Jantung Heeyoung menghentak kuat saat pintu kamarnya terbuka, matanya semakin terpejam menahan hatinya yang membuncah. Ini terlalu menyenangkan. Terlebih saat Heeyoung merasakan pintunya tertutup dengan tendangan kaki Jimin sebelum membawa Heeyoung ke arah ranjangnya.


Tak beda jauh dari Heeyoung, semenjak dia menggendong Omeganya, panas tubuhnya semakin menggila, jantungnya terpompa begitu mengerikan membuatnya mati-matian menahan diri. Ini pertama kali mereka bertemu, Jimin tak bisa langsung menerjang Heeyoung dengan membabibuta, Jimin terus menerus menggigit bibir bawahnya hanya untuk menahan gairahnya yang telah memuncak.






Dan Jimin menurunkan Heeyoung di sebelah ranjang, dengan posisi berdiri menghadapnya. Jimin luruh seketika, berlutut di depan Heeyoung dan wajahnya menghadap langsung ke perut rata Heeyoung. Berdekatan dengan Omeganya membuat Jimin menguras seluruh tenaganya hingga maksimal.

Jimin membenamkan wajahnya ke perut Heeyoung, memeluk pinggangnya erat. Terlampau erat hingga membuat Heeyoung menenggelamkan genggaman tangannya di rambut Jimin. Keduanya masih terdiam, terpaku pada tubuh masing-masing yang bereaksi mengggila didalam sana, berkedut meminta dipenuhi dan dinikmati hanya untuk menyelesaikan gairah yang telah dibatas manusiawi.

"Maafkan aku!" Jimin mengucapkan dengan lirih, menghisap kuat perut sebelah kanan Heeyoung dan menggigit-gigitinya kecil, sekali lagi menghirup feromon Heeyoung yang kembali menjadikan tubuhnya berada atas batas normal, terlampau nikmat. "Ini pertemuan pertama kita, dan aku tak bisa menahan apapun dari dalam tubuhku!"

Heeyoung tercekat akibat perlakuan Jimin, tangannya semakin kuat mencengkeram surai lembut Jimin, Omeganya membuat Heeyoung mabuk hingga tak mampu menahan seluruh tubuhnya yang meremang menggila. Heeyoung mendorong kepala Jimin semakin dalam karena yang Heeyoung butuhkan lebih dari itu.

"Sentuh aku sekarang-"

"Park Jimin, panggil aku Jimin." Jimin menyela Heeyoung saat gadis itu kebingungan menyebut nama Jimin.

Heeyoung menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, terlalu lemah menahan diri dari gairah seksualnya yang meneriakan pengklaiman dari Jimin sekarang juga. Hingga membuat Jimin ikut mencondongkan tubuhnya kesana. Tangan Heeyoung menarik Jimin keatas untuk mendekat ke wajahnya, hingga dia mampu menatap Alphanya dengan jelas.

"Buahi aku sekarang, Jimin. Aku sudah menunggumu lama."

Dan Jimin menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher Heeyoung. Menghisap menjilat dan mengecap lambang omega Heeyoung disana yang tengah berpendar kuat. Menikmati satu-satunya kenikmatan miliknya yang ditakdirkan Tuhan. Membuat Heeyoung menggelinjang merasakan omeganya membuncah di setiap aliran darahnya.

Perlahan tangan Jimin mengambil alih pekerjaannya, melucuti kemeja Heeyoung yang memang telah terbuka di tiga kancing teratasnya. Jimin sedikit mengangkat tubuhnya, ikut menarik keatas tubuh Heeyoung sebelum melepas kemejanya dan membuangnya ke lantai bersama jaket jeans Jimin tadi.

Jimin menjatuhkan kembali tubuh Heeyoung, pemandangan didepannya kini jauh lebih indah. Jimin menyadari satu hal, dia telah ditakdirkan Tuhan untuk bertemu dengan mate yang sungguh sangat sempurna. Jimin mulai melepas shirtnya sendiri. Membuat Heeyoung mengalihkan pandangannya, karena malu tentu saja.

"Kau malu?" Heeyoung mengangguk kecil, membuat tangan Jimin meraih wajahnya untuk dihadapkan kembali ke arahnya. Jimin bisa melihat semburat merah disana. Hati Jimin membuncah melihat Heeyoung yang tersenyum padanya. Jimin merasakan hatinya berdebar menggila.

Jimin tersenyum kecil, kembali membenamkan wajahnya ke leher Heeyoung. Dan Jimin tak bisa menahannya lagi. Gairahnya benar-benar telah meluruh ke seluruh sel tubuh Jimin untuk segera melakukan pembuahan.





The Saga : MATING HEAT ✔️Where stories live. Discover now