Zwei

5.7K 580 21
                                    


.

Sepi.

Sebenarnya sudah setiap saat seperti ini, kecuali hari minggu. Mingyu yang bekerja dan sesekali harus ke studio milik Tuan Kim--ayah Mingyu sekaligus mertuanya--bahkan sampai larut malam. Bahkan beberapa kali dalam satu minggu, Mingyu bisa pulang ke rumah saat jam 1 atau jam 2 malam.

Dan Wonwoo selain kegiatan di waktu senggangnya mengurus rumah, biasanya Ia akan melakukan hobi-hobinya. Membaca novel terutama. Wonwoo tipe pembaca yang cepat menyelesaikan bacaannya, makanya setiap sebulan sekali Mingyu bisa membelikannya novel keluaran terbaru.

Sekarang, Wonwoo tengah merapikan rak buku yang ada di ruang tengah. Rak-nya besar, dan buku-bukunya juga banyak. Saat pertama kali membeli rumah yang mereka tempati sekarang, Mingyu langsung memikirkan perabot yang memenuhi kebutuhan akan hobi Wonwoo. Dan rak besar yang tengah Ia bersihkan, Mingyu yang memilihnya di toko furniture. Mingyu bilang, Ia sengaja beli yang besar dan banyak sekat-nya agar Wonwoo bisa menyimpan banyak buku dan bisa mengelompokkannya dengan rapi.

Dan sejak 2 tahun berlalu, rak itu makin penuh dengan buku-buku milik Wonwoo. Sebenarnya Mingyu juga meletakkan barangnya di rak besar, paling hanya berupa berkas-berkas kantor juga buku-buku notes berisi lagu yang Ia letakkan di laci bawah rak.

"Mingyu masih memakai bukunya tidak ya?" Wonwoo bergumam sendiri sambil membuka lembaran-lembaran berisi lagu karangan Mingyu. Bahkan ada beberapa puisi juga didalamnya.

Ada sekitar 5 buku notes besar di pelukan lengannya, dan penuh semua.

"Banyak sekali lagu-lagu yang Ia tulis, tapi kenapa dari sekian banyak Mingyu hanya merilis 3 waktu zaman kuliah?"

Bibir tipis itu menggerutu, dan terlihat menggemaskan. Kalau ada Mingyu pasti tanpa izin langsung menciumnya.

"Andai aku bisa mengaransemen, mungkin bisa saja jadi 2 atau 3 lagu"

Pernah, 2 malam setelah mereka resmi menikah. Waktu itu jam 1 malam, dan Wonwoo baru akan beristirahat karna baru pulang dari rumah sakit. Ya, beberapa jam setelah acara resepsi selesai Wonwoo kolaps dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Kembali lagi, Wonwoo bahkan baru mau istirahat bahkan itu Mingyu sendiri yang menyuruhnya. Tapi tiba-tiba Mingyu nenghubungi ponselnya dan menyuruhnya untuk turun ke halaman belakang juga memakai jaket.

"Tidak jelas" gerutunya saat itu. Ia mengambil jaket milik Mingyu yang tergantung di lemari lalu turun dengan lemas kebawah.

Untung rumah sederhana mereka punya tangga yang tak terlalu tinggi. Sampai di depan pintu pembatas antara ruang santai dan halaman belakang, Wonwoo celingak-celinguk mencari sosok Mingyu.

"Mingyu? Mingyu-ya?"

Dan tiba-tiba, ada yang menutup matanya dari belakang. Wonwoo tahu itu siapa, dan langsung saja Ia melepas tangan besar yang menutupi matanya. Menghadap belakang dengan wajah tsundere khasnya.

"Kenapa cemberut hm?"

"Aku lelah Mingyu-ya, kenapa menyuruhku kebawah?"

"Oh, kau lelah? Sini sini,"

Mingyu memeluknya dan mendekap tubuhnya manja. Wonwoo menerima saja, dan menikmati pelukan Mingyu. Mengusap punggung dan kepalanya lembut, Mingyu benar-benar mencurahkan kasih sayangnya.

"Aku punya hadiah, mau dengar?"

"Kok dengar?"

"Kita ke ruang depan"

Wonwoo menurut saja saat itu, dan membiarkan Mingyu merangkul bahu ringkihnya berjalan menuju ruang depan. Sampai disana Mingyu menghampiri grand piano berwarna putih. Piano yang sudah menemani Mingyu sejak kecil sekaligus pemberian orang tuanya dulu.

schwierig |meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang