak dengan Gabriel." ucapku dan Megan langsung terdiam.

Aku membawanya ke sebuah danau, entahlah aku ingin suasana romantis yang alami, berduaan dengan Megan.

"Kenapa kau membawaku kesini?"

"Kau tak suka?" tanyaku sambil menggenggam tangannya dengan erat.

"Bagaimana perasaanmu terhadap Gabriel?" tanya Megan yang sepertinya masih mencurigaiku.

Aku mengusap pipinya dengan lembut.

"Aku mencintaimu Megan.." ucapku dan istriku tampak masih ragu. Aku menangkup wajahnya dan menciumnya dengan lembut.

"Aku sangat mencintaimu..." bisikku di sela sela ciuman kami.


Mirza Pov

Mungkin ini hari tersial dalam hidupku, anak buah Lazuari begitu banyak dan aku kewalahan karena jumlah anak buahku kalah banyak. Kami terus melakukan baku tembak agar mereka takut dan kami kabur.

Dor!!

Timah panas menyentuh bahuku, oh sial. Darah mulai membasahi kemejaku dan aku melihat seorang gadis sedang mendorong kopernya dan memasukannya ke dalam mobilnya.

Tanpa berfikir panjang, aku memasuki mobil sambil menodongkan senjata ke arahnya.

"Cepat jalan!!" perintahku dan gadis itu langsung melajukan mobilnya dengan kencang.

Mobil kami sempat di kejar namun, gadis ajaib ini ternyata bisa dengan ahli mengebut di jalan raya. Kepalaku mulai terasa berat, pandanganku berkunang-kunang.

"Kau tertembak, mau aku antar ke klinik?" tanya perempuan itu.

"Tidak." tolakku walau aku bingung harus kemana aku berobat karena Daddy sedang ke Belanda bersama mamma. 

"Aku tak mau membawa mayat di mobilku!"

"Oh sial, bisakah kau berhenti berbicara?" bentakku kesal karena selain kepalaku sakit pundakku pun ikut berdenyut sakit tak karuan.

Perempuan itu hanya menghela nafas dan membawaku ke suatu tempat. Aku menurunkan senjataku, tanganku mulai terasa kebas kepalaku terasa sakit dan semua menjadi gelap!!

*****

Aku mengerapkan mataku, cahaya matahari yang menembus jendela kamar begitu menyilaukan mataku. Aku tertegun, mengingat kejadian terakhir aku tertembak, aku bangkit dari tidurku.

"Aakh..." ringgisku merasakan sakit sambil menyentuh pundakku.

"Perban?" gumanku sambil menatap luka yang sudah di perban.

"Akhirnya kau sadar juga." ucap gadis itu sambil membawakanku segelas teh.

"Aku dimana?"

"Rumahku, kau pingsan selama dua hari." ucap gadis itu sambil memberiku semangkuk bubur.

"Makanlah sesudah itu makan obatmu." ucap gadis itu.

"Apa kau memanggil dokter kemari?" tanyaku cemas. Gadis itu tersenyum.

"Kau aman, aku seorang dokter.. "

"Namaku Mirza..."

"Namaku Gabriel, Gabriel Sullivan.." ucap gadis itu ramah.

Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana?

"Makanlah.." ucap Gabriel dengan mata bulatnya membuyarkan lamunanku, Gabriel memberikan sendok kepadaku.

Kenapa jantungku jadi berdegup kencang?

Tbc

Princess Alexander (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang