Chapter 6

1.2K 38 3
                                    

Deg deg deg.....

***

" Aku pulang" alfi dengan muka dinginnya mulai membuka pintu rumah besarnya itu, di dapat ayahnya yang duduk di ruang tamu.

"Dari mana kamu anak sialan!!" Ucap ayah alfi dengan nada tinggi, cepat mendekati alfi. Dan buggggg tangannya ingin memukul alfi, namun berhasil ditangkis.

"Ohhh sudah berani melawan sekarang kamu yah? Mau jadi apa kamu hah? Setan? Iblis?"
Ayah alfi sembari melepaskan tangannya dari cengkraman anak sulungnya itu.
Alfi terdiam, ia menahan amarah yang meluap luap dalam dirinya. Ingin rasanya berkata kasar, namun apalah dayanya yang hanya dapat menahan emosi dan hanya menerima cacian ayahnya.

"Masih gak mau bilang dari mana ya? Dasar anak pembawa sial sini kamu" ucap ayahnya sembari menyeret alfi masuk sebuah ruangan gelap dan memukuli habis anak sulungnya itu dengan penuh caci maki.

"G****g"
"Anak sialan"
"Rasakan"
Bug bug pletak bug.....Bugggg...
BUGGGGGG......

Setelah beberapa lama, ayahnya pun mulai lelah tidak ada tenaga lagi. Ia pun segera melangkah pergi dari ruangan itu namun...

"Heheeehee apakah dengan menyiksa alfi ayah akan menyayangi alfi sebagaimana mestinya?" Ucap alfi dengan terbata bata akibat perihnya luka batin dan fisik yang ia terima.

"DIAMMMMMM!! Gara gara kamu isteri saya mati!!!! Mati!! Isteri yang sangat saya cintai mati!!" Timpal ayahnya dengan masih emosi tingkat tinggi.

"Kenapa ayah selalu menyalahkan alfi atas meninggalnya mendiang ibu? Apakah ayah tak pernah merasakan alfi juga merasa bersalah! Alfi tak ingin hidup yah! Mengapa dulu alfi harus dijadikan pilihan dari salah satu yang harus hidup. Lebih baik alfi tak usah hidup! Lebih baik alfi tak usah dilahirkan."  Ucap alfi setengah menahan air bening dari matanya,namun ia tak dapat menahannya. Berlinang air mata di tempat yang gelap itu, dingin.... perih, sakit... yang ia rasa.

"Memangnya kamu pikir saya yang menginginkan kamu hidup?hah???? Tidak pernah!! Saya tidak pernah ingin kamu hidup! Tapi ibumu yang membuat keputusan itu! Ia lebih menginginkanmu daripada nyawanya, ia memilihmu. Berkorban tanpa tahu akan ada yang lebih sakit setelah ibumu pergi,akan ada yang lebih terpuruk!!!" Jawab ayahnya
Dengan derai air mata kemudian melangkah pergi dan kini tinggal afi sendiri di ruangan penuh derai air mata itu.

"AHHHHHHHHHH" Buggggg bugggggg buggggg alfi dengan meninju tembok yang berada di sampingnya, mendengar semua kata dari ayahnya ia merasa terpukul. Merasa sendirian di dunia yang kejam ini, menangis menahan rindu kepada ibunya. Menangis menahan perih luka batin yang diterimanya.

"Ibu...... ibu... maafkan alfi"  alfi dengan tangisan yang tak dapat dihentikan.

Tring......
Pesan masuk lalu ia membukanya, seketika ruangan gelap itu sedikit bercahaya dari layar handphonenya.
Emmm fi? Lo udah nyampe?
Pesan dari anin, secepat kilat ia membalasnya.
"Udah, nin besok gua minjem lo sehari boleh ya?"

"Iiihhhh brengsek amat nih cowok!! Najis kali dipinjem, emang gua apaan" anin mengerutu di kamar hangatnya.

Ia pun membalas pesan dari alfi
"Mau ngapain sih? Dipinjem segala emang gua apaan!" Balas anin

"Hahaha cewek dasar, ya gua mau minjem lo ada penting" balas alfi.

"Penting penting!! Kalo cuma buat minjem buku awasss aja" balas anin

"Nggak nin, kali ini beneran penting banget" balas alfi

"Oke sampai ketemu besok kunyuk" balas anin

Seketika alfi mulai menyunggingkan senyum meski terlihat sakit untuk itu, lukanya semakin terasa. Darah dan air mata bercampur saat itu, di ruangan gelap nan dingin.

Alfi pov
Terima kasih anin..
Alfi pov end...

Happy reading maaf kalo ngebosenin ceritanya 😣
😊😊😊
Ditunggu komen komennya dan saran sarannya.....



An Imposible First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang