Enam

2.6K 126 1
                                    

Setibanya di depan rumah setelah lumayan bercanda setelah insiden nyaris di tabrak tadi, Zahra sekarang hanya bisa berdiri mematung dalam diamnya sambil memandangi pintu rumahnya saat ini.

Ia merasa hatinya saat ini berdegup kencang karena saat ini merupakan pertama kalinya ia membawa lelaki ke rumahnya, bahkan teman sekalipun ia tak pernah mengajaknya padahal sudah lama berteman.

Sedangkan Klaus di anggapnya sebagai rekan kerja berbeda kantor, dan ia adalah orang yang baru di kenal nya sekitar sebulan yang lalu karena pertemuan tak di sengaja nya di perpustakaan waktu kota itu.

Dan ia pun langsung menceritakan semuanya kepada sang bunda tanpa ragu-ragu tentang perihal pertemuannya dulu dan ia justru tak menyangka jika sosok yang di temui olehnya dulu adalah ketua Libra.

Ia mengela nafas, merasa bodoh dan menyesal karena selalu saja keceplosan apa bila membicarakan dan membahas segala masalah yang menyangkut pautkan tentang Klaus beberapa waktu belakangan ini.

Tapi ia sadar dan dirinya berpikir memang tak bisa memungkiri fakta bahwa ia memang sedang jatuh cinta di usianya yang masih belia biarpun dia orang kantoran sekalipun.

Ia tak bisa menyalahkan siapa-siapa jika dirinya sendiri saja sudah bersemangat sekali untuk menceritakan siapa sosok yang di kagumi olehnya bahkan ia sukai sekalipun.

"Zahra?"

Teguran halus Klaus yang sedikit menunduk dan berbicara tepat di puncak kepalanya itu membuat dirinya terkejut dan bergidik kaget karena ia nyaris lupa jika Klaus belum pulang dari sisinya.

Padahal mobil pribadinya terus mengikuti dan mengekor langkah keduanya sejak keluar dari lingkungan kantor tadi hingga setibanya mereka di rumah Zahra.

Gadis itu mengela nafas pelan lalu memutar balikkan badannya, lalu mendongakkan wajah dan menatap tepat di kedua manik mata milik Klaus yamg berwarna hijau daun muda itu.

Zahra kemudian tersenyum.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kau diam terus sejak kita tiba di depan rumahmu, Zahra. Ada masalah apa?" tanya Klaus dengan polos.

"Ah ... Itu-"

Brak!

Jawaban dan omongan Zahra seketika terpotong akibat dobrakan pintu yang di buka dari dalam rumah dan menunjukkan sosok adik beserta kedua orang tuanya yang ternyata mendengar ia berbicara dengan lelaki.

Yap.

Itu yang juga di khawatirkan oleh Zahra, yaitu peraturan yang telah di buat dan di sepakati oleh ayah beserta adiknya secara sepihak, sedangkan Zahra beserta sang bunda sangat tak menyetujui peraturan aneh tersebut.

Yaitu tak boleh jatuh cinta! Bahkan membawa calon atau pacar sekalipun ke rumah! Bahkan pacaran pun tak di izinkan! Mana tidak gila rasanya jika Zahra di selimuti peraturan sinting seperti itu?

"A ... Ayah?" ucap Zahra kagok setelah menatap sang ayah yang saat ini sudah memasang muka masam dan marah.

Namun ekspresi itu justru berbeda dan berbanding terbalik 180° dengan Zhean yang ternyata memasang wajah berbinar karena ia tau siapa sosok yang sedang bersama kakak perempuannya saat ini.

"Ayah?" tanya Klaus yang kemudian ikut melihat sosok ayah Zahra.

"Ayah! Ayah! Dia Klaus-san, Ayah! Klaus Von Reinherzt, ketua organisasi Libra!" pekik Zhean sedikit histeris namun ia masih berhasil mengatur volume suaranya agar tetangga tak ada yang tau jika sosok yang terkenal seperti Klaus justru bertandang ke rumah mereka malam-malam begini.

Azzahra's Destiny [✔]Where stories live. Discover now