Di kampus

"APA! Seriusan lo? Demi apa Lis! Lo kebobolan!"

Semua mahasiswa yang ada di kantin menoleh, memerhatikan kedua gadis yang kini heboh sendiri.

"Ssst, dengerin dulu Jis. Mangkannya gue juga bingung, kok bisa rumah gue kebobolan?! Gue yakin banget kok kalau tadi malem udah ngunci pintu. Tapi kata mas Yuta, namanya maling pasti bisa masuk dengan cara apa aja. So, yaudah, mau gimana lagi. Untung aja gak ada barang yang ilang." jelas Lisa

"terus mas Yuta gimana? Dia gak diapa-apain kan?"

"dia gak kenapa-kenapa, harusnya lo itu khawatirnya ke gue! Kan gue yang dirumah sendirian. Sebenernya dari kemarin gue udah ngrasa gak beres sama tuh rumah. Apa jangan-jangan ada hantunya ya? Soalnya aneh banget kalau ada maling yang nggak ambil apa-apa, ya kan? Udah gitu aura rumah itu dingin banget."

"ih, lo kok malah nakut-nakutin gue sih Lis! Terus-terus gimana lagi, ceritain dong?" Jisoo yang mulai kepo terus mukulin lengan Lisa.

"eh sakit woy! gue bilang gini soalnya sejak gue masak kemarin itu-"

Lisa menceritakan awal mula dirinya merasa tidak nyaman. Sejak dirinya memasak, ia merasa ada seseorang yang bersandar di meja makan dan sedang mengawasinya. Saat Lisa menoleh, ternyata di meja makan tidak ada siapa-siapa.

Lisa kemudian makan dan tersedak nasgor buatannya sendiri, meskipun sudah tahu bahwa gelas yang ada di dekatnya tidak ada airnya, Lisa tetap mengambil gelas itu dan meneguknya. Semakin merinding Lisa saat tahu gelas itu berisi air, bahkan penuh.

Saat Lisa tidur juga dia seperti berbicara dengan seseorang dan meminta di ambilkan selimut. Saat itu Yuta dalam posisi belum pulang, namun siapa yang memberinya selimut. Itu terus membuat Lisa tidak nyaman dan takut.

"Jadi, menurut Lo gue kenapa? Apa jangan-jangan gue sinting ya? Gue udah gak waras? Kok gue jadi delusional gini ya Jis." Lisa menunduk dan memijat keningnya.

"Ini bener-bener gak beres, pasti ada makhluk halus di rumah lo! Nanti pulang kuliah lo mesti ikut gue."

"lah, ikut lo kemana?"

"shaman!"

Pulang kuliah

Jisoo dan Lisa naik taxi dan berhenti di depan sebuah tempat yang agak sepi. Lisa tidak yakin dapat menyelesaikan masalahnya disini.

"Lo yakin Jis?" tanya Lisa ragu dan menatap Jisoo yang sudah mengantri untuk turun.

"yakin 100%. Malah dulu waktu kecil gue pernah kesini sama nenek gue, udah sono buka pintunya."

Ceklek

Angin kala itu berhembus kencang, menerpa rambut Lisa dan seakan telah menyapa kedatangan gadis itu. Aura dingin dan aneh juga mulai dirasakan oleh Lisa.

"permisi" ucap Lisa dan jisoo bebarengan.

Seorang pemuda dengan pakaian hitam keluar dari gorden.

"Iya mbak cari siapa?"

Jisoo nyembul dari belakang Lisa.

"Oy mas Ong, pa kabar?"

"Lah, jisoo toh. Baik, tumben kesini? Siapa yang mau diramal?" sapa Ong ke Jisoo.

"bukan ramal, lebih tepatnya butuh bantuan shaman!" bisik jisoo dan Ong langsung paham sama kalimat Jisoo.

Hening

Ong cuman natap Lisa dengan aneh, lebih tepatnya pada makhluk yang ada di belakang dia. Sebenarnya Ong gak bisa melihat makhluk itu, dia hanya mampu melihat warna dari kumpulan aura. So, dia juga merasa ada yang tidak beres.

"abu-abu" ucap Ong memecah keheningan.

"gu-gue? Apanya yang abu-abu?" tanya Lisa heran.

"dia cuman ngomongin warna aura Lisa." jelas Jisoo.

"hah aura?" Lisa masih belum mengerti dengan ucapan Ong dan jisoo.

"lo tunggu di sono aja dek, dan lo, Lisa kan? Ikut gue ke dalem." setelah menyelesaikan kalimatnya, Ong mengilang di balik gorden merah.

"buruan lo ikutin mas Ong. Cepet!" jisoo mendorong Lisa untuk masuk kedalam.

Lisa semakin merinding melihat segala benda yang ada di tempat ini. Di kiri dan kanannya terdapat benda-benda aneh yang berjejer di atas meja.

"serem banget sih, ini juga suasananya gak enak banget. Udah semua serba merah, ketambah lampunya oren lagi. Eh ini apaan?" Lisa melihat keris kecil yang di bungkus kain putih. Tangannya mendadak gatal ingin mengambil keris itu. Lisa mengangkat tangannya perlahan mendekati keris itu dan

Tak

Kaget!

Sebuah tangan menghentikan tangan Lisa yang tinggal beberapa senti lagi dapat menyentuh keris itu.

"jangan di pegang!" Ong menasehati Lisa

"Lah, kenapa? cuman mau pegang bentaran kok mas." bela Lisa

"lo gak boleh sembarangan megang benda-benda yang ada di sini. Karena semua benda ini ada isinya!"

Jreng

"i-isi? r-roh maksudnya?" Lisa makin merinding dibuatnya.

"ikut gue."

Ong kembali berjalan menuju ke sebuah bilik yang cukup berbeda dengan bilik lainnya. Disana ada seorang wanita tua yang memejamkan matanya, alias semedi.

Lisa duduk di bantal merah kecil yang berada tepat di depan tempat nenek itu semedi. Ong juga sudah menghilang dari pandangan Lisa.

Hening dan

Tiba-tiba

Mata nenek itu terbuka lebar.

"kenapa kau datang kemari!" bentak nenek itu, yang langsung membuat Lisa kaget bukan main.

"sa-saya cu-cuman ma-mau-" Lisa tergagap menjawab pertanyaan si nenek, rasanya jantungnya sudah mau copot.

"bukan kau, tapi dia!"

'apa maksudnya dia' batin Lisa

Nenek itu menatap ke ujung pintu dengan tatapan yang menyeramkan. Membuat lisa makin merinding dibuatnya.

"hah?" lisa dengan cepat menoleh ke pintu yang sama, namun ia tidak melihat seorang pun disana.

"Kenapa kau mengikuti gadis ini?" ucap nenek itu lagi, namun dengan nada sedikit menuntut.

"Nenek bicara dengan siapa?" tanya Lisa yang sedikit merinding.

"Pria disampingmu." nenek kini menunjuk ke sebelah kiri Lisa.

"a-apa! Mana? Si-siapa?" Lisa nengok kiri kanan secara bergantian dengan bulu kuduk yang sudah berdiri.

Kini mata nenek beralih menatap Lisa yang masih kebingungan.

"Dia mengatakan bahwa dia akan terus mengikutimu."

"Ih, kok serem nek? Memangnya dia siapa?"

"Dia.." si nenek kembali melirik ke tempat tadi, di sebelah Lisa.

Vomentnya ya chingu, biar makin semangat buat lanjutin cerita ini.
Kakang Ong aja udah keluar, kapan Daniel sama Tennya keluar?
-sabar

Kakang Ong aja udah keluar, kapan Daniel sama Tennya keluar?-sabar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Btw, itu foto shaman yang bantuin Lisa

10;Tender Love X TenWhere stories live. Discover now