Chapter 15

14.5K 953 11
                                    

Aku seolah menemukan lagi semangatku setelah "tamparan" dari Mama. Aku memulai semuanya dengan meminta maaf ke Adya karena telah merepotkannya padahal dia juga tengah sibuk dengan persiapan pernikahannya, tentu saja ke seluruh karyawan bakery yang telah tanpa sengaja aku telantarkan. Alhamdulillah semua mengerti akan keadaanku dan memaafkan semua kekhilafanku. Benar kata Mama, walau Nadia sudah lebih dahulu ada di sana, aku harus tetap berjalan maju karena semangat Nadia akan selalu ada di sebagian jiwaku.

Tok..Tok..Tok..

Aku mendengar pintu ruang kerjaku diketok dan kepala Sari muncul dari balik pintu.

"Ada apa, Sar?"

"Itu, Bu. Ada yang mau pesan cake, tapi katanya special design."

"Lho? Biasanya di-handle Ajeng."

"Kata Mbak Ajeng designnya rumit, Bu. Mintanya banyak gitu. Mbak Ajeng takut gak maksimal, katanya biar Ibu yang mutusin mau ambil apa enggak ordernya"

"Orangnya masih di luar?"

"Siapanya, Bu?"

"Yang pesan, Sariii"

"Oh.. Iyaa.. Makanya saya ke sini, Bu, manggil Ibu buat ketemu yang mesen."

"OK. Saya kesana."

"Yang mesen ganteng, Bu. Hihihi. Tapi sama cewek cantik, udah nikah kali ya?"

"Dasar kamu.. Itu si Anto mau dikemanain?"

"Hehehe..kan cuma cuci mata doang tadi mah, Bu." Sari menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal itu sambil terus terkikik kecil.

🌸🌸🌸🌸

Aku melangkah menuju meja di sudut bakery. Karena bakery ini menyatu dengan restauran Bunda Ai, maka aku memiliki cukup ruang untuk pelanggan yang ingin makan kue di tempat atau sekedar ngopi-ngopi.

Sepintas aku melihat perempuan yang mengobrol dengan Ajeng, cantik.. Dandanannya pun modis sekali, rambutnya yang lurus di cat kecoklatan. Aku tidak bisa melihat pria di sebelahnya karena dia sedang sibuk membolak-balik katalog kue.

"Nah.. Ini Ibu Rani sudah datang, Ibu Rani ini owner sekaligus yang paling ahli buat kuenya, Bu." Ajeng memperkenalkan aku pada calon pemesan kue kami.

"Halo, saya Alisya." Katanya sambil mengulurkan tangan "Wah, ternyata masih muda ya owner-nya, saya pikir sudah berumur gitu hahaha"

Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya.

"Heh, Mas!! Ini lho owner-nya, gara-gara design kamu ribet sih.. owner sampai harus turun gunung. Lagian heran deh, mintanya ribet banget." Omel Alisya

"Ya tapikan buat ulangtahun Mama. Harus spesial, lah! Iya gak, Mbak...RANI???"

"He..Heru kan?" Tanyaku ragu. Jujur saja jika benar dia Heru teman SMA-ku, puberty hits him so hard. Sosok Heru si kutu buku yang ku kenal dulu berbadan kurus dengan rambut khas belah sampingnya. Tapi pria di depanku ini,  berbadan khas pria-pria yang rajin nge-gym dan benar kata Sari, ganteng.

"Iya... Saya Heru.. Wah, senang banget ketemu kamu di sini, it's been a long time yaaa!"

"Ya.. kita terakhir ketemu itu kapan ya? Hmm.. lima tahun lalu kayaknya ya? Pas bapaknya si Novi meninggal." Kataku sambil mengingat-ingat.

"Iya.. iya.. benar.. Gak nyangka kamu yang punya Nadia's bakery ini, aku pikir yang punya namanya Nadia, ternyata Rani. Hehehe"

"Nadia itu nama anakku."

"Ohh.. sudah berapa tahun? Pasti cantik deh kayak Mamanya"kata Alisya.

"Harusnya mau tiga tahun"

"Harusnya?? Kok??" Tanya Alisya bingung.

Aku menarik nafas panjang, masih agak berat untuk mengatakan bahwa Nadia sudah tidak ada.

"Meninggal. Nadia sudah meninggal."

"I'm sorry." Kata Alisya dengan wajah penuh penyesalan.

"Gak apa-apa, kok. Sudah mulai ikhlas sekarang sih.." aku berusaha tersenyum.

"Udah gak apa-apa, tinggal usaha lagi untuk dapat adiknya Nadia."

"Mungkin tidak dalam waktu dekat sih" kataku pelan.

"Masih trauma, Ran?" Tanya Heru.

"Bukan gitu. Saya sudah bercerai sebelum Nadia meninggal, jadi kalau mau punya anak lagi ya harus cari suami dulu kan?"

"Ah, iya juga.."

"Kalau kalian sudah punya anak berapa?"

"Kalian?" Tanya Heru bingung "Saya sama dia?? Wahahaha.. Kamu gak ngenalin dia memang Ran? Dia ini Cia, adikku yang dulu pernah numpahin air waktu kerja kelompok di rumahku itu lhoo"

"Oh.. Ya ampuuun.. pangling saya.."

"Hehehe.. Tuh kan, Mas!! Udah gue bilang jangan sering-sering jalan sama gue, gimana bisa cepet laku lo, dikira orang jadi suami gue mulu hahaha!!"

Heru tampak memerah malu.

"Udah..udah..  bisa kita bicarakan design kuenya sekarang?" Kata Heru yang mulai sebal melihat Cia tertawa terbahak-bahak.

Ternyata memang Heru meminta kue ulang tahunnya dihias dengan fondant bergambar ibunya yang memakai kebaya dan kain batik kesayangannya. Tentu saja Ajeng menyerah..Design seperti ini memang harus benar-benar detail.. Akhirnya aku akan kembali ke dapur lagi..

Setengah jam kemudian, kami telah menyepakati design dan harga kue-nya. Lalu Alisya berpamitan pulang.

"Hm... Ran.. Boleh minta nomer contact kamu?" Kata Heru

"Untuk?"

"Hmm...itu.. untuk.. diskusi kue.."

"Lagi???"

🌸🌸🌸🌸

Halo...terima kasih sudah berkenan membaca, komentar apalagi vote cerita ini. Aku senang sekali.

Oh iya, silahkan ya mampir juga ke ceritaku Wellilove. Semoga kalian suka ya.. dan jangan ragu untuk kasih komentar, saran, kritik yaaa... 😄😄

Much Love,
Rizki

ForgivenWhere stories live. Discover now