Dua Puluh Delapan

2K 63 0
                                    

Hari pertemuan keluarga pun tiba, membuat Zahra hanya berdiam dan mematung di tempat, ia merasa jika jantungnya saat ini berdegup kencang dan terasa ingin copot dari tempatnya.

Jika sebelumnya ia merasa biasa saja ketika bangun di jam pagi hari seperti biasanya, namun sekarang ia merasa jika dirinya seperti ingin pingsan perihal kedatangan Klaus ke rumahnya untuk membahas masalah pernikahan serta lamaran Klaus atas gadis kecil berusia 15,5 tahun.

Sepanjang sejarah garis keturunan baik dari pihak Zoldyck maupun pihak Yoshino, baru Zahra seorang diri yang memutuskan untuk menikah di usianya yang belum genap 16 tahun sekalipun.

Zahra saat ini hanya berdiam diri di kamarnya sembari menunggu pihak keluarga Klaus datang ke rumah nya. Ia berulang kali menatap kaca yang saat ini berada di depannya, lalu histeris sendiri.

"Haaah, kenapa baru sekarang ngerasa nyesel nya kalo aku masih pengen pacaran dulu ama si Klaus raksasa? Beh." ucapnya seorang diri.

Ia menjuluki Klaus dengan sebutan raksasa karena memang jarak tubuh mereka saat ini sudah sekitar 67 cm, nyaris 70 cm karena Klaus saat ini tingginya malah bertambah biarpun umurnya sudah 28 tahun.

Sedang kan Zahra?

Yang masih usia pertumbuhan saja masih mandek di 149 cm, cuma nambah satu sentimeter setelah sekian lama. Bayangkan saja, cuma satu sentimeter!

Siapa yang nggak histeris coba, giliran pengen punya badan ideal eh malah cuma jadi mimpi yang mengalir dan merembes ke bantal kepala atau kasur melalui iler yang menghasilkan bau tak sedap.

Tau lah ya😂

Di tengah kesibukannya yang sedang asik berbicara sendiri, pintu kamar pun di ketuk lumayan keras oleh bocah kedombreng, siapa lagi kalau bukan adik kesayangannya, Zhean.

Zahra menunduk lemas sesaat sebelum membuka pintu kamarnya untuk sang adik.

"Berisik lo, anak si amang. Ngapain sih?" tanyanya sebal.

Zhean menatap kesal kakaknya.

"Keluarga calon laki lo tu udah dateng barusan, otak udang. Di kasih info, belum lagi denger udah main nyerocos ama katain orang aja itu mulut, minta gue pites ya?" balasnya kesal dengan penuh penekanan.

Zahra bergidik.

"Seriusan udah dateng?"

Sang adik menatap kesal kakaknya yang saat ini malah memasang wajah goblok.

"Iya udah, bego, otak micin. Buruan turun ama gue, udah di tanyain elo soalnya."

Kakaknya menghela nafas.

"Secepat ini?" keluhnya, lagi.

Zhean yang tak ingin menunggu lama-lama pun akhirnya menarik lengan Zahra setelah menutup pintu kamar saudarinya itu, membuat Zahra nyaris terjungkang jika adiknya tak menahan beban tubuhnya.

"Zhean!" tegur Zahra.

Adiknya nyengir iseng.

"Kalo gak mau gue gituin lagi buruan turun."

"Berisik, eek kambing. Pantesan aja banyak banget om om yang naksir ama lo."

"Woi!"

Zahra langsung ngibrit.

"Jiahahahh, ada yang maraaaahh!"

"Zahra! Balikkk!!!"

"Nggaakkk! Anak mami!"

"ZAHRAAAA!"

* * * *

Semua keluarga yang saat ini sedang berkumpul di ruang keluarga bersama dengan keluarga Klaus pun mendengar kehebohan dari lantai atas, siapa lagi yang akan membuat kegaduhan seperti itu jika bukan Zahra dan Zhean.

Azzahra's Destiny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang