"Kenapa kau bisa disini? Apakah kau tinggal disini?" Mingyu terdiam. Enggan menjawab pertanyaan Taehyung. Lagipula tanpa dijawab pun Taehyung pasti akan tahu atau mungkin sudah mengetahui sendiri jawabannya?

"Aahhh aku tahu... Sudah jangan dijawab." Taehyung tertawa dengan bodohnya. Setidaknya itulah yang terlihat di kedua bola mata Mingyu.

"Aku permisi dulu."

Tak ingin terlalu banyak mengumpat Taehyung dalam hati, Mingyu memilih pamit. Pemuda dengan postur tubuh tinggi itu membungkukkan tubuhnya sedikit lalu bergerak pergi. Mingyu memang terkenal tidak terlalu banyak bicara dikalangan para Manager Artis dan para produser atau 'cool' untuk para kalangan wanita. Namun sebenarnya ia memiliki sisi yang kotor. Mingyu sangat tidak menyukai Taehyung, sudah tahu itu kan? Dan kebiasaan Mingyu saat bertemu Taehyung adalah mengumpat pemuda itu dalam hati. Hal yang tidak bisa ia lakukan secara langsung karena mengingat resiko yang terlalu besar bila umpatan-umpatannya itu ia keluarkan dari bibirnya.

Taehyung terlalu bodoh untuk tidak menyadari kebencian Mingyu padanya. Maka jangan heran saat pemuda yang baru mendapatkan daesang atas akting dalam drama terbarunya itu kini tengah tersenyum polos dengan melambaikan tangannya seirama dengan kepergian Mingyu.

Atau... Tidak? Sebenarnya Taehyung tidak bodoh. Ia tahu Mingyu membencinya. Tapi setidaknya ia harus pura-pura menjadi orang bodoh di hadapan musuhnya. Bukankah semua hal harus dilalui dengan sebuah taktik agar apa yang di inginkan bisa dengan mudah di raih?

Dan sebuah senyuman misterius pun kini terlihat menghiasi wajah tampan seorang Kim Taehyung.

Sementara itu di dalam Apartemen, Eunji sudah menghempaskan tubuhnya pada sofa panjang yang menghadap sebuah TV LED besar. Gadis itu sudah mengenakan celana training dengan atasan sweater rajut berwarna baby blue, wajahnya tampak polos sepertinya ia baru saja membersihkan make up pada wajahnya. Salah satu tangannya terulur meraih remote televisi. Sebuah gambar pun kini mulai muncul pada layar besar yang sebelumnya berwarna hitam. Jemarinya bergerak menekan salah satu tombol pada remote, mengganti dari channel satu ke channel yang lain. Sampai pilihannya jatuh pada sebuah acara musik.

Seorang gadis dengan kostum aneh serta topeng yang menutupi wajahnya tengah bernyanyi. Mungkin tak ada yang dapat menduga siapa sosok dibalik topeng serta kostum aneh tersebut. Tapi Eunji tahu, ia sangat mengenal suara khas ini. Bahkan sampai lagu selesai dan tepuk tangan terdengar Eunji masih memusatkan perhatian penuhnya pada layar dihadapannya. Komentar dari para komentator mulai terdengar, beberapa nama selebritis hingga idol mulai keluar dari bibir para komentator. Tapi tak ada jawaban yang benar bagi Eunji. Karena suara ini... Selalu mengisi harinya selama enam tahun terakhir.

Ting Tong

Suara bell dari pintu Apartemen nya menimbulkan sebuah guratan tak rata pada kening Eunji. Siapa yang datang? Tidak mungkin kan Mingyu? Manager nya itu kan tahu passcode Apartemennya, untuk apa memencet bell? Dan seharusnya tidak ada orang yang mengetahui masalah kepindahannya ini bukan? Karena Eunji pun menyadari kepindahannya yang serba terburu-buru.

Masih dengan kebingungan, Eunji berjalan kearah sebuah layar kecil yang terpasang di dinding dekat TV, layar itu menyatu dengan area depan pintu, membuat Eunji dapat mengetahui dengan pasti siapa yang datang bertamu tanpa harus membuka pintunya terlebih dahulu. Namun, bukan se-sosok manusia yang ia lihat melainkan sebuket daffodil yang tergeletak di depan pintu Apartemennya.

Kedua alis Eunji terangkat, tak berani menduga siapa yang meletakkan buket bunga tepat di depan pintu Apartemen nya. Dengan ragu ia berjalan kearah pintu. Berpikir positif, mengira bila buket bunga yang datang mungkin adalah milik tetangganya namun kurir pengantar malah meletakkan di depan Apartemennya.

Sasaeng FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang