Talking CEO - 50 - Pembicaraan Empat Mata

Mulai dari awal
                                    

Michael menghentikan gerakannya meski napasnya masih memburu.

"Fine!" Ia mengangkat kedua tangan sekaligus penanda agar William melepaskannya. "Tapi aku tidak akan pernah memaafkan perbuatannya!" Michael menghujamkan pandangan penuh kebencian pada Axel.

"Thank you," ujar William sembari menengok ke arah Mysha yang sudah berurai air mata. Sial! Gelenyar itu hadir lagi memenuhi rongga hatinya. Sesak melihat wanita yang dicintainya mengeluarkan air mata sementara ia tak bisa berbuat apa-apa.

Sesungguhnya ada cukup banyak keinginan untuk memberi Axel pelajaran karena membuat Mysha begini berduka. Namun William tahu, ia harus bisa mengatur prioritas. Tugasnya sebagai direktur lebih banyak berperan dibandingkan sekadar cinta masa lalu yang bahkan tak diingat wanita itu.

"Axel, pulang dan istirahatlah!" William mencoba menerka berapa banyak luka yang diberikan Michael padanya.

Namun, hanya decakan kasar dan tangan mengelap bibir berdarah yang menjadi jawaban.

Ditatapnya Michael lekat-lekat sebelum akhirnya berbalik dan melangkah menjauh untuk masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka.

Ketika pintu lift benar-benar tertutup dan angka mulai berubah, William menghampiri Mysha yang sudah berada dalam pelukan hangat Michael.

"Kau juga pulanglah! Biar Michael yang mengantarmu. Urusan di sini, biar kubereskan."

"Tapi–"

"Pulanglah."

Harus Mysha akui, William memiliki kharisma yang tak bisa dibantahkan. Setiap perkataannya seolah memiliki kekuatan magis untuk membuat orang menurut.

"Ayo...." Michael merengkuh Mysha lembut. Segala amarahnya berhasil ia kendalikan. Axel memang tak pantas mendapat cinta Mysha. Mungkin memang kematian saja yang bisa membuatnya bertobat!

Maka pergilah Mysha yang masih berusaha mencari sandaran. Sebuah pegangan yang kini didapat dari Michael—kakak angkatnya.

Axel tersaruk masuk kembali ke dalam apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Axel tersaruk masuk kembali ke dalam apartemennya. Dokter pribadinya baru saja pergi. Ia dipanggil datang khusus untuk mengobati hidungnya yang patah. Meski tidak terlalu parah, tapi rasa sakit yang menghantam tubuhnya tak bisa semudah itu menyingkir.

Pria bertubuh tegap itu terlihat sangat letih. Entah beban apa yang menggelayuti pikirannya. Jas yang sudah sedari tadi dilepas masih tercampakkan di lantai. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk di ruang tamu. Rasa nyeri langsung menyergap. Diangkatnya kemeja yang menutupi perut terlatihnya. Lebam kebiruan mulai tampak menghias di sana. Michael benar-benar menghajarnya sekuat tenaga.

 Michael benar-benar menghajarnya sekuat tenaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
END Passionate CEO x Malam yang Tak TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang