32. Kebenaran

1.8K 46 0
                                    

Revan sedang duduk dipinggir kolam renang. Dia masih merenungkan kejadian tadi pagi dikampusnya.

Flashback on

"Van, gue mau tanya sama lo." ucap alva seraya menghalangi jalan revan.

"Minggir lo."

"Gue gak akan minggir sebelum lo kasih tahu gue."

"Kasih tahu apaan sih, va? Udah gue ada urusan." ucap revan hendak pergi tapi dihalangi oleh alva.

"Gak, lo gak boleh pergi dulu."

"Itu alva sama revan kenapa ya? Samperin dech." batin rey.

"Zefa itu vellyn kan?" tanya alva to the point.

"Lo udah gak waras ya, minggir gue mau pergi." ucap revan pergi namun terhenti ketika mendengar ucapan alva.

"Gue tahu lagi, zefa itu vellyn kan? Ngaku dech, van."

"Hah? Zefa itu vellyn?" ucap rey kaget.

"Kayanya lo yakin banget kalo asya itu kiara."

"Kok lo tahu vellyn itu kiara?"

"Tahu lah, apa sich yang gak gue tahu tentang gisha. Gue lebih tahu tentang dia daripada lo." ucap revan seraya membalikkan badannya lalu menghampiri alva.

"Gue tahu lagi. Dia punya kakak yang benci sama vellyn."

"Lo cuma tahu tentang itu kan. Lo gak tahu kan selama ini gisha itu menderita."

"Berarti bener kan, zefa itu vellyn? Iya kan, van?"

"Terus kalo asya itu gisha emang kenapa, hah? Lo mau bikin dia sakit hati lagi, gak akan gue biarin itu terjadi."

"Jadi bener, zefa itu vellyn? Jadi bener, van?"

"Oke, ya asya itu emang gisha. Gue berhasil selamatin dia 5 menit sebelum mobil itu meledak. Lalu gue dan keluarga gue bawa dia ke paris." ucap revan menjelaskan. "Karna kecelakaan itu, gisha koma hampir 3 tahun lebih. Dia juga amnesia akibat benturan keras dikepalanya. Tapi gue bersyukur, jadi dia gak ingat masa lalunya."

"Lo mikir gak sih, dengan kaya gini lo bikin keluarganya vellyn sedih."

"Sedih? Lo gak tahu kan seberapa menderitanya gisha dulu. Ibu yang melahirkan dia justru menganggap gisha itu bukan anaknya sendiri. Anak mana yang gak sedih ketika ibu dia justru benci sama dia. Gue tanya siapa yang sedih, hah?" teriak revan.

"Gue gak tahu soal itu, van."

"Lo tahu kan, adrian benci sama gisha karna dia fikir gisha yang menyebabkan radit meninggal. Dia hanya sahabatnya radit, tapi dia malah benci banget sama gisha. Padahal gue yang kembarannya radit aja gak benci sama gisha."

"Van, tapi lo itu udah buat keluarganya vellyn sedih. Mereka berfikir kalo vellyn udah gak ada."

"Gue ngelakuin semua ini karna gue gak mau buat gisha menderita lagi. Dulu gue sangat berterima kasih sama lo, karna lo gisha bisa rasain gimana kasih sayang yang selama ini tidak pernah dia dapatkan dari keluarganya." ucap revan seraya menahan air matanya.

"Van, gue..."

"Tapi apa, lo justru jadi orang yang menyakiti hatinya lebih dari keluarganya. Asal lo tahu, radit amanatin gisha ke gua supaya dia terus bahagia." ucap revan seraya meneteskan air matanya. "Gue bersyukur ada bang rey dan keluarganya yang sayang sama gisha, setidaknya ada orang yang sayang sama gisha sekalipun itu bukan keluarga kandungnya."

"Van, gue menyesal. Gue ngaku salah, tapi please kasih gue kesempatan kedua. Gue ingin memperbaiki semuanya."

"Oke, gue bakal kasih lo kesempatan kedua. Tapi lo jangan sampai maksain gisha untuk mengingat tentang lo, karna itu akan berbahaya buat kesehatannya."

"Gue janji, van."

"Dan 1 lagi, kalo suatu saat lo tahu dihati gisha udah ada orang lain, lo gak boleh paksain keinginan lo untuk jadikan gisha milik lo. Lo harus relain dia bersama orang yang dia sayang." ucap revan seraya pergi.

"Thanks van, gue bakal gunakan kesempatan yang lo kasih dengan sebaik-baiknya." batin alva.

"Jadi, felling gue selama ini benar. Kalo sebenarnya zefa itu memang vellyn, adik kesayanganku." batin rey.

Flashback off

"Kenapa gue tadi bisa keceplosan sih? Kan alva jadi tahu kalo asya itu gisha."

"Jadi zefa itu kiara?"

"Adrian? Ngapain lo disini?"

"Jawab gue van, zefa itu kiara kan?"

"Lo salah dengar kali."

"Gak, jelas-jelas gue denger lo sebut zefa itu kiara."

"Okey, asya emang gisha. Puas lo."

"Lo itu ya." ucap adrian seraya mencengkeram kerah revan. "Lo itu udah buat mamah sedih gara-gara kabar meninggalnya kiara."

"Santai, yan." ucap revan seraya melepas cekeraman adrian. "Lo harusnya berterima kasih sama gue, karna gue berhasil selamatin gisha 5 menit sebelum mobil itu meledak."

"Tapi setidaknya lo kasih tahu kalo kiara selamat, bukan malah bawa dia pergi yang membuat kita semua mengira kiara udah gak ada."

"Asal lo tahu, gisha koma selama hampir lebih dari 3 tahun. Gue bawa dia ke paris agar dia bisa mendapatkan layanan yang intensif. Dan setelah dia sadar, dia hilang ingatan." ucap revan seraya berdiri. "Tapi gue bersyukur dengan itu, karna dia gak bakal ingat sama masa lalu nya."

"Lo mikir gak sih? Harusnya lo kasih tahu keluarganya, mereka berhak tahu dia masih hidup."

"Keluarga? Lo bilang keluarga?" tanya revan dibalas anggukan oleh adrian. "Lo itu yang harusnya mikir. Emang ada ya keluarga yang benci sama anggota keluarganya? Emang ada ibu yang benci sama anaknya? Emang ada, hah?"

"Dulu mamah gak tahu kebenaran tentang kiara. Dia tahunya...."

"Gisha bukan anak kandungnya, iya kan? Gue udah tahu lagi"

"Tapi sekarang kita semua menyesal, van. Please kasih kita semua kesempatan untuk menebus semua kesalahan kita."

"Gue sih mau aja kasih lo pada kesempatan, tapi gimana ya? Lo tahu sendiri kan sekarang gisha hilang ingatan. Dia gak ingat lo pada, yang dia tahu gue dan keluarga gue adalah keluarganya." ucap revan seraya pergi namun terhenti karna ucapan adrian.

"Setidaknya lo izinin kita buat mengembalikan ingatannya kiara."

"Lo gak bisa maksa dia untuk mengingat masa lalunya, itu justru akan berbahaya bagi kesehatannya. Saran gue, mending lo terima aja yang sekarang terjadi. Anggap aja itu karma buat lo pada karna dulu pernah sia-siain gisha." ucap revan pergi.

"Apa benar yang dikatakan revan tadi? Apa ini yang dinamakan karma? Kiara please kasih kita semua kesempatan kedua, gue mau perbaiki kesalahan gue." batin adrian.

~~~~~~~~~~

Hai guys, jangan lupa vote dan komensnya ya.

Sampai jumpa dipart selanjutnya, guys.

Happy reading.

Stay or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang