Chapter 6

12K 778 5
                                    

Jam 9.37 mobil Hadi sudah terparkir nyaman di garasi rumah Papi. Untung saja jalanan tidak macet jadi kami bisa sampai dengan cepat di sana. Ini kali ketiga aku mengunjungi Papi di rumahnya yang nyaman, masih dikelilingi pohon-pohon tinggi, dan juga banyak bunga-bunga yang terlihat sangat terawat. Tante Ai memang suka berkebun, katanya berkebun bisa melepas stress setelah seharian bekerja. Aku sebenarnya juga suka dengan bunga, tapi tidak dengan bonusnya, bertemu cacing, ulat dan kawan-kawannya. Lebih baik hanya punya halaman dengan tanaman secukupnya saja, urusan ulat aku serahkan pada Angga.

"Haloooo cucu Opa yang cantiiiiik... Aduh, sudah tambah besar, tambah cantik.. Sudah mulai jalan ya, Ran?" Sapa Papi sambil menggendong Nadia.

"Sudah, Pap!"

"Kamu dianter siapa, Ran? Mobilnya Papi baru lihat..."

Hadi memang belum turun dari mobilnya yang memang baru dibeli dua bulan lalu, sepertinya dia masih mengatur hatinya karena sudah lama tidak bertemu Papi.

"Itu, Pap.. Diantar...."

Belum selesai aku menjawab,

"My goodness   Hadiii....!!! Ai, tolong pegang Nadia dulu." Ujar Papi sambil menyerahkan Nadia kemudian berjalan cepat ke arah Hadi yang turun dari mobil. Mereka berdua berpelukan dengan sangat eratnya, aku melihat airmata di sudut mata Hadi.

"Papiii... Papi apa kabar? Maafin Hadi ya, Pi. Maafin Hadi baru datang ketemu Papi. Hadi kangen, Pii"

"Papi senang kamu datang, Di. Ini rumah Hadi juga, Papi juga minta maaf ke kamu. Papi hutang banyak penjelasan. I'm so glad that you could come visit us here, Di!"

Aku dan Tante Ai yang nampak cantik dengan kerudung birunya tak kuasa menahan haru. Air mata kami pun tumpah tanpa bisa kami bendung lagi.

"Sudah.. sudah.. Ayo masuk, kita ngobrol di dalam." Ajak Tante Ai.

🌸🌸🌸🌸

Aku duduk di ruang keluarga yang terasa sangat hangat suasananya. Memang Tante Ai pandai sekali mengatur tata letak setiap benda di rumah ini, ruangannya jadi terasa begitu lega namun tak membuat kita merasa berjarak ketika mengobrol satu sama lain. Dan yang membuat aku sangat terharu adalah ternyata Tante Ai membuatkan satu ruangan khusus untuk Nadia, berisi banyak mainan dan boneka, bak mandi bola serta perosotan yang padahal belum bisa dinaiki oleh Nadia yang baru mulai lancar berjalan.

"Rani senang akhirnya bisa ke sini lagi, ada ruangan baru buat Nadia pula. Alhamdulillah, makasih ya Pi.. Tante Ai"

"Aduuuh.. kamu kayak di rumah orang lain aja sih, Ran. Ini kan rumah Papi, Opanya Nadia, jadi ya rumah kamu juga. Tante senang malah pas beli-beli.. Pertama kali ngerasain jadi Oma, makanya semuaaa mau dibeli. Aduuuh rasanya senaaang sekali waktu belanja." Cerita Tante Ai dengan wajah sumringah sambil memeluk Nadia.

"Iya.. Waktu belanja, udah kayak Ibu-Ibu dapat uang kaget, mungkin kalau semua isi toko bisa dibeli, dibeli semua tuh! Hahaha!" Tambah Papi.

"Menikah dengan Papi kalian, Tante dapat banyak kebahagiaan. Tante bisa ngerasain punya anak, punya cucu lagi sekarang! Bahagiaaa rasanya, gak habis-habisnya Tante bersyukur sama Alloh."

"Bahagia dengan mengambil kebahagiaan orang lain apa itu yang namanya kebahagiaan sejati?" Sambar Hadi.

Seketika wajah Papi menegang, tapi wajah Tante Ai tidak menunjukkan ekspresi marah sama sekali. Dia malah tersenyum.

ForgivenWhere stories live. Discover now