Rendezvous

234K 18.2K 542
                                    

BACA DULU!

1. Cerita yang direpost adalah cerita asli yang aku tulis di tahun 2018. Plek ketiplek, nggak ada yang diubah sama sekali, termasuk teknisnya yang sangat acak kadut. Hahaha. Jadi kalau selama baca ini kalian menemukan teknis penulisan yang luar biasa salah (contohnya penggunaan dialog tag), abaikan aja. Aku tahu teknis penulisan cerita ini sangat kacau, tapi sengaja kubiarin karena aku pengin menyajikan pengalaman yang berbeda untuk versi cetak nanti.

2. Berarti versi cetak nanti beda, dong? BEDA BANGET! Wkwk. Alurnya mungkin sama, tetapi penyampaiannya beda. TBH, ini aku berasa nulis ulang cerita ini ;p

3. Repost dilakukan per bab seminggu satu kali setiap hari Sabtu, ya

4. Cerita ini nantinya akan dihapus lagi kalau naskah versi cetak udah masuk tahap lanjut editing. So, buruan aja bacanya, jangan ditunda-tunda. Daaaan, jangan lupa vote dan komentar ya, biar penulis semangat~

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


GADIS menatap bangunan bergaya Eropa tahun 60-an di hadapannya. Cukup megah untuk ukuran toko kue lokal yang baru berdiri setahun terakhir. Di atapnya terdapat tulisan "OPERA Bakery". Sebuah pemilihan nama yang cukup unik untuk toko kue.

Beberapa mobil dan motor terpakir di halaman depannya. Gadis jadi ingat kalau ini adalah jam makan siang. Pantas terlihat ramai, karena toko kue ini merangkap jadi kafe fancy tempat nongkrong anak masa kini.

Gadis mengedikkan bahu, lalu melangkah masuk. Seorang perempuan dengan seragam hitam putih menyapanya. Gadis balas tersenyum. Matanya memindai ruangan. Alfie, orang yang dia cari, sedang melayani seorang pembeli di balik etalase kaca. Alfie yang memakai seragam yang sama dengan cewek yang menyapanya pertama tadi itu melihatnya dan melambai riang. Gadis balas melambai, lalu menempati sebuah meja kosong di dekat pintu. Kepada cewek yang tadi menyapanya, Gadis memesan hazelnut latte dan cheese cake.

"Kirain nggak jadi, Mbak," Kata Alfie menghampirinya, lalu duduk di hadapannya.

"Eh, nggak apa-apa kalau kita ngobrol sekarang? Lo lagi ribet gitu tadi?" Tanya Gadis memastikan.

Alfie menggeleng. "Nggak kok, ini emang jatahnya gue istirahat." Jawabnya. "Jadi, lo butuh info apa nih dari gue?"

"Abang lo udah bilang kan?" Gadis balas bertanya, sambal mengeluarkan notes dan bolpoin dari goodie bag-nya. "Gue lagi bikin novel yang tokohnya adalah pemilik toko kue dan kafe. Nah, abang lo itu nyuruh gue riset soal bisnis pastry karena katanya profesi tokoh gue kesannya masih kayak tempelan." Tambahnya dengan manyun.

Alfie tertawa lebar. "Mau-mau aja lo disuruh Bang Rio."

"Ya gimana lagi? Nasib buku gue ada di tangan abang lo tercinta itu."

Alfie makin tergelak. "Jadi lo mau dikenalin sama bos gue ya?"

"Iya. Bos lo galak nggak?"

Sebelum Alfie sempat menjawab, pintu setengah badan penghubung toko dengan dapur terbuka dengan keras. Seorang perempuan tinggi semampai keluar dengan gusar. Meski hanya selewat, kemunculannya sangat menarik perhatian. Terutama dengan kaki rampingnya yang dibalut dengan hotpants dan tubuh langsingnya yang dibalut kemeja putih kedodoran. Rambutnya yang diberi highlight warna biru elektrik dicepol ke atas, menampakkan lehernya yang jenjang.

"Itu...artis ya?" Tanya Gadis tidak yakin, penampilan sebening itu biasanya hanya ada di layar kaca.

"Wah tumben tahu artis?!" Decak Alfie terlihat terpukau. "Yes, Kania Salim. Yang kemarin main film What If You Have Two Days Only."

AFTER WE MEET AGAIN - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang