Chapter 3 - Harapan

2.2K 326 71
                                    

Langit biru ditutupi asap tebal yang membawa kegelapan dan abu mulai menghujani kota Busan. Teriakan dan tangisan meramaikan kota, sebagian warga panik dan takut, sebagian yang lain menangis meratapi keluarga, teman dan sahabatnya. Sirene berhenti berbunyi, bendera kebangsaan korea diturunkan setengah menandakan negeri yang sedang berduka. Hampir 8 juta jiwa dilaporkan belum terevakuasi bersama dengan ratusan petugas evakuasi, ini adalah penyerangan terbesar dengan total korban terbanyak sepanjang sejarah Korea dan dunia.

Jungkook menepikan motornya, lalu ia duduk menekuk lutut di pinggir jalan. Napasnya tersengal-sengal, Jantungnya berdetak tak karuan, keringatnya mengalir bersama air mata yang keluar dari bola matanya yang terlihat sembab. Seorang pria datang menghampiri dan duduk di sebelahnya, pria itu adalah tentara yang berkelahi dengannya tadi.

"Ini..." suara husky pria itu menyadarkan Jungkook akan kehadirannya, Jungkook menoleh dan mendapati pria disebelahnya sedang menyodorkan botol minum kepadanya. Jungkook hanya diam sambil memperhatikan pria tersebut dengan seksama.

"Ambillah..." Pria itu menarik tangan Jungkook dan memberikannya botol minum tersebut.

"Terima kasih." ujar Jungkook singkat, Ia meneguk air di dalam botol tersebut. Ya benar saja detak jantungnya mulai terasa tenang, napasnya menjadi terkontrol dan kerongkongannya yang kering terasa terobati. Ia dehidrasi.

"Siapa namamu?" tanya tentara di sebelahnya sambil menatap Jungkook dengan tatapan matanya yang tajam.

"Jungkook, Jeon Jungkook." jawab Jungkook sambil mengembalikan botol minumnya tadi.

"Berapa umurmu?" tanya pria itu lagi.

"17 tahun." jawab Jungkook singkat. Tentara disebelahnya tiba-tiba terkekeh pelan, Jungkook terkejut dan menatap pria tersebut dengan perasaan bingung.

"Anak 17 tahun sudah menghajarku dan memberikan bekas ini." ujar tentara itu sambil menunjuk sudut bibirnya yang terluka dan terlihat memar. "Kau kuat juga, jika kau melakukan ini sebelum aku di tendang ke dunia militer mungkin jemari tanganmu sudah kupatahkan semua, hemm... aku bisa juga memberi tato dengan besi panas di wajah tampanmu itu." Pria itu mengoceh tanpa menghiraukan tatapan aneh Jungkook.

Pria itu kembali tertawa dan menampakan senyum kotaknya, wajahnya yang sedari tadi dingin menjadi hangat, tetapi Jungkook bisa melihat kedalam matanya bahwa pria itu juga sedang merasa sedih, cemas dan tertekan sepertinya.

"Namaku Kim Taehyung, senang berkelahi denganmu." Tentara bernama Taehyung itu mengulurkan tangannya kepada Jungkook,

"Senang juga memukul wajah konyolmu itu." Jungkook menjabat tangan Taehyung dan memberinya senyum tipis.

Taehyung meraba saku celana tentaranya dan mengeluarkan kertas yang telah dilipat-lipat. Ia memberikan lipatan kertas tersebut kepada Jungkook, pertama pria disampingnya itu ragu, lalu akhirnya memutuskan untuk menerimanya.

"Apa ini?" tanya Jungkook yang membuka lipatan kertas tersebut dan mendapati nama-nama tempat.

"Itu adalah lokasi yang dijadikan posko penampungan, pergilah kesana dan cari ibumu." jawab pria disebelahnya dengan tenang.

Jungkook menatap kertas tersebut dengan tatapan putus asa. Sesuatu di lubuk hatinya terdapat seperti tali ikatan batin dengan ibunya, namun beberapa saat lalu tali ikatan itu terasa terputus, Jungkook tidak merasa kehadiran ibunya lagi di batinya. Taehyung menepuk pundak Jungkook dan membuat Jungkook menatapnya, sebenarnya Taehyung juga cemas dan khawatir karena ia memiliki seorang kembaran perempuan yang sedang berkuliah di Seoul. Namun, ia tidak ingin rasa putus asa menyelimuti hatinya, bahwa semua orang pantas berharap dan kembali bangkit untuk berjuang.

"ROSÉ" | jjk.pcyWhere stories live. Discover now