E M P A T - R O S I E

31 12 5
                                    


Mereka melangkahkan kaki untuk yang pertama kalinya ke dalam labirin di hadapan mereka. Elisa memimpin di depan, Sementara Mike dan Alfredo mengikuti di belakangnya.

Terlihat jelas dari ekspresi wajahnya, Alfredo takut untuk masuk ke dalam labirin ini. Mike dan Elisa yang sedang menaruh konsentrasinya di jalan, tidak menyadarinya. Untung bagi Alfredo, jika Mike dan Elisa menyadari ketakutannya, Ia akan di bully habis-habisan.

Alfredo, Elisa, dan Mike akhirnya tiba di pertigaan pertama mereka. Mereka harus memutuskan akan melewati jalan yang mana.

Akhirnya, setelah sekian lama berdebat, Elisa memberi ide, "Bagaimana kalau kita membuat peta tempat ini? Kalau tidak, setidaknya kita mencabuti daun dari semak-semak ini, agar jika kita tersesat, kita tinggal mengikuti daun-daun yang kita petik?"

"Ide bagus juga." Jarang sekali Alfredo memuji Elisa, jika memuji paling-paling hanya soal pelajaran  supaya Elisa mau memberikan jawaban pekerjaan rumah mereka.

Elisa berusaha menyembunyikan rona pipinya. "Bagaimana kalau kita menunjuk serempak dalam hitungan ketiga? Yang paling banyak ditunjuk itulah jalur yang akan kita lalui."

"Aku akan menggambar petanya Lis,"sahut Mike si jago gambar. Ia segera mengeluarkan buku tulis dan pensilnya. Mike menarik bagian tengah buku tulis dan Ia menggambarnya di sana. Gambar Mike detil sekali sampai-sampai Ia beri keterangan di tempat itu.

Setelah Mike selesai menggambar 'peta sementara' itu, Alfredo, Elisa, dan Mike menghitung dari satu sampai tiga. " Satu.." Mereka menyiapkan tangan mereka. " Dua..." Mereka menyiapkan pikiran tentang mau kemana mereka menunjuk. "Tiga...!" Serempak mereka mengarahkan jari telunjuk mereka ke arah yang ingin mereka tuju masing-masing.

Alfredo dan Mike menunjuk ke arah kiri, sementara Elisa menunjuk arah kanan mereka. Dua banding satu. Menang dua.

Wajah Alfredo puas sekali. Seperti Ia bisa mengalahkan Elisa. Memang, Alfredo paling mudah ditebak ekspresinya. Kadang-kadang kalau sedang badmood, Ia bisa menjadi pribadi yang menyebalkan. Tetapi kalau sedang ceria, Ia bisa menjadi penyemangat dalam grup. Itulah mengapa Ia dijadikan kapten tim basket kelas satu SMP.

Sesuai jari telunjuk Alfredo dan Mike, mereka mengarahkan kaki kearah kiri. Matahari diatas mereka masih terik, tetapi mereka tidak merasa kepanasan. Mereka berjalan semakin ke dalam labirin, semakin seram auranya, walaupun sekarang matahari bersinar terang. Tidak lupa Elisa memetik daun-daun dari semak di kiri kanan, dan menjatuhkannya di jalan.

Sekitar lima menit mereka berjalan tanpa suara. Akhirnya mereka menemukan lahan luas, seperti yang biasa ada di tengah labirin. Tetapi, menurut perkiraan Elisa, mereka belum sampai ke tengah labirin, karena tidak mungkin hanya beberapa menit, mereka sudah sampai di tengah labirin, tujuan mereka bukanlah untuk ke tengah labirin, melainkan keluar dari labirin tersebut.

Di tengah lahan tersebut, yang seperti ruangan di dalam labirin tanpa atap, terhamparlah selembar karpet krem lumayan besar.

Di atasnya terdapat banyak buah-buahan. Mata Alfredo, Mike, dan Elisa membelalak melihat adanya makanan terlantar di labirin.

"Kebetulan sekali, aku lapar. Kau mau makan Mike?" kata Alfredo yang melihat makanan itu.

Elisa langsung menentangnya. "Tidak", katanya, "Menurutku, sangatlah mencurigakan menemukan makanan sebanyak ini dalam labirin ini. Pasti ada tujuannya ditaruh di sini."

"Ayolah Elisa, Mike! Aku lapar sekali! Tidakkah kalian juga lapar?" Alfredo masih membujuk. Perutnya sudah berbunyi meminta makanan sejak masuk dari maze tadi. Tetapi Ia bersikap bijaksana untuk tidak meributkan teman-temannya. Ia mengambil sebuah jeruk dan mulai mengupasnya.

Elisa mendengus.

Mike berkata, "Menurutku Elisa betul. Kita haruslah bersikap waspada terhadap segala sesuatu di sini." Ia mendukung Elisa. "Kita belum pernah kesini sebelumnya."

Elisa menaikkan alis dan mengambil jeruk yang tadi dikupas Alfredo, sebelum Alfredo memakannya. "Aku bosan bertengkar denganmu Alf. Kenapa kau tidak seperti Mike yang selalu mau dinasehati?"

Alfredo mengalah, "baiklah... Makanan ini sebaiknya kita apakan kalau tidak dimakan?" Ia melihat Elisa yang melemparkan jeruk yang tadi Ia kupas ke dalam keranjang di atas karpet.

Ketika mereka sedang bertengkar tentang makanan, tiba-tiba datang seorang gadis berambut panjang, hitam bergelombang, tingginya sekitar 159 sentimeter. Ia memakai gaun tidur berwarna biru muda. Keluar dari salah satu lorong labirin.

Kelihatan sekali bahwa Ia berbeda jauh dengan Elisa yang memotong pendek rambutnya dan sering memakai kaos oblong hitam dan celana pendek.

Alfredo yang mau mencoba mengambil makanan lagi, terhenti tangannya dan menatap gadis tersebut dengan takjub.

Sementara itu, Elisa dan Mike hanya mengangkat alis sebelah saja.

Gadis itu tiba-tiba bersuara, "Kalian sedang apa disini?"

"Kami tersesat. Apakah kau bisa membantu kami untuk menemukan jalan pulang?" Alfredo langsung menjawabnya dengan sigap.

Elisa mengerutkan kening dan bertanya, "kau sendiri sedang apa? Siapa namamu?"

Gadis itu mengabaikan pertanyaan Elisa dan berkata lagi, "Itu makananku, silahkan dimakan jika kalian lapar."

"Hei jawab dulu pertanyaan Elisa, Siapa namamu?" Mike mengulang pertanyaan Elisa.

"Namaku Rosie, salam kenal." Ketika Rosie berbicara, suaranya terdengar lembut di telinga.

Note : new cover.. Suka cover yang lama atau yang ini? Kayaknya bakalan sering ganti-ganti cover deh, soalnya yang ini suram banget depannya:v 790 words lohh hehe

The Trio and The Lost World (The Wattys2018)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon