Ken dengan wajahnya yang kembali datar duduk di kursi yang satu meja dengan Naomi hanya saja berhadapan membuat Naomi semakin mati kutu.

"Gue izin duduk disini," cetus Ken terdengar bukan seperti permintaan melainkan penegasan.

Naomi gelagapan bingung apa yang harus ia lakukan. Ingin pulang, tetapi gerimis turun membuatnya mengurungkan niatnya untuk pulang. Ingin pindah tempat, percuma saja meja Cafe sudah penuh. Hari ini sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Mungkin sepertinya ini akan menjadi hari yang sial untuknya.

"Kenapa?" tanya Ken tiba-tiba saat melihat Naomi yang terus menunduk.

Naomi mencengkam roknya kuat dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan takut, gue bukan orang jahat." cibir Ken yang melihat kegelisahan Naomi.

Naomi masih bergeming. Untung saja seorang pelayan datang dengan membawa secangkir kopi yang sepertinya pesanan milik Ken.

"Makasih," ucap Ken kepada seorang pelayan Cafe itu itu yang terdengar oleh Naomi.

Setelah pelayan itu pergi, keadaan kembali awkward. Padahal dulu saat mereka masih berpacaran, Naomi selalu cerewet dan menanyakan apa saja kepada Ken bahkan hal yang tidak penting saja sampai di tanyakan agar bisa mencairkan suasana. Tetapi keaadan itu sudah tidak lagi sama. Semuanya sudah berbeda.

"Jangan nunduk, nanti mahkota lo jatuh."

Damn it! Demi cilok Mang Ocad yang enaknya tiada tara, Naomi bungkam seketika. Hatinya berdegup sangat kencang seperti sedang marathon. Bisa-bisanya di saat yang seperti ini, Ken malah berkata seperti itu.

Please, jangan baper.

Naomi menarik napasnya dalam, dan mendongkak melihat Ken. Tatapan mereka bertemu lagi, tatapan yang selama ini Naomi rindukan. Tatapan dingin yang selalu membuat Naomi jatuh cinta.

Gadis berbola mata cokelat itu berusaha menstabilkan detak jantungnya, "Lo ngapain disini?"

"Ngopi," sahut Ken sambil mengangkat cangkir kopinya.

"Kenapa duduk disini?"

"Pengen aja."

Naomi menghela napasnya, berbicara dengan makhluk dingin seperti Ken membuat darahnya naik seketika.

"Ngopi dulu, biar nggak tegang."

Naomi memutar bola matanya malas, "Nggak!"

"Jangan baper."

"Ngapain gue baper. Geer amat!"

"Kok blushing?"

Skakmat. Naomi memejamkan matanya kesal. Laki-laki dihadapannya ini selalu saja bisa membuat dirinya naik darah. Andai saja mencekik orang itu tidak dosa, pasti Naomi sudah mencekik Ken sekarang juga.

"Baper?" tanya Ken yang masih memasang wajah datarnya.

"Mau balikan?" ajak Ken membuat Naomi semakin kesal.

Naomi menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal. Bangkit berdiri dari kursinya dan mengambil tas punggungnya.

"Mau kemana?" tanya Ken mencekal pergelangan tangan Naomi.

Stay with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang