•~ Part 2 ~•

10.4K 201 3
                                        

Seorang cowok berkulit putih, hidung mancung, dan bermata elang menatap rumah Beby. Kijang Kencana nomor 10. Penuh bunga dan rapi. Matanya menemukan sosok seorang gadis manis yang tengah menyiram mawar-mawar di teras rumah.

Oh Tuhan! Itu dia, gadis yang telah ia nodai.

Farel berjalan mendekati Beby, menimbang apakah ia harus memanggil gadis itu atau membatalkan niatnya dan kembali menjadi pengejut yang bersembunyi di bawah ketiak ayahnya.

Tidak. Dia harus berani.

"Beby." Panggilnya lirih.

Gadis yang dipanggilnya sontak menoleh dan seketika membelalakkan matanya.

"Kau! Pergi!" teriak Beby. Ia sangat terkejut melihat sosok itu dihadapannya.

Farel segera mendekatinya lalu berlutut.

"Aku mohon ... maafkan aku,"

"Lepaskan!"

Beby menyiram Farel dengan air dari selang dan segera berlari menuju rumahnya. Ia mengunci pintu kamarnya dan bersembunyi di balik selimut. Kembali ketakutan dengan sosok yang sedang mematung di depan runahnya.

Pintu rumah kembali terbuka, menampilkan sosok seorang wanita berkerudung yang menatap Farel dengan tajam.

"Kamu yang sudah memperkosa anak saya?"

***

Beby memang lulus ujian essay yang dikerjakannya di hari naas itu, namun dengan hasil yang mengecewakan. Ia yang biasanya selalu mendapat nilai terbaik di kelasnya kini hanya mendapati huruf B di atas kertas ujiannya.

Namun bukan hal tersebut yang membuatnya sedih, ia justru sedih ketika mengingat bahwa ia akan lebih sering berjumpa pria itu di kelasnya.

Ingin rasanya ia berhenti kuliah dan menghilangkan Farel seutuhnya dari hidupnya, namun ia tahu hal itu mustahil. Hanya tinggal 2 semester lagi maka ia akan menyusun skripsi.

Sangat sayang apabila berhenti sekarang.

Selama beberapa minggu ini Beby merasa tertekan karena Farel terus saja mencoba mendekatinya. Ia benci. Sangat benci dengan kenyataan yang dihadapinya.

"Beb," panggil Ria teman dekatnya.

Ria memandangi Beby dengan prihatin. Kejadian sebulan yang lalu telah mengubah sikap Beby yang biasanya ceria menjadi pemurung. Ria sama sekali tidak menyangka seorang anak pengacara kondang seperti Farel tega berbuat sekeji itu terhadap sahabatnya. Andai saja Beby tidak memintanya untuk merahasiakan hal itu, ingin rasanya Ria memaki Farel di hadapan semua orang.

"Gue mau ke kantin nih! Ikut gak?" tanya Ria.

"Gak ah. Gue pusing nih. Tolong temenin gue ke UKS dong! Uek!"

Sejak seminggu ini Beby merasa ada sesuatu yang aneh. Ia sering mual. Gadis itu berlari menuju WC kampus sebab perutnya tak bisa diajak berkompromi lagi.

"Beby!!!" pekik Ria, ia segera mengejar Beby dan mengurut tengkuk gadis itu.

"Lo udah gapapa?" tanya Ria.

"Udah. Makasih ya, Ri."

Beby memijit keningnya yang pusing. Mereka kembali ke kelas untuk mengambil tas Beby. Jelas gadis itu tak bisa lagi mengikuti sisa perkuliahan.

DEG

Beby mendadak kaku ketika melihat Farel telah duduk di kursinya. Pria itu memandanginya dengan seksama, terlihat bingung melihat wajah pucat Beby.

"Kamu sakit?" tanya Farel.

Beby segera berbalik arah, ia menarik tangan Ria dan mengajaknya segera keluar dari kelas tersebut.

Dont Touch Me! Donde viven las historias. Descúbrelo ahora