Bab 5

14.7K 839 70
                                    

Dira duduk di kursi pasien yang berada di depan meja kerja Deon. Mata Dira dengan jeli memperhatikan bagaimana Deon memeriksa keponakannya itu.

Dira sebenarnya sudah merasakan firasat buruk saat Kakak Iparnya menyebutkan nama dokter langganan Keshia, keponakan Dira. Tapi Dira tak terlalu memusingkannya.

Namun, Dira merasa tahu nama dokter itu saat Dira melakukan pendaftaran tadi. Dan ternyata firasatnya benar, dokter langganan Keshia adalah pria yang kemarin menciumnya tiba-tiba saat di cafe.

Kini Dira hanya bisa diam saja. Dira masih menyimpan kekesalan pada pria itu. Sebenarnya Dira ingin meluapkan kekesalannya pada pria itu. Seperti memarahi atau mungkin memukuli saja. Sayangnya, Dira tak bisa melakukannya karena Dira datang bersama keponakannya.

"Gigimu tak apa-apa. Tapi, kamu tetap tidak boleh memakan permen dan coklat berlebihan. Perbanyak minum susu untuk kesehatan gigimu itu. Sebaiknya kau datang kesini setiap hari untuk memeriksa gigimu itu." Dira menatap Deon yang sedang menceramahi keponakannya itu dengan tajam.

"Baik dokter." Balas Keshia dengan riangnya. Deon tersenyum tipis mendengarnya. Deon tak menyadari kalau seorang gadis yang sedang menunggu pasien nya itu melongo tak percaya saat dia menampilkan senyumannya.

"Dokter, Keshia mau sikat gigi dulu disini. Bolehkan dokter?" Tanya Keshia dengan wajah polosnya. Deon terkekeh lalu mengacak rambut Keshia.

"Tentu saja." Jawab Deon. Keshia melompat-lompat dengan senang lalu berlari ke arah kamar mandi yang berada diruangan Deon. Deon menyeringai saat Keshia sudah masuk ke kamar mandi. Ini saatnya dia mengerjai Tante pasien kecilnya itu.

Deon berjalan ke arah kursi kerjanya dengan matanya yang menatap Dira. Deon bisa melihat Dira yang memalingkan wajahnya dengan kesal.

Sebenarnya, Deon tak berniat melakukan apapun pada Dira. Tapi, saat Dira berkata padanya dengan nada ketus tadi membuat Deon tertarik. Apalagi tatapan kesal dari Dira yang selalu terarah pada Deon, membuat Deon semakin merasa tertarik pada gadis itu.

Saat Deon baru saja menarik mundur kursi kerjanya, Dira langsung bangkit berdiri dan melangkah menuju pintu. Alis Deon bertaut karena bingung.

"Kemana kau akan pergi? Keponakanmu masih di kamar mandi." Ucap Deon membuat langkah Dira terhenti sebentar.

"Aku akan menunggunya diluar." Jawab Dira dengan ketus dan kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti. Dira meraih gagang pintu dan menariknya hingga pintu terbuka sedikit. Namun, sedetik kemudian pintu itu tertutup lagi dan menimbulkan suara yang lumayan keras. Dira membelalak kaget karena suara pintu juga sebuah tangan yang yang membuat pintu itu tertutup lagi.

Tak lama kemudian, Dira dapat melihat sebuah tangan lagi yang berada di dinding sebelah pintu dari sudut matanya. Jantung Dira berdetak cepat saat menyadari kalau sekarang posisinya berada dalam kungkungan seseorang. Dan Dira tahu siapa itu.

"Aku hanya ingin meminta maaf atas apa yang kulakukan kemarin." Dira bergidik geli saat suara itu terdengar begitu dekat ditelinganya. Detik berikutnya Dira merasakan sesuatu menempel di punggung nya.

Deon menyeringai senang. Dia seperti mendapatkan mainan baru yang begitu menyenangkan hingga Deon tertarik untuk memainkannya terus. Dengan sengaja Deon merapatkan tubuh depannya hingga menempel dengan punggung Dira. Deon sudah bertekad untuk mendapatkan apa yang dia inginkan tadi, mencicipi rasa manis dari bibir gadis yang sekarang berada dalam kungkungannya.

Deon mendekatkan bibirnya pada telinga Dira lagi dan berbisik dengan pelan.

"Aku tahu kau kesal. Maka dari itu aku ingin meminta maaf." Bisik Deon dengan suara yang menggoda. Deon baru saja ingin menggigit telinga Dira yang memerah, namun suara seorang gadis kecil dibelakangnya menghentikkan niat Deon. Dengan cepat Deon melepaskan kungkungannya dan berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

"Keshia sudah selesai dokter." Ucap Keshia dengan tawa bahagianya tanpa menyadari wajah masam Tantenya. Walaupun sebenarnya Keshia juga bingung karena melihat Deon dan Dira berdiri berdekatan.

"Tante ayo pulang." Ajak Keshia seraya mendekati pintu. Keshia menarik gagang pintu dan keluar dari ruangan Deon terlebih dahulu. Dira pun membalikkan tubuhnya hendak menyusul Keshia. Namun, langkah Dira terhenti karena Deon menarik tangan kanannya dan mendorong tubuh Dira ke dinding. Dira memekik kaget dan matanya membulat saat merasakan sesuatu yang menempel di bibirnya. Hanya menempel dan beberapa detik kemudian terlepas lagi.

"Rasanya masih sama." Ucap Deon dengan santai nya. Setelah itu Deon mendorong tubuh Dira untuk keluar dari ruangannya. Sebelum menutup pintu, Deon berbisik pelan ditelinga Dira.

"Aku akan menunggumu setiap hari disini." Setelah berkata seperti itu Deon langsung menutup pintu ruangannya. Sedangkan Dira masih mematung ditempat.

"Tante, ayo pulang." Ajak Keshia seraya menarik-narik lengan baju Dira. Dira tersadar lalu mengangguk dan berjalan pergi dari sana.

.
.
.

"Kenapa kamu harus sikat gigi disana? Dirumah juga bisa kan?" Tanya Dira pada Keshia. Kini mereka sedang berada didalam mobil keluarga Dira. Dira memang menelepon supir untuk menjemputnya.

"Keshia suka sikat gigi disana karena pasta giginya enak Tante. Bahkan setiap Keshia periksa gigi, Keshia selalu sikat gigi disana dan Pak Dokter yang tampan dan baik selalu membolehkannya." Jawab gadis berusia 10 tahun itu dengan riangnya. Dira mengernyit jijik saat Keshia menyebut Deon tampan dan baik.

"Kapan lagi kau harus periksa gigi?" Tanya Dira lagi. Keshia menatap langit-langit mobil dengan telunjuknya yang berada di dagu.

"Emm tadi sih Pak Dokter bilang kalau mulai besok dan seterusnya Keshia harus setiap hari periksa gigi. Jadi besok Keshia juga harus periksa gigi lagi dan Keshia akan merasakan pasta gigi enak lagi." Jawab Keshia seraya bertepuk tangan. Wajahnya terlihat semringah, berbeda sekali dengan Dira yang memasang wajah horror.

"Kalau begitu, besok kau diantar Ibumu saja. Aku tidak mau mengantarmu lagi." Ucap Dira seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Keshia langsung cemberut mendengar penuturan Tantenya barusan.

"Aku mau sama Tante saja. Karena sepertinya Pak Dokter senang bertemu dengan Tante." Ucap Keshia lagi membuat Dira mendelik tajam padanya. Keshia menatap Dira dengan bingung.

"Kenapa Tante? Itu kenyataan kok. Dari pertama kita masuk Pak Dokter sudah tersenyum-senyum. Sedangkan saat bersama Ibu, Pak Dokter selalu judes." Dira mendengus kesal mendengarnya.

"Dokter itu tersenyum-senyum karena dia sudah gila." Balas Dira dengan ketusnya.

"Ya, karena dia tergila-gila padamu Dira." Dira langsung membenturkan kepalanya pada kaca mobil disampingnya setelah batinnya berkata seperti itu. Apa maksudnya coba?!

Dira memejamkan matanya untuk menenangkan diri. Sepertinya dia juga sudah mulai gila.

"Semua ini gara-gara dokter cabul itu." Batin Dira berkata lagi. Dira pun menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Dengan perlahan Dira mulai memijat keningnya karena kepalanya mulai terasa pusing akibat dia membenturkan kepalanya sendiri.

"Tante..." Panggil Keshia membuat Dira menoleh pada keponakannya itu.

"Apa?" Tanya Dira dengan alis yang terangkat sebelah.

"Apa yang Tante dan Pak Dokter lakukan tadi? Keshia lihat Pak Dokter memeluk Tante saat Keshia keluar dari kamar mandi." Keshia menatap Dira dengan polos. Sedangkan Dira melotot kaget mendengar penuturan Keshia. Dira langsung menatap kedepan tanpa menjawab pertanyaan Keshia. Kedua tangannya terkepal erat dengan sorot mata yang menyiratkan kemarahan. Yang bisa Dira lakukan hanya berteriak marah dalam hatinya.

Dokter sialan!!!

____________________________________

Vote and comment okee...

Love The Doctor [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now