Kejanggalan Haqiqi

2.7K 182 9
                                    

"Ralaaaa, woi Ralaa samlekom." Teriak seseorang dari luar

"Perasaan aku nggak janjian sama siapa-siapa deh." Kemudian ku abaikan suara teriakan dari luar unit dan berusaha memejamkan mata Kembali.

"Rala astaga teman macam apa lo, tega bener!" Masih ku abaikan suara teriakan itu.

"Ganggu aja deh!"

"Sumpah ya! lo berdosa banget sama temen!" Dengan keadaan setengah sadar aku berdiri membukakan pintu.

"Kampret banget ya, gue di luar teriak-teriak sampai malu sama tetangga sedangkan lo enak-enakan tidur," ucapnya kemudian masuk tanpa ku persilahkan dan meletakkan totebag dengan berbagai ukuran yang tak ku ketahui isi di dalamnya.

"Ngapain kamu kesini? Tumben," ucapku menyindir.

"Loh kok lo nggak ada rasa terima kasihnya sih sama gue, gue jauh-jauh dari Gamping ke Seturan Cuma nganterin tuh," ucapnya dengan tangan mengacung ke arah totebag yang di bawanya.

"Apaan tuh?" tanyaku sedikit penasaran.

"Buka aja," ucapnya kemudian berjalan menuju sofa yang semula ku pakai tidur.

Aku membuka totebag yang di bawa Nara, "Nar? Ini dari siapa coklat terus kopi sebanyak ini?"

"Coba tebak? Dari siapa?" tanyanya menggoda.

"Kalo aku tau, ngapain juga aku tanya," ucapku seraya mengedipkan mata.

"Sumpah mau muntah gue, liat muka lo tuh!"

"Kayanya aku tau deh ini dari siapa," ucapku.

"Ya jelas lo taulah babi, lo pasti kenal sama orang yang ngasih ini. Kenal dengan jelas dan dengan perasaan berdebar, karena lo belum move on," ucapnya berapi-api.

"Sialan!" umpatku di sertai tawa.

"Gue ketemu dia di kampus, terus doi lo nitip ini."

"Besok gaperlu lagi deh di bawain ginian. Kalo bisa langsung kamu bagi-bagiin aja ke orang yang lewat depanmu."

"Kenapa gitu? Bukanya lo seneng karena dia perhatian lagi, eh jangan-jangan dia ngajak lo balikan lagi. Hahahaha."

"Tuh ngarang banget, faktanya aku tadi ketemu dia di lantai ini bareng sama," ucapku mengantung.

"Sama siapa?" tanyanya tak sabaran.

"Ada deh kepo deh kamu, Nar,"

"Brengsek lo, bikin penasaran aja."

Aku tertawa menanggapinya, kemudian memindahkan isi totebag ke kulkas. Sebenarnya lumayan juga sih, bisa buat nyemil sambal nonton Netflix. Nara terus mengoceh tentang kejadian yang dia alami di kampus tadi. Aku sebenarnya heran sama Nara, apa dia enggak capek ya ngoceh terus.

Aku berjalan menuju pantry mengambilkan Nara minum, sebagai teman yang baik harus pengertian kan? Aku tau Nara pasti haus karena dari tadi dia ngoceh nggak selesai-selesai.

"Ra, menurut lo. Kenxe suka nggak sih sama lo?" tanyanya tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponsel.

"Kenxe siapa?" tanyaku bingung.

"Itu loh anak Teknik sebelah, yang suka bareng sama Kiky and the gengs," terangnya.

"Gatau tuh aku, kurang terkenal kali dia." Nara menanggapi dengan geleng kepala.

Kemudian Nara memperlihatkan laman Instagram yang sedang iya perhatikan dari tadi. "Tuh liat tuh, masa sih nggak kenal? Mereka aja kenal sama kamu."

"Nggak tuh beneran gatau aku, Kiky sama siapa tadi kamu bilang?"

"Kenxe, Ra K-E-N-X-E."

Aku mengernyit mengingat-ingat, "Nggak tau beneran deh."

INDECISIVE (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang