4. Hari yang Aneh

Mulai dari awal
                                    

Sebaiknya aku pulang.

Aku berjalan menuju jalan di samping sekolah. Mas Ukin menjemputku di sana.

Tredegar suara sepeda motor sedang mengikutiku dari arah samping.

"Hai." sapanya. Aku menengok ke arah sumber suara.

"Kamu rupanya." Beno.

"Kok jalan kaki? Mau ku antar pulang?" tanyanya.

"Aku sudah dijemput." jawabku.

Dia melihat sekeliling dan akhirnya mengerti.

"Mungkin lain kali?" ajaknya.

Aku menghentikan langkahku dan menengok ke arahnya.

"Mungkin tidak." tambahnya.

Aku meneruskan kembali langkahku, dia mempercepat laju motornya sambil berteriak.

"Sampai jumpa, Nay."

# # #

Aku sampai di rumah. Ku lihat ada mobil lain yang terparkir di depan garasi. Perasaanku menjadi tidak enak.

Dengan segera, ku buka pintu depan. Lalu ku dapati seseorang wanita sedang duduk di ruang tamu. Terlihat seperti menunggu kedatanganku. Di sampingnya bisa ku lihat koper besar dan beberapa tas yang bisa ku tebak adalah miliknya.

"Kamu sudah pulang." katanya.

Dia mulai menceritakan alasan kenapa dia ada di sini yang sudah tidak bisa ku dengar lagi. Pikiranku sudah melayang jauh, aku terus mengingat siapa orang yang di hadapanku ini. Kemudian aku mengetahui sesuatu.

Dia adalah kekasih Ayahku. Tante Rossa.

"Keluar." kataku. Mana mungkin aku membiarkan dia ada di sini. Dia adalah orang yang selama ini ingin merebut Ayahku dari Ibuku.

"Kanaya.. " jawabnya.

"Aku bilang keluar." Aku bisa melihat kedua matanya yang mulai berair.

Dan aku tidak mudah tertipu hal semacam itu.

"Atau aku yang keluar."

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung berjalan keluar dari rumah. Perasaan marah dan kecewa hinggap padaku sepanjang jalan. Kenapa Ayahku membiarkannya menginjakkan kakinya di rumah?

Aku berakhir di minimarket tidak jauh dari rumah. Apa ini? Tempat yang di tuju saat kabur dari rumah? Yang benar saja.

Aku menunggu di sana, tidak tahu mau kemana lagi. Beberapa menit kemudian HP-ku berbunyi dan aku menerima pesan.

Kanaya pulanglah. Aku akan tidur di luar.

Bagus. Sekarang aku yang terlihat jahat. Aku meletakkan HP-ku di meja di sampingku dengan kasar. Huh!

Aku merasa ada yang sedang melihatku. Aku melihat ke arah samping kiriku. Benar, ada orang di sana sedang terkejut melihatku. Bu Agatha. Sama terkejutnya denganku, dia seolah-olah ada di mana-mana. Kalau ku hitung, ini sudah ketiga kalinya kami bertemu.

Akhirnya dia memutuskan untuk duduk di sebelahku, tanpa mengucap sepatah kata pun. Dia menatapku, seperti ingin membuka percakapan, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Apa dia melihatku saat marah tadi?

Ini sangat canggung.

"Apa aku boleh pinjam HP-mu?" itulah kalimat pertama yang diucapkannya.