Namun perasaan kuat dan keras kepala yang di miliki oleh Zahra itu pun untuk semua hal yang baik, bukan untuk keegoisan pribadi. Lelaki itu menghela nafas.

"Baiklah, tapi kau diam disini! Jangan kemana-mana!" tegasnya.

"Tapi Kla—"

"Jangan tapi-tapian! Dengarkan aku! Tunggu dan diam di sini!"

Zahra menurut dengan perasaan superduber kesal dan dongkol begitu Klaus meninggalkannya berdiri seorang diri dimana posisinya tak jauh dari depan kantor, ia pun memilih untuk menurut di balik kewaspadaannya akan keadaan buruk yang sedang terjadi saat ini.

Ia mendongakkan kepala dan memandangi gedung kantornya yang di serang tanpa henti, serangan beruntun dari segala arah yang datang dan mengacak kadulkan segalanya pun membuat ia semakin tak dapat menahan diri untuk tetap diam dan membiarkan keadaan sekelilingnya.

Dalam hati kecilnya, ia berharap tak ada korban jiwa dalam peristiwa yang sedang terjadi saat ini.

"Kenapa terjadi hal seperti ini setelah Gilbert menyadari rahasiaku. Kenapa!?" keluhnya pelan ketika proses penyelamatan itu berlangsung.

Keadaan kacau balau yang sangat parah saat ini membuat kesensitifannya akan sekeliling yang saat ini sedang berbahaya pun menjadi memingkat sangat tajam. Lebih tajam dari pisau hingga silet sekalipun.

Sebuah tembakan berbentuk meteor yang ukurannya lebih besar dari yang lain pun menyusul lagi dan mengarah padanya bertepatan ketika Klaus berhasil membawa korban terakhir yang merupakan rekan kantor Zahra yang terluka akibat tertiban reruntuhan serta material gedung yang hancur saat ini.

Melihat Zahra akan tertembak dan akan menjadi korban selanjutnya setelah korban lainnya berhasil di selamatkan, Klaus tau, ia tak sempat berlari lagi ke arah gadis mungil nya itu, dan hanya mampu berteriak kencang memanggil nama Zahra di tengah ketakutannya yang berpikiran jika ia akan kehilangan sosok Zahra, membuat orang-orang di sekelilingnya langsung menatap Zahra ketika suara lelaki itu melengking keras, keadaan mereka pun sama paniknya.

"ZAHRAAAAAA!!"

Zahra memejamkan mata sekilas, kemudian ia memutar badan lalu menatap meteor itu tajam, merapatkan kelima ruas jarinya sehingga membentuk garis lurus dengan lengannya, kemudian mengibas kuat lengan mungilnya ke arah meteor raksasa yang berusaha melukainya.

Ketika mengibaskan tangannya, terlihat seperti pisau raksasa berbentuk angin langsung membelah meteor itu, di ikuti dengan ledakan yang membuat benda itu hancur berkeping-keping.

Dan juga bertepatan dengan munculnya perisai yang melindungi Zahra ketika telapak tangannya menengadah ke arah serpihan benda asing serta bebatuan yang berjatuhan ke arahnya.

Melihat keadaan Zahra, semua orang tak menyangka jika Zahra merahasiakan sesuatu terhadap mereka yang ternyata memiliki kekuatan genetika yang luar biasa.

Setelah semua serpihan benda asing itu berjatuhan, di susul dengan sesuatu yang bisa di katakan merupakan inti dari meteor itu, entah makhluk hidup atau bagaimana, tak ada yang mengetahuinya.

Yang jelas, benda itu terlihat sangat menjijikkan.

Klaus merasa ia seperti melihat aura monster ketika Zahra melakukan tindakannya barusan biarpun sedikit, tapi ia mampu merasakan aura yang sangat luar biasa yang keluar dari tubuh mungil berambut ungu violet itu ketika ia bertindak sesuai dengan keinginannya.

Begitu perisai pelindung itu menghilang, Zahra menoleh sambil memutar badannya ke arah Klaus yang menatapnya dengan tatapan panik bukan main, ia hanya memberikan senyuman lebar di wajahnya, menandakan bahwa dirinya baik-baik saja.

Kemudian, gadis itu meletakkan jari telunjuknya di depan bibir merah mudanya yang sedikit merekah dengan senyuman melengkung yang masih terukir di wajahnya, di tambah rambutnya yang di biarkan terurai setengah pun bergoyang di tengah hembusan angin.

"Jangan teriak kencang-kencang, aku gak tuli. Paham?" ucapnya kemudian setelah menggeser jari kecilnya, menatap lembut Klaus.

Berbeda dengan tatapannya yang sangat tajam ketika benda raksasa itu datang, mengarah padanya dan nyaris saja membunuhnya jika Zahra tidak melakukan apa yang ingin di lakukan nya untuk melindungi diri sendiri.

Klaus yang merasakan kepanikannya masih belum mereda pun kemudian berlari ke arah Zahra dengan cepat, membuat semua orang justru terkejut dengan reaksinya yang tak biasa itu.

Tangan berototnya langsung menggapai Zahra dan menenggelamkan gadis itu ke dalam pelukannya yang erat, membuat Zahra terkejut karena ia malah di peluk di depan umum.

Kepanikan langsung melandanya.

"K ... Kla ... Klaus-san ... Kenapa kau memelukku? Lepaskan. Ini di tempat umum, jangan bertingkah aneh seperti ini." bisik Zahra di dalam pelukan Klaus.

Namun lelaki itu tetap bergeming, tak mendengarkan dan tidak bergerak setelah Zahra mengatakan jika Klaus harus melepaskan pelukannya saat itu saja.

Tak lama kemudian, Klaus mengurai pelukannya, ia menatap Zahra dengan wajah sedikit memerah dan kedua matanya berkaca-kaca, membuat Zahra hanya bisa diam sembari membulatkan matanya.

"Kena-"

"Dasar gadis bodoh. Goblok. Bego."

Zahra merengut mendengar kata-kata yang tak menyenangkan keluar dari mulut Klaus.

"Terus saja omongi aku seperti itu. Lama-lama ku banting juga biarpun fisik kita beda jauh."

Ia kemudian tersenyum. Berusaha menenangkan Klaus dengan senyumannya.

"Setidaknya kau sudah mulai tau perihal penjelasan paman kemarin mulai dari sini. Aku yakin kau langsung tau tanpa menunggu waktu lama."

Klaus mengangguk.

"Kau gadis kecil berkepribadian monster." ucap Klaus setelah ia mengucek kedua matanya yang sudah mulai berair.

Gadis yang ada di hadapannya itu kemudian meninju pelan Klaus, memasang wajah kesal lagi.

"Dasar kampret."

Klaus tergelak, kemudian mengelus kepala Zahra.

"Setidaknya aku bahagia karena kau baik-baik saja."

Zahra tersipu.

"Berisik, tanpa di bilang pun aku juga sudah tau."

Semua orang yang ada di sana pun tak terlalu memperhatikan keduanya kecuali anggota organisasi Libra beserta Yura yang melihat kejadian kecil di tengah kehebohan dan kekacauan akibat penyerangan yang tidak di ketahui itu.

Mereka hanya tersenyum tanpa mengganggu Klaus yang memberikan perhatian pada Zahra yang berhasil melindungi dirinya sendiri di saat semuanya tak bisa melindunginya.

Sedangkan Zahra?

Ia malah memberikan perhatian lebih dari Klaus yang memperhatikannya saat ini. Apa lagi kalau bukan karena cedera yang di alaminya sehingga membuat Zahra harus merawat luka-lukanya untuk sementara waktu.

"Kalau kau bertarung lagi di saat lukamu belum sembuh, ku pastikan kau langsung patah tulang, bahkan sampai di amputasi." ancam Zahra, membuat Klaus bergidik.

"Baiklah, kuserahkan saja semuanya padamu."

"Dasar raksasa bertaring."

"Bocah polos kepribadian monster."

Zahra menjelit, lalu menekan luka Klaus. Membuatnya sedikit menjerit kesakitan, namun Zahra tidak peduli.

"Sekali lagi bilang 'kepribadian monster', kau bakal mati sekarang juga, detik ini juga."

"Waaa! Jangan, Zahra!"

* * * *

Azzahra's Destiny [✔]Where stories live. Discover now