Part 1 - Pertemuan tak terduga

273 10 0
                                    


Part 1 – Pertemuan tak terduga.

Ruang apotik sebuah rumah sakit swasta  tampak penuh dengan pasien dan keluarga yang sedang menunggu panggilan. Setelah dua jam lamanya di tempat itu, mulai dari daftar, periksa sampai tebus obat, akhirnya Riana dan ayahnya selesai menerima obat dari petugas apotik. Beginilah jika berasal dari ekonomi serba terbatas, tidak bisa memilih mau berobat dimana, karena semakin bagus rumah sakit dalam memberikan pelayanan, maka semakin mahal juga biaya yang harus dikeluarkan.

Berhubung Riana sedang dalam mode-in nganggur, terpaksa ia memilih pelayanan dari rumah sakit yang tidak terlalu mahal, yang paling penting, dekat dengan tempat tinggalnya. Kondisi sang ayah yang sudah tua, membuat kesehatannya semakin dirong-rong penyakit. Terkadang Riana tak tega melihat sang ayah yang tetap giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka ber-empat, ditambah biaya kuliah adiknya yang tidak sedikit.

Kalau ia sendiri yang pergi,  pasti akan memilih naik angkot kemana-mana, berhubung dengan sang ayah yang juga sedang kurang sehat, maka ia memilih menggunakan transportasi bajaj untuk pulang pergi ke rumah sakit, alih alih menyetop taxi. Tentunya ia harus memperhitungkan biaya taxi yang lebih mahal dari pada bajaj.

Ia harus memperirit keuangan yang tampak memprihatinkan sekarang. Entah kapan ia bisa kembali bekerja, dan meringankan tugas ayahnya seperti kemarin. Andai kemarin ia tidak keluar. Tapi sudahlah, semua sudah rezeki, jodoh dan maut sudah di atur yang Maha Kuasa. Kita sebagai umatnya hanya tinggal menjalani saja kan?

Riana bergegas keluar dari rumah sakit untuk mencari bajaj. Saat ia sedang menengok kanan-kiri,  memperhatikan satu satu kendaraan yang sedang lewat, pundaknya ditepuk seseorang, sontak Riana menoleh

“Riana ya, bener bukan Riana, alumni SMA 82?”

Seorang laki-laki gagah dan tegap berdiri di samping Riana.  Riana memicingkan mata, berusaha mengingat. Hingga sekelebat bayangan dan nama melintas di benaknya.

“Kamu ... Alex’kan? Alex Kuncoro?” tebak Riana dengan penuh keyakinan. Seiring dengan senyumnya yang mengudara.

Akhirnya ia teringat sosok laki-laki yang kini tersenyum di hadapannya.
“Selalu deh, Riana Atmaja itu tetap pinter kaya dulu gak berubah.”
Alex menjawir hidung Riana. Bahagia karena ia masih di ingat oleh gadis manis ini.

“Ya ampun Alex, apa khabar?“
Wajah Riana sumringah bahagia. Tentu saja ia ingat karna hanya Alex satu-satunya cowok yang rajin merayunya saat duduk di bangku SMA.

“Baik darling, kamu sendiri gimana kabarnya?” Alex mengedipkan sebelah matanya sambil menjabat tangan gadis di depannya dengan perasaan hangat.
“Alex, kamu tuh gak berubah ya dari dulu.”

Riana memukul lengan Alex, gemas dan senang bisa bertemu setelah bertahun-tahun lamanya.
“Berubah dong say, aku makin ganteng’kan?” goda Alex sambil menaikkan kerah kemejanya dan  mengangkat kedua alisnya.

Untung Raina kenal siapa lelaki di depannya ini, tujuh tahun tak bertemu tetap membuat Riana yakin sifat humoris dan kepedean lelaki satu ini pasti gak berubah. Tapi kalau diperhatikan Alex memang tambah tampan dan gagah. Itu yang ada di dalam pikiran Riana.

Tapi mau bertambah tampan seribu kali lipat pun  hati Riana tak akan pernah bergetar, bukan hanya pada Alex, juga pada lelaki manapun, karena sudah ada satu nama yang selalu mengisi hati Riana sampai saat ini. Dan hanya Riana yang mengetahui siapa pemilik hatinya dari dulu hingga sekarang.
Cinta pertamanya.

RIANA - IN MY HEART (Ebook Ready)Where stories live. Discover now