•~ Part 9 ~•

4.9K 134 29
                                    

Author POV

"Rel, lo kenapa?" tanya Beby kepada cowok di balik kemudi yang sedari tadi menangis dan mengucapkan kata maaf berulang-ulang.

"Maafin aku," lirih Farel.

Laju mobil semakin pelan dan akhirnya berhenti di tepi jalan.

"Beby," ujar Farel lemah seraya memandangi Beby dengan nanar.

Beby membalas tatapan Farel. Ia sedikit terenyuh melihat air mata yang menggenangi pipi suaminya tersebut. Ternyata seorang cowok bisa menangis seperti ini.

"Lo kenapa?" tanya Beby.

Farel meraih tangan Beby dan menciumnya dengan hati-hati. Beby yang awalnya ingin menarik tangannya urung karena tatapan memohon Farel. Farel terlihat rapuh sekali.

"Maafin aku Beby. Aku salah, aku bajingan, aku biadab, aku kotor. Aku udah bikin kamu dihina seperti tadi. Aku jahat, aku ... aku nggak pantes hidup," lirih Farel sambil mencium tangan Beby. Air matanya semakin mengalir deras.

Beby terpaku. Ia tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Seharusnya Beby yang menangis seperti ini karena hinaan teman-temannya tadi sangat mencabik-cabik harga dirinya. Seharusnya Beby yang terlihat rapuh, bukan Farel.

"Seandainya ... seandainya aku bisa mengulang waktu, aku nggak bakal perlakukan kamu seburuk itu Beby. Kamu tahu betapa sakitnya hatiku mendengar kata-kata mereka? Aku marah, malu, kecewa kepada diriku sendiri. Maafin aku sudah membawa kamu ke dalam kesusahan ini. Aku bersalah, aku biadab."

Farel melepaskan tangan Beby dan mulai memukuli kepalanya sendiri.

"Rel, Rel lo ngapain mukulin kepala lo sendiri?" seru Beby kaget.

"Aku pantas mati. Aku pantas mati," isak Farel.

"REL STOP!" teriak Beby.

Farel berhenti memukuli kepalanya sendiri.

"Kenapa lo yang nangis? Harusnya gue! Harusnya gue yang terpuruk, bukan lo! Harusnya gue yang pengen mati, bukan lo! Gue yang dihina, gue yang direndahin, bukan lo!" ujar Beby emosi. Entahlah ... Beby sendiri tidak tahu ia marah kepada siapa.

"Beb ..., semua gara-gara aku. Aku yang udah menyebabkan semua ini. Aku nggak tahan melihat kamu dihina seperti tadi, hatiku sakit."

Beby melihat kesedihan yang luar biasa di wajah Farel. Benarkah cowok ini sungguh-sungguh menyesali perbuatannya? Benarkah Farel sebenarnya... tidak pernah berniat buruk kepadanya?

"Berhenti nangis," kata Beby dingin.

"Beby, aku mohon...."

"REL. LO COWOK! BERHENTI NANGIS!"

Farel sedikit terkejut dengan teriakan Beby. Perlahan ia mengusap air matanya. Beby benar, tidak seharusnya ia terpuruk saat ini. Beby yang lebih terluka, Beby yang lebih sakit hati. Seharusnya ia menenangkan Beby, bukannya justru meraung seperti perempuan seperti ini.

"Beby, kamu tidak apa-apa?" tanya Farel.

"Gue laper," jawab Beby ketus.

"Maaf aku bersikap seperti tadi. Aku merasa sangat bersalah kepada kamu."

"Bisa stop drama ala India ini dan kita pulang sekarang? Gue laper."

Untuk sesaat tadi, Beby hampir luluh dan berfikir untuk memaafkan Farel sepenuh hati. Ia tidak pernah melihat seorang cowok menangis seperti itu untuk dirinya, baru Farel. Farel yang sudah menghancurkan masa depannya dan membuatnya harus mengalami hal berat seperti ini, Farel pula yang menangis seperti itu di depan matanya sendiri.

Dont Touch Me! Where stories live. Discover now