Jaladara Lawana

4.7K 279 17
                                    

Next Café merupakan Café dua lantai yang mengusung tema Industrial. Café ini menyajikan berbagai macam makanan khas kota Budaya. Rala yang merupakan owner dari Next Café ini, sedang duduk termenung menghadap kaca besar yang memperlihatkan aktivitas di bawahnya.

"Rala? Ngapain lo siang gini bengong?" Ucap seseorang dengan tangan mengusap bahu Rala.

"Nara? Sejak kapan kamu disini?" Tanyanya bingung.

Cinara Adirupa merupakan satu-satunya teman yang ia punya. Kehidupan Rala saat ini sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya dulu. Nara menjadi saksi hidupnya, serta orang yang menolongnya saat hidupnya benar-benar berada di bawah.

"Tuhkan bengong lagi, mikirke opo jane ki?"

"Hah? Siapa yang bengong sih?"

"Ngeles aja terus, mbaknyaaa."

"Apaan banget deh, kamu mau ke kampus atau pulang dari kampus nih?"

"Astaga Rala, kamu jadi temenku dari SMA masa jadwal temen sendiri lupa sih?"

"Aku nggak seperhatian itu kali Nar."

"Udah deh lo gausah sok banyak pikiran gitu, mending sekarang lo siap-siap pulang aja daripada kehadiran lo di sini nggak berguna sama sekali,"ucapnya.

"Sialan!" umpatku tak terima.

Akhirnya aku mengikuti saran Nara untuk pulang, melewatinya dan masuk ke ruanganku mengambil beberapa berkas. Setelah meminta izin untuk pulang lebih awal ke mas Handoyo aku berjalan menuju area parkir.

Mobilku mulai membelah jalanan kota siang ini, suasana panas dan bunyi klakson saling bersaut-sautan membuat jalanan semakin riuh. Pedagang kaki lima menjajakan dagangannya, delman dan becak berjejer seakan menunggu wisatawan yang berhamburan membelanjakan uangnya.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit aku berperang dengan kemacetan akhirnya sampai juga di apartemen. Lift membawaku menuju lantai dimana unitku berada.

"Anjir,"umpatku pelan, kemudian aku berjalan menuju taman yang berada pada sisi selatan apartemen ini.

"Yatuhan dia jangan sampai lihat deh,"ucapku pada diri sendiri. Setelah menunggu dua orang itu lewat akhirnya aku berjalan pelan memutari beberapa unit agar mereka tidak melihatku.

"Bismillah semoga selamet deh," Ucapku kemudian lari menuju unitku yang tinggal beberapa Langkah lagi dan cepat-cepat masuk ke dalamnya. 

INDECISIVE (Revisi)Where stories live. Discover now