Chapter 7

12.5K 845 23
                                    

Sudah dua hari Nadia panas tinggi, panasnya timbul tenggelam. Setelah diberi penurun panas, suhunya kembali normal, tapi dua jam kemudian tinggi lagi. Makanan pun tak ada yang mau ia telan, nutrisi yang bisa masuk hanya ASI dan air putih. Mas Angga sudah tiga hari menginap di rumah Mami, karena Hadi sedang keluar kota jadi Mami tidak mau sendirian di rumah.

Drrrrt...drrrrtttt....

Telepon selularku berbunyi, sengaja aku atur dalam mode getar agar tak mengganggu Nadi yang baru saja tertidur.

"Assalamu'alaikum.. Mbaaak!!"

"Wa'alaikumussalam."

"Mbak, Adya sama Papi sama Bunda baru pulang kondangan di gedung yang deket komplek rumah Mbak itu lho! Terus kangen sama Nadia, mampir boleh ya.."

"Ya Alloh, Ya... Pakai izin segala.. Ya boleh lah.."

"Hehehe.. Eh, mau dibawain apaan?"

"Gak usah, Ya.. Mendingan agak cepetan ke sini aja deh, Ya.. Mbak mau minta dianter ke rumah sakit"

"Hah? Mbak sakit??"

"Bukan Mbak.. Tapi Nadia panasnya gak turun-turun, Mas Angga lagi di rumah Mami, katanya masih ada urusan."

"Ya ampun itu laki-laki yaaa.. Anak sakit juga tetep aja keluar ih.. Papiiii udahan yuk belanjanyaa.. Ini si Nadia panas, mau ke rumah sakit... Eh, Mbak siap-siap aja ya.. Paling 15 menit sampe, kita langsung ke hospital aja deh jadi aku nyampe Mbak langsung jalan gitu...Biar Nadia cepet diperiksa"

"Oke, Ya.. Thanks ya.."

🌸🌸🌸🌸🌸

"Sebaiknya Nadia di rawat saja ya, Ran!" Ujar dr. Astri yang memang sudah menjadi dokter anak Nadia sejak Nadia lahir.

"Separah itu, Dok?" Tanya Bunda Ai dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Sebenarnya hasil tes darahnya tidak terlalu buruk, kalau mau dirawat di rumah juga oke, tapi karena Rani bilang Nadia sulit makan dan minum, saya khawatir dia dehidrasi apalagi demamnya masih agak tinggi."

"Gimana, Ran?" Tanya Bunda Ai.

"Dirawat aja deh, Dok. Saya lebih tenang kalau dia diinfus, biar ada cairan masuk juga." Jawabku.

"Oke kalau begitu, nanti bisa urus administrasinya di depan, saya pamit dulu ya. Suster, tolong dibantu ya untuk administrasinya." ujar dr. Astri sambil berjalan ke luar ruangan, sang suster mengangguk.

"Biar Adya yang urus Mbak. Bunda sama Papi di sini aja temenin Mbak Rani, oke?"

"Eh, kayaknya Papi mau beli makanan dulu deh, Rani belum makan, Ai sama Adya juga udah laper lagi kan?" Tanya Papi.

"Hehehe.. Papi tau aja, oke deh Pap. Beli burger di depan aja Pap. Enak itu, biar ga jauh juga". Saran Adya.

"Iya, Bunda setuju. Gak ribet juga makannya. Gimana, Ran?"

Aku mengangguk setuju. Akhirnya Papi dan Adya keluar dari ruang rawat Nadia. Aku memutuskan untuk menelpon Mas Angga.

"Halo, Mas"

"Kenapa, Ran?"

"Nadia dirawat, demamnya tinggi."

ForgivenWhere stories live. Discover now