SESUATU YANG BERHARGA

9 0 0
                                    

Pagi ini aku berangkat ke kampus mengendarai Bagong ku seperti biasa.

Namun, tiba-tiba ditengah jalan aku terdengar suara teriakan, memanggil namaku dari kejauhan.

“kardiiiiii” suara perempuan yang terdengar jelas dan lantang.

Saat aku menoleh ke arah sumber suara ternyata itu adalah Sally. Cantik sekali dia pagi ini.

“kenapa disini, ini sudah hampir masuk jam kuliah, ayo naik” sambut ku mangajak Sally.

“Kardi tolong antar aku kerumah sakit sekarang, ayah ku ada di sana, dia stroke karna terjatuh dari tangga saat di kantor. Aku sudah lama menunggu taksi tapi tak ada yang lewat satu pun, tolong antar aku” pinta Sally yang terdengar sangat khawatir.

“akh, iya naiklah” jawab ku.

Tanpa basa-basi kami langsung menuju kerumah sakit tempat ayah Sally dirawat.

Untuk pertama kalinya aku membonceng gadis ,untuk pertama kali aku juga aku melihat Sally menangis dan khawatir.

Gadis yang ceria seperti dia, saat ini aku melihat dia gelisah, takut, khawatir.

Begitu erat dia memelukku di atas Bagong, lalu air matanya mulai membasahi kemeja ku, aku bingung harus berbuat apa.

Setau mereka hanya hidup berdua, aku tidak pernah melihat ibu Sally. Sedangkan Sally anak tunggal.

Namun tetap, aku harus berkonsentrasi mengendarai Bagong untuk sampai ke rumah sakit dengan selamat.

Dengan petunjuk jalan dari Sally kami melewati jalan pintas.

Sampai akhirnya, kami tiba di salah satu rumah sakit terbesar di kota ini, dan seorang laki-laki berpenampilan rapi dengan cepat mengantar kami kesebuah ruangan kamar rumah sakit yang mewah.

Langkah mereka sangat cepat. Aku mengikuti mereka di belakang.

Pria itu membukakan pintu sebuah kamar ,dan kami mulai masuk kedalamnya.

aku juga ingin sakit jika tempatnya seperti ini’ pikir ku. Sambil memandangi ruangan yang begitu mewah. Aquarium yang berisi ikan hias ,di sana terdapat lukisan yang di panajang di dinding, vas yang berisi bunga yang begitu cantik, di lengkapi dengan TV dan AC.

bodoh, bukan saatnya berfikir konyol di saat seperti ini’ aku mulai menyadarkan diri.

Aku takjub dengan ruangan yang lebih mirip kamar Hotel Berbintang. TV disini lumayan lebar bahkan lebih lebar dari meja belajar milik ku di kontrakan.

“ayaaah” teriak Sally dan menghampiriayahnya.

Aku merasa nggak tega melihatnya, membuat ku merindukan alm.ayah ku. Aku memutuskan untuk menunggu di depan ruangan kamar tersebut.

Di sana, aku melihat laki-laki yang mengantar kami tadi.

Sepertinya laki-laki itu semacam asisten atau bodyguard-nya ayah Sally , dalam benak ku ,mengingat mereka dari keluarga yang kaya raya.

Tanpa sengaja aku mendengar laki-laki itu berbincang dengan seseorang didepan kamar. Aku mendengar kalau ayah Sally terkena lumpuh karna stroke yang menyerangnya.

Aku mulai khawatir Sally tidak bisa menerima kenyataan, ketika mendengar kabar buruk ini nanti.

Tapi aku lega melihat keadaan ayah nya yang terlihat membaik saat tadi mereka berjumpa, Ayah dan anak yang berpelukan. Sangat terlihat bahwa mereka saling mengkhawatirkan.

Aku jadi membayangkan wajah ayah ku, saat menyaksikan adegan tadi, aku melihat detail wajahnya yang seolah baru ku temui kemarin.

Pasti Sally sangat sedih saat ini. Karena aku pernah merasaankan perasaan itu.

Tak lama setelah itu, Sally keluar dari ruangan.

Sambil mengusap air matanya ia melangkah perlahan ke arah ku. Sangat telihat sekali ia berusaha menyembunyikan kesedihannya.

“kardi, kalau kamu ingin pergi kekampus silahkan, aku hari ini tidak masuk, aku ingin disini” kata sally lirih.

“akh, tidak aku akan tetap disini, siapa tau kau masih butuh bantuan ku. Lagian ini juga udah telat” jawabku.

“lalu kenapa kau disini, temani ayah mu sana” lanjut ku.

“nggak apa, sepertinya ayah butuh istirahat, ayo ke Taman” ajak Sally.

Kami menuju sebuah taman indah masih di sekitar rumah sakit..

Akhir aku dan Sally duduk disebuah taman, kami sedikit berbincang, dan terlebih aku ingin sekali menghibur Sally saat ini.

“kemana ibumu?” tanyaku.

“Ibu dan ayah sudah 2 tahun bercerai saat ibu  sudah tinggal di Belanda” jawab Sally

“oh.... kalau begitu, maaf sudah menanyakan hal itu”

“iya Di gak apa kok” jawab Sally.

“sepertinya minggu depan aku harus pergi ke singapur untuk berobat ayah” lanjut Sally.

“oh, berapa lama?” jawab ku, aku sedikit terkejut mendengar kabar ini, aku berusaha menyembunyikan perasaan ini.

“belum tau sampai ayah sembuh dan bisa berjalan lagi, atau mungkin selamanya”

Aku terdiam, entah kenapa aku merasa akan kehilangan sesuatu yang berharga.

sahabat, tentu saja, aku takut kehilangan sahabat seperti Sally’ dalam benak ku.

Aku ingin sekali mengatakan jangan, tapi ini demi kebaikan ayah Sally.

“Di.. Kardi” panggilan asally membuat ku tersadar dari lamunan itu.

“akh, iya” jawab ku

“ngomong-ngomong ,hari ini kita bolos , kenapa tadi kamu gak berangkat dan memilih menamani ku disini” tanya Sally.

“oh, soal itu... karna aku tidak tau jalan ke kampus”

“hahahahaha.... bodoh, kenapa kamu tidak bilang, pak Madun kan bisa mengantarmu” jawab Sally dengan tertawanya.

“hah, pak madun?” jawab ku bingung.

“iya pak madun yang tadi , dia itu asisten sekaligus sopir, sekali gus sahabat ayah” jelas Sally.

“hah... iya lupa...hahaha” jawab ku dan ikut tertawa garing.

Benar-benar gadis yang hebat, padahal 15 menit yang lalu dia meneteskan air mata.

Kami berbincang dan bercerita, dan entah kenapa aku sangat senang dan bahagia menyaksikan Sally tertawa.

Aku masih tidak percaya minggu ini adalah minggu terakhir aku bisa bertemu sally. Karna minggu depan dia akan berangkat keluar negri untuk berobat ayahnya, dan belum tau kapan ia akan pulang.

Matahari ku sendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang