You Got A Message

168K 16.7K 269
                                    

Akhir pekan atau hari-hari biasa, tidak ada yang berbeda dengan rumah keluarga besar Danurejo. Jingga, kakaknya, pasti sibuk jalan dengan teman-temannya. Elang, adiknya, saat ini masih menempuh pendidikan di Australia. Sementara Papa dan Mamanya mungkin juga sibuk quality time berdua. Tak ada acara khusus untuk berkumpul bersama keluarga, karena hal itu sudah terjadi setiap pagi di waktu sarapan. Hanya sesekali saja seluruh keluarga berkumpul secara khusus untuk menghabiskan weekend bersama.

Namun hari ini agaknya sedikit berbeda. Ketika Gadis tiba di ruang tamu, keluarganya duduk dalam formasi lengkap. Ditambah seorang pria berpenampilan rapi di samping Jingga.

"Gadis! Sini!" Kakaknya itu melambaikan tangan, memintanya mendekat.

Tadinya Gadis ingin langsung naik ke atas dan istirahat. Kejadian spektakuler hari ini membuatnya lebih lelah dari biasa. Apalagi besok adalah hari Senin. Gadis merasa harus menyiapkan mental untuk menyambut kembali pekerjaan yang sedang membludak. Namun dia tahu, Jingga akan membuat hidupnya tak tenang bila tidak dituruti kemauannya.

"Kenalin, ini Rangga. Pacarku." Kata Jingga bersemangat.

Gadis tersenyum hangat dan mengulurkan tangan untuk berjabat. "Halo. Gadis."

"Rangga." Pria dengan potongan rambut cepak itu balas menjabat tangannya.

"Gadis ini pemberontak banget lho, say. Disuruh kerja di kantor Papa nggak mau. Malah pilih kerja di portal online yang bisa bangkrut kapan aja."

Gadis meringis mendengar definisi Jingga tentang dirinya. Sudah sejak lama pilihan kariernya itu menjadi perbincangan di keluarga. Mungkin sudah jutaan kali pertanyaan tentang pilihan karier ini dia dapatkan. Bosan menjawab dengan kata-kata, Gadis beralih pada senyuman.

"Dulu dia sempat dapat beasiswa lanjut ke Columbia University. Tapi nggak tahu deh kenapa dia nggak jadi berangkat. Tahu gitu, mungkin dia jadi adik tingkat kamu, Yang."

"Oh ya?" Tanya Rangga. "Tadinya ambil jurusan apa?"

"Economics and Development Studies." Jawab Gadis pendek.

"Terus tebak sekarang dia kerja jadi apa?" Jingga menyahuti. "Jadi content editor untuk artikel-artikel pop gitu. Jauh banget nggak sih?"

Lagi dan lagi, Gadis hanya meringis. Sungguh sebenarnya dia tidak nyaman bila membicarakan tentang pendidikannya. Terutama tentang beasiswa S2 di Columbia University yang dia lepaskan begitu saja lima tahun yang lalu. Rasa jengkelnya pun muncul, sebab Jingga menyebut-nyebut itu semua tanpa beban. Seolah-olah, kegagalan Gadis berangkat ke USA empat tahun yang lalu semata-mata karena kebodohannya sendiri.

Jadi beralasan lelah dan ngantuk, Gadis pamit untuk naik ke kamarnya. Sampai di kamar, sebuah chat WhatsApp masuk ke ponselnya. Dari Alfie.

Mbak, si Bos minta kontak lo.

Gadis membelalakkan mata. Buru-buru dia membalas pesan Alfie.

NO. JANGAN. PLEASE.

Tanpa sadar, dia sampai memakai capslock semua. Gadis menyesal. Pasti di seberang Alfie sedang kebingungan.

Yaah, udh gw kasih ☹ Kirain biar gampang kalian komunikasinya. Gimans dong?

Gadis menghela napas panjang. Feelingnya mengatakan urusan ini akan jadi sangat panjang. Pesan Alfie muncul lagi.

Knp sih btw?

Sebelum Gadis sempat membalas, pintu kamarnya terbuka dengan keras. Saking terkejutnya, ponsel di tangan Gadis sampai terlepas begitu saja. Untung jatuhnya ke ranjang.

AFTER WE MEET AGAIN - REPOSTWhere stories live. Discover now