Bab 2

18.7K 935 20
                                    

Namanya Dira Maesya Prasetya. Anak bungsu keluarga Prasetya yang merupakan salah satu keluarga kaya di Indonesia. Berusia 18 tahun dan sekolah di SMA Angkasa. Mempunyai 5 sahabat yang semuanya berjenis kelamin perempuan.

Dira termasuk salah satu murid pintar di sekolah. Hampir setiap semester, Dira mendapatkan rangking 2 atau 3. Dira juga mempunyai hobi, yaitu menari atau lebih jelasnya, modern dance. Dira bahkan mengikuti kursus khusus tari modern.

Hari ini adalah hari pertama sekolah bebas setelah minggu kemarin para murid kelas XII disibukkan dengan Ujian Nasional. Dira pun datang ke sekolah dengan santai karena tidak akan ada jadwal belajar lagi.

Dira berjalan sendirian disepanjang koridor sekolah. Sahabat-sahabatnya mungkin sudah berada dikelas. Atau mungkin mereka belum datang.

"Pagi Dira." Seseorang menyapa Dira. Dira menoleh dan tersenyum manis dengan semburat merah yang tipis terlihat di pipi chubby-nya.

"Pagi Reza." Balas Dira dengan ramahnya.

"Baru datang ya?" Tanya siswa bernama Reza itu. Dira mengangguk kecil seraya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Lihat Vita tidak?" Dira yang semula tersenyum kini langsung terdiam. Namun, dengan semaksimal mungkin Dira berusaha tersenyum.

"Ahh, aku belum melihatnya pagi ini. Mungkin dia ada dikelas atau mungkin juga belum datang." Jawab Dira dengan senyum yang dipaksakan.

"Baiklah. Terima kasih infonya." Setelah itu Reza pun pergi. Dira menatap punggung Reza dengan sendu lalu Dira pun kembali melangkah menuju kelasnya dengan gontai.

Reza Ardiansyah adalah seorang mantan kapten basket SMA Angkasa. Saat kelas 1 dan 2 SMA, Reza terkenal dikalangan para siswi dan banyak juga yang menyukainya, termasuk Dira. Sayangnya, Reza sudah punya pacar. Dan pacar Reza adalah sahabat Dira sendiri yang bernama Vita.

Terkadang Dira juga merasa bersalah karena telah mencintai pacar sahabatnya sendiri. Tapi, Dira juga tak bisa mengarahkan hatinya untuk jatuh cinta pada siapa. Beruntungnya Dira bisa menyembunyikan perasaannya dengan baik hingga tak ada seorang pun yang tahu, termasuk sahabat-sahabatnya.

Tak lama kemudian Dira sudah sampai dikelasnya. Dira melihat ke seluruh penjuru kelas dan Dira hanya melihat 2 sahabatnya, Lea dan Dea. Sedangkan 2 sahabatnya lagi, Vita dan Tina belum terlihat.

Dira berjalan menghampiri Lea dan Dea dengan wajah yang dibuat-buat agar terlihat cerah.

"Pagi." Sapa Dira pada kedua sahabatnya. Lea dan Dea menoleh pada Dira dan tersenyum lebar.

"Dira!" Teriak keduanya dengan kompak. Dira pun melambaikan tangannya.

"Kemana Vita dan Tina?" Tanya Dira pada Lea dan Dea. Mereka berdua mengedikkan bahu tanda tak tahu keberadaan Vita dan Tina.

"Kita tidak tahu. Katanya sih mereka tak akan datang. Tapi, mereka mengajak kita bertiga untuk kumpul nanti di cafe biasa." Ucap Lea. Dira pun hanya mengangguk singkat saja.

.
.
.

Dira duduk dimeja cafe sendirian. Sahabat-sahabatnya mengatakan akan datang terlambat membuat Dira kesal. Akhirnya Dira pun memainkan ponselnya saja agar tak bosan.

Ting.

Suara pintu cafe yang terbuka mengalihkan perhatian Dira. Dira berpikir mungkin yang datang itu adalah sahabat-sahabatnya. Ternyata bukan. Yang datang itu adalah seorang laki-laki yang terlihat sedang terburu-buru. Akhirnya, Dira pun kembali fokus pada ponselnya.

Namun, tiba-tiba ada yang duduk disamping Dira dan merangkul pinggang Dira. Dira kaget dan menengok ke sampingnya. Ternyata yang merangkulnya itu adalah pria yang datang barusan.

"Apa yang kau la-" Ucapan Dira terhenti. Matanya membelalak kaget dengan tubuhnya yang kaku.

'Ciuman pertamaku!!!" Batin Dira berteriak histeris. Tak lama kemudian laki-laki kurang ajar itu melepaskan ciumannya dan merangkul Dira dengan erat. Sedangkan Dira hanya terdiam kaget.

