DRAMA APALAGI INI, TUHAN? DAN SIAPA DIA?

1.1K 100 2
                                    

Aku berjalan menuju hall di selenggarakanya pameran kampus, pameran ini biasanya memamerkan hasil karya mahasiswa Teknik. Aku berjalan menyusuri stand penjual makanan dan menyapa beberapa teman jurusanku.

Perutku terasa mules, aku cepat-cepat ke toilet. Setelah selesai aku berjalan menyusuri Lorong menuju hall di selenggarakanya pameran. Aku merasa ada orang yang mengikutiku, Lorong ini berada di ujung dan jauh dari jangkauan orang-orang. Aku berjalan sedikit tergesa, hingga semuanya terasa gelap.

Aku mendengar percakapan orang-orang, namun mataku rasanya sulit di buka. "Rala, nggak kenapa-napa kan Ken?" aku bisa mendengar suara Nara. Namun demi tuhan mataku benar-benar sulit di buka.

Aku tak mengingat kejadian setelahnya, aku sudah bisa membuka mata dan merasa asing dengan tempat ini. Ruangan ini sepi senyap hanya ada orang itu lagi. "Masa jagoan tumbang," ucapnya diiringi kekehan mengejek.

Aku tak menanggapi, saat ini yang kurasakan hanya perih?

"Menurut gue, lo harusnya lebih waspada. Sampai kapanpun lo bakalan terus di serang." Setelah mengatakan itu cowok dengan tatapan tajam dan muka datar berlalu begitu saja.

"Bentar-bentar, dia kok ada di mana-mana ya?" gumamku lebih ke diri sendiri.

"Aneh gaksi? Di Malioboro, di Café, di kampus bahkan disini barusan aja? Dia tuh sebenarnya manusia bukan sih?"

"Siapa yang manusia atau bukan?"

Sumpah demi tuhan orang ini sering banget ngagetin, "Bukan siapa-siapa kok kak."

"Kalo gue nggak percaya, apa lo bakalan jelasin?"

"Bukan urusanmu kan kak?"

"Oke kalo gitu, biar makin jelas dan bisa jadi urusan gue, gimana kalo sekarang lo jadi pacar gue aja?"

"Sinting!"

Kenxe menanggapi dengan tawa yang membahana. Nara masuk ke dalam ruang rawat ini, membawa banyak makanan. Aku sedikit heran kenapa ia dan yang lain sepertinya sangat khawatir?

"Tangan lo yang kiri retak Ra," Terang Nara. Mataku terbelalak kaget.

"Loh kok bisa?"

"Tadi kita semua nyariin lo di pameran, bahkan kita ketemu Rura dia bilang tadi lo dateng ke pameran duluan. Kita ngerasa aneh dong, pameran itu kan diadakan di hall yang luas banget nggak mungkin kita nyari keliling, terus Ken mutusin nyari lo di gerombolan PWK, nah salah satu dari mereka bilang kalo lo tadi jalan ke arah toilet di deket Lorong."

"Ken sih sebenernya yang nemuin kamu dek Rala," imbuh Pipin.

"Hooh, keadaanmu bener-bener mengenaskan, masa ya sampe bibirmu berdarah. Kayanya itu sobek nggak sih Ken?" tanya Ayang.

Ken hanya manggut-manggut, jadi ini waktu aku ngobrol rasanya kaya ada yang menganjal.

"Kalian tahu siapa pelakunya?"

Mereka semua kompak geleng kepala, bahkan Ken yang menemukanku pertama kali tidak melihat satu orangpun disana. Setelah cukup lama Kiky and the gengs pamit untuk pulang ke rumah.

"Nar, kamu kenal nggak cowok tinggi kurang lebih tingginya 190cm, tubuhnya berisi dan alisnya cukup tebal?"

Nara mengernyit heran, "Gue pernah ketemu belum?"

"Harusnya sih pernah, tapi gatau kamu nyadar atau nggak?"

"Hah? Yang mana?"

"Yang tadi masuk ke ruangan sini, tahu nggak?"

"Perasaan dari tadi Ken di depan sini bareng Yayas dan Pipin sedangkan Kiky, Ayang dan gue ke depan nyari makanan. Tapi mereka nggak ada bilang ada orang masuk sini sih."

"Tapi orang itu tadi keluar lewat pintu depan sini sih Nar."

"Harusnya ya Ken, Yayas atau Pipin nyadarlah, mereka kan duduk di depan sini dekat pintu."

"Lah aneh, aku sering kok ketemu orang ini."

"Yakin? Lo nggak halu?"

"Yakin aku beneran dalam posisi sadar kok."

"Udahlah nggak ada ini, gausah di pikirin. Btw, gue udah nyuruh mas Handoyo dan Cakra buat handle café sementara ini selama lo pemulihan."

"Thank you, Cianara," ucapku tulus.

"Dah mending sekarang lo istirahat, gue duduk di sofa situ ya Ra?" pamitnya, aku mengangguk menanggapi.

Aku masih memikirkan cowok sok misterius itu, siapa sih dia sebenarnya. Dia sering banget muncul, atau sebenarnya dia penjahat yang sok baik? Anehnya masa nggak ada orang yang nyadar, masa sih dia bisa pergi gitu aja sedangkan Ken aja di depan. Ken itu bisa di bilang orang yang cukup waspada, masa sih nggak lihat orang yang keluar dari ruanganku ini?

INDECISIVE (Revisi)Where stories live. Discover now