E N A M - D U N I A L A I N ?

16 6 0
                                    


Tidak begitu besar, juga tidak begitu kecil. Cukup untuk ditempati satu keluarga dengan satu anak. Rumah Ogg juga mempunyai halaman depan. Ada sebuah pohon besar disana yang cukup untuk digantungi ayunan.

Di ayunan tersebut, duduklah seorang anak kecil berusia kira-kira delapan tahun. Rambutnya berwarna pirang dan di kepang dua. Ia memakai gaun selutut berwarna putih, membuatnya tampak seperti malaikat.

Begitu ia melihat Ogg datang, Ia langsung menghampiri Elisa, Alf, Mike, Rosie, dan Ogg. Ia tampak senang sekaligus penasaran.

"Haii Ghaida! Aku pulang, membawa teman. Angap saja mereka teman nak." Jelas Ogg. "Oh ya, kalian belum memperkenalkan diri."

"Maaf, kami lupa untuk memperkenalkan diri. Sebaiknya mulai dariku. Aku Elisabeth. Panggil saja Elisa." Elisa langsung memberi hormat ke Ogg. Ia mulai mempercayai Ogg.

"Aku Alfredo, biasa dipanggil Alf oleh teman-temanku." giliran Alfredo yang memberi hormat, dengan membungkukan badan.

"Aku Mike, aku satu-satunya yang membawa tas. Karena teman-temanku sangat ceroboh." Mike memperkenalkan diri.

"Aku Rosie, aku terjebak disini, dan bertemu mereka ketika sedang mau makan." Rosie tersenyum lembut ke Ghaida.

"Bisakah kau memperkenalkan diri sekali lagi secara lebih lengkap, Ogg?" pinta Elisa

"Oh ya, aku Ogg, warga pedesaan sini, dan ini anakku Ghaida. Ia sebenarnya kembar, kembarannya bernama Ghaina. Ghaina suka sekali berpetualang. Mungkin Ia sedang meneliti tanaman di hutan sana. Istriku sudah meninggal dan sekarang tidak ada yang menjaga mereka. Mereka sedang libur sekolah berasrama mereka." Jelas Ogg panjang lebar. "Kalau kau mau bertemu Ghaina, kau harus minta Ghaida yang memanggil, atau ia tidak akan mau."

"Turut berduka untuk istrimu Ogg." sahut Mike.

"Tidak masalah. Aku malah sedih jika ada orang yang bersedih, padahal aku sendiri sudah tidak apa-apa."

"Ohh maaf." Mike meminta maaf dengan salah tingkah.

Sementara Ogg memperkenalkan diri, Rosie dan Ghaida sudah mengakrabkan diri, dan mereka sekarang sedang merangkai bunga. Sementara Elisabeth, Alfredo, dan Mike mendengarkan.

"Apakah, kami bisa kembali ke tempat asal kami, Ogg?" Tanya Elisa.

"Aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Karena kami sendiri diasingkan oleh dunia kalian." Jelas Ogg sambil mengambil gunting rumput. Ia hendak mengguntingi rumputnya yang sudah kelewat tinggi.

"Dunia? Bukankah ini hanya di kota lain?" Alfredo penasaran, ia mendekati Ogg.

Mike menyahut, "sudah kuduga ini adalah dimensi lain. Dunia lain. Tempat yang berbeda dengan kita."

"Kau kebanyakan main video game, Mike!" bantah Elisabeth. Ia yang tak mudah percaya, dengan segala yang gaib, langsung membantahnya. Menurutnya, semua harus ada penjelasannya. "Tak mungkin ada dunia seperti itu."

"Tapi nyatanya kau berada di dunia yang berbeda dimensi dengan duniamu, Elisa." Ogg membenarkan.

Wajah Elisa mengerut. "Tapi, mengapa kau bilang duniamu diasingkan oleh dunia tempat kami berasal?"

Ogg lanjut mengguntingi rumput sambil menjawab, "konon katanya, mereka — orang-orang di duniamu, takut dengan kita yang mempunyai kekuatan gaib. Mereka tidak percaya itu. Sama sepertimu, Elisa."

Muka Elisa memerah mendengar perkataan Ogg. "Maaf."

"Ogg, bolehkah kami tinggal di rumahmu?" tanya Mike. "Kami akan mengurus Ghaida dan Ghaina."

Muka Ogg langsung mengerut, "tetapi aku tidak mempunyai cukup tempat untuk kalian."

"Maaf Ogg." Elisa meminta maaf sambil mendelik ke arah Mike, karena meminta sesuatu yang tidak mungkin.

Tetapi Ogg bersuara lagi, "kau bisa tinggal di asrama bersama si kembar Ghai kalau mau."

"Bolehkah?" Elisa takjub.

"Benarkah?" Alfredo sama tak percayanya dengan Elisa.

"Tentu boleh. Biar aku yang mengurus." Ogg berhenti memangkas rumput. Tangannya kotor semua.

"Tapi masalah keuangan bagaimana?" tanya Mike.

"Disini semua gratis, jika kalian bisa memberikan imbalan kepada sekolahnya. Maka kalian harus belajar dengan sungguh-sungguh." Jelas Ogg sambil mencuci tangan. "Jika tidak, mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan kalian."

Rosie kembali dengan Ghaida dari arah belakang rumah. Tangan mereka kotor semua, dan mereka membawa seekor kelinci. Sepertinya mereka habis mengejar kelinci, dan menghancurkan liangnya.

"OHH, GHAIDA!! KAU MENGHANCURKAN LIANG KELINCI? KUBILANG JANGAN RUSAKKAN APA YANG SUDAH DIBUAT TUHAN!" Muka Ogg memerah karena marah. Elisa berpikir, Ogg kalau marah, sangatlah mengerikan. Ia menanamkan dalam otaknya, agar jangan sampai membiarkan Ogg marah. "KEMBALIKAN KELINCI ITU!"

Maaf lama update dikarenakan liburan, dan mencari ide:v

The Trio and The Lost World (The Wattys2018)Where stories live. Discover now