"Apa yang kau lakukan Deon?! Kenapa kau tega padaku?! Kenapa Deon?!" Dira mengerjapkan mata lalu menatap seorang wanita dengan pakaian formal yang sedang berdiri didepan mejanya. Rambut wanita itu terlihat sedikit kusut juga wajahnya yang basah oleh air mata.

"Sudah ku katakan padamu Rosa, jangan ganggu hidupku lagi karena aku sudah punya pacar lagi." Dira membelalak kaget mendengar penuturan laki-laki yang masih setia melingkarkan tangannya dipinggang Dira. Dira pun dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan tangan laki-laki itu.

"Lepaskan!" Ucap Dira dengan kesal. Dira menatap laki-laki bermata hitam itu dengan tajam. Namun, laki-laki itu malah tersenyum membuat Dira kebingungan.

"Lepas-" Ucapan Dira lagi-lagi terpotong oleh laki-laki itu yang kini menempelkan bibirnya di permukaan bibir Dira lagi untuk kedua kalinya.

"Maafkan aku sayang. Barusan ada pasien penting dulu. Jadinya aku datang terlambat." Dira menatap laki-laki itu masih sama tajamnya. Namun, Dira kaget saat tiba-tiba laki-laki itu memeluknya dengan erat dan berbisik pelan ditelinganya.

"Aku minta padamu berpura-pura lah menjadi pacarku. Kalau tidak, aku akan mempermalukanmu disini." Tubuh Dira menegang dan kaku. Nada dingin itu begitu menakutkan bagi Dira. Akhirnya, Dira pun mengangguk dengan kaku.

"Kau pasti berbohongkan? Tidak mungkin kau berpacaran dengan anak kecil Deon!" Teriak wanita yang masih berdiri di depan meja. Dira bahkan hampir lupa keberadaan wanita itu kalau saja wanita itu tak berteriak barusan.

Dira hanya diam saja saat laki-laki bernama Deon itu melepaskan pelukannya dan kembali merangkul pinggang Dira dengan erat. Dira sempat menatap matanya dan Dira tidak mau melihat sorot tajam dan dingin itu lagi. Dira ketakutan hanya dengan melihat sorot matanya saja.

"Tidak ada yang tidak mungkin Rosa. Aku dan pacarku saling mencintai. Jadi, jangan ganggu aku lagi." Dira yang semula menunduk kini mendongakkan kepalanya untuk melihat wanita yang bernama Rosa itu. Dan saat Dira sudah mendongak, Dira dapat melihat sorot tajam dan benci dari wanita itu yang terarah padanya. Dalam hati Dira meringis. Semoga saja hal ini tidak akan menjadi masalah yang berkepanjangan.

"Aku tidak bisa menerima ini Deon! Lihat saja nanti, kau akan menyesal karena telah memutuskan ku!" Dira melongo saat melihat wanita itu keluar dari cafe dengan kedua punggung tangannya yang sibuk menghapus air matanya.

Seketika itu juga Dira menyadari kalau laki-laki itu masih duduk disampingnya. Dengan cepat dan kuat, Dira pun melepaskan tangan laki-laki itu dari pinggangnya. Dira berdiri dan menatap laki-laki bernama Deon itu dengan tajam.

"Siapa kau hah? Apa maksudmu dengan menyeretku pada drama sialanmu itu?" Tanya Dira dengan mata yang memicing. Deon hanya menatap Dira dengan datar. Hari ini dia selamat dari kejaran Rosa, mantan tergilanya. Tapi, Deon juga tak tahu kalau besok dan seterusnya dia akan lolos atau tidak.

"Dasar dungu. Ditanya malah diam." Ucap Dira dengan sadisnya. Deon menatap Dira dengan dingin. Namun, bukannya menatap mata Dira, Deon malah menatap bibir Dira yang sudah dua kali dia cium.

Oh, dia mencium orang asing yang bahkan tidak memenuhi kriteria wanita ideal bagi Deon. Deon bangkit berdiri dan tanpa berkata apapaun, Deon pergi dari sana dan mengababaikan Dira yang kesal setengah mati padanya.

"Dasar kulkas!" Teriak Dira penuh kemarahan tanpa menghiraukan tatapan aneh dari seluruh pelanggan cafe.

____________________________________

Haiii.. Sekarang tujuanku melanjutkan cerita inii...
Btw, maaf ya selama dua hari kebelakang aku tidak up.. Kalian tahu alasannya? Saat aku mau ngetik, aku bingung mau ngetik apa. Jadinya aku ngumpulin mood dulu dan mencari inspirasi untuk ngetik. Dan inilah hasilnya.
Bagaimana? Jelekkan?
Vote and comment okee..
Oh ya, untuk Extra Part 2 MBM, aku tak tahu akan up kapan..
Byee.

Love The Doctor [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now