Tidak ada yang aneh di foto itu. Arka dan teman-temannya terlihat senang. Senyuman dan beberapa gaya khas anak cowok yang mereka perlihatkan tidak ada yang aneh. Lalu, apa yang dimaksud 'kaget' oleh Lala?

Naura berdecak. Ia segera keluar dari akun instagramnya dan kembali pada ruang obrolannya dengan Lala.

Naura

Apa sih, La? Enggak ada yang bikin kaget. Lebay kamu...

Tak lama Lala membalas.

Lalaaa

Ya ampun, Ra. Fokus. Lihat baik-baik. Di sana ada Galuh, Raaa!! Gila, ganteng banget dia. Enggak kuat hayati.

Naura memutar bola matanya malas. "Kumat, deh."

Naura

Aku saranin obatnya cepet diminum, deh. Terus tidur. Jangan lupa tugas matematika, besok berangkat pagi dan buku udah di meja. Ngerti? Bye!

Naura berjalan menuju kasurnya. Menjatuhkan dirinya di sana ia lalu mengambil boneka beruang berwarna coklatnya. Boneka beruang pemberian Arka. Naura sadar boneka itu pemberian dari sang mantan, tetapi tidak menampik bahwa ia merasa sayang jika membuang bonekanya.

***

Bel istirahat berbunyi. Naura membawa note book berwarna birunya. Ia mengambil pulpen kecil lalu memasukkannya di saku rok abu-abunya. Ponsel senantiasa ia genggam.

Hari ini, ia berencana akan pergi ke kelas sepuluh MIPA 2 untuk menemui Arka. Seperti yang diinginkan Bu Ningsih, ia akan mewawancarai Arka.

"Mau wawancara hari ini, Ra?" tanya Lala yang tengah memakan bekalnya. Naura menoleh lalu menganggukkan kepalanya.

"Bu Ningsih kebelet biografinya jadi, La."

Lala terkekeh pelan. "Ya udah sana. Have fun, ya, sama mantan."

Naura melototkan matanya. Bibirnya mencebik. Naura pun keluar dari kelas. Sembari berjalan di koridor, Naura mengetikkan sebuah pesan kepada Arka—meminta untuk bertemu. Setelah mendapat balasan, Naura segera mempercepat langkahnya menuju gudang belakang sekolah seperti apa yang diminta oleh Arka.

Sesampainya di sana, Naura menyesal mengapa ia tidak mengajak Arka untuk bertemu di tempat lain saja selain gudang. Gadis itu menghela napasnya saat melihat Arka tengah merokok bersama anak-anak urakan yang lain, tepat di pojok gudang dimana sarangnya anak-anak pentolan sekolah menongkrong.

Naura tidak mendekat. Ia tidak suka bau tembakau dan tidak suka asap rokok.

Arka yang melihat Naura segera berdiri. Sebelum melangkah, ia membuang rokoknya lalu menginjaknya. Arka berjalan mendekati Naura lalu dengan jahil menghembuskan asap rokoknya tepat di wajah Naura.

Naura memekik. Matanya terpejam dan ia terbatuk-batuk. Arka tertawa.

"Arka! Jahil banget, sih!" Naura menepuk lengan atas Arka dengan kencang kemudian mencubit perut Arka hingga laki-laki itu meringis kesakitan.

"Sakit, Ra!"

Alis Naura menyatu. "Salah sendiri jahil."

Arka terkekeh. "Sorry, gitu aja marah," cibir Arka. Naura hanya diam.

"Kenapa minta ketemu? Kangen, ya? Minta balikan?" tanya Arka berturut-turut.

Naura kembali menabok lengan Arka. "Enggak usah ge-er." Arka kembali tertawa.

Naura memalingkan wajah. Sekuat mungkin ia menahan agar bibirnya tidak menyunggingkan senyum melihat Arka tertawa.

Naura mengulum bibirnya. Pikirannya berusaha untuk fokus pada tujuannya. "Dapat tugas ekskul jurnalistik bikin biografi tentang kamu. Aku mau mewawancarai kamu hari ini," ucap Naura.

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now