S A T U - P E R T E N G K A R A N

46 18 18
                                    


“Oke, jadi, Pak Erik memberiku ini,” katanya sambil menunjukan sebuah bola berwarna merah.

”Lalu?" Mike menyela.

"Jangan menganggapnya remeh dulu Mike!" Elisa menggeser badannya supaya lebih mendekat ke Alfredo. "Siapa tahu itu benda yang sangat penting."

Alfredo melanjutkan, "Katanya, aku ditugaskannya untuk mencoba membuka bola tersebut. Bola tersebut tidak bisa dibuka dengan cara biasa saja. Maka, aku minta bantuan kalian."

"Hmm.. Kau sudah mencoba membukanya dengan pisau atau cutter?" Tanya Mike.

"Belum. Tapi aku percaya omongan Pak Erik. Lagipula, Pak Erik sudah memberikan kepercayaannya kepadaku."

Elisa mengerutkan dahinya, "jangan cepat percaya kepada orang."

"Mungkin saja Pak Erik memang sengaja menabrakku, karena dia tahu aku akan bertindak kurangajar, maka ia mempunyai kesempatan untuk memberitahuku secara pribadi di ruangannya."

Mike diam saja.

Elisa menentang pendapat Alfredo, "Bisa saja Pak Erik memang sengaja memberimu pelajaran karena kau telah bertindak kurangajar kepada beliau. Dan isi dari bola itu, bisa saja bangkai atau segala macamnya."

"Hei! Biasanya kau selalu memuja Pak Erik. Sekarang kau malah menganggap negatif dirinya." Mike akhirnya bersuara.

"Aku tidak setuju dengan Alf karena, kalau Pak Erik bermaksud untuk mempercayai Alf, beliau akan terus terang dengan Alf tentang semua ini, dan tidak usah memakai acara tabrak-menabrak."

"Aku menyesal memberitahumu, Elisa, lebih baik, aku simpan saja semua ini sendiri." Alfredo masih berlagak tenang di tempat duduknya.

Mike tambah gelisah dengan situasi ini.  Lebih baik Ia pulang langsung saja tadi. "CUKUP KALIAN BERDUA. Sebaiknya kita buka saja bola ini, dan kita lihat isinya. Barulah kita dapat menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

"Oke, tapi, dengan apa?" Alfredo menaruh bola tersebut ke kasur berwarna hitamnya.

Elisa memberikan ide, "coba saja dulu dengan pisau."

"Sudah kubilang tidak bisa!"

"Diam dulu kalian berdua! Biar aku yang mengurusnya." Mike mengambil alih.

Sementara Ia sibuk dengan bola tersebut, Elisa meneruskan membaca komik. Tetapi pikirannya tidak bisa dialihkan dari bola merah tersebut. Dan Alfredo sedang mencari-cari informasi tentang bola tersebut di Internet.

Keheningan melanda mereka selama sekitar 5 menit. Namun Elisa memecah keheningan tersebut. "Sudahlah ku ambilkan pisau." Ia mendesah sambil melempar komik yang sedang Ia baca.

Mike dan Alfredo hanya bisa diam saja sambil menunggu Elisa berusaha memotong bola tersebut dengan pisau.

"Apa yang ku bilang! Bola tersebut tidak dapat dibuka dengan pisau!" Setelah melihat Elisa kewalahan mencoba membuka bola, Alfredo memarahi Elisa.

"Sebentar!!" Elisa tetap keras kepala. Ya, Elisa memang pintar dan sebagainya, tetapi setiap orang juga punya kelemahannya masing-masing. Dalam hal Elisa, kelemahannya adalah keras kepalanya. Hanya Bu Yura saja yang dapat menghadapi Elisa dengan sabar.

Alfredo menyilangkan tangannya, "Sudahlah, sini ku mainkan saja bola itu." Ia merebut bola merah tersebut dari tangan Elisa.

"Tidak." Mike yang daritadi memperhatikan Alfredo dan Elisa, akhirnya menyahut. "Kau coba saja menaruh jarimu di atas bola itu dan berharap dapat membuka dengan sendirinya."

Alfredo tak habis pikir, "haha, lucu sekali Ini kehidupan nyata Mike! Memangnya kau pikir ini dunia Harry Potter atau apa?" 

Elisa mulai bosan dengan topik bola mereka. Akhirnya iya mengambil komik yg sempat Ia lempar ke arah rak, dan meneruskan membacanya.

"Ku coba saja ya?" Kata Mike putus asa karena tidak dipercayai oleh teman"nya.

Alfredo meneruskan browsing internetnya, sementara Mike menempelkan jari telunjuknya di atas bola dan berharap dengan sepenuh hati dapat membuka bola tersebut. Mike menutup matanya supaya dapat lebih menghayati.

Elisa mengangkat alis kirinya melihat kejadian tersebut.

Sementara itu, Alfredo tidak peduli. Ia mulai membuka situs facebooknya dan mengestalk Pak Erik.

Tiba-tiba muncul cahaya putih dari bola tersebut. Elisa yang tadi hanya mengangkat alisnya saja sekarang matanya membuka lebar. Komik yang sedang Ia baca terlupakan.

Alfredo juga tidak kalah terkejutnya dengan Elisa. Ia mulai mendekat ke arah bola tersebut bercahaya.

-DIVA-

The Trio and The Lost World (The Wattys2018)Where stories live. Discover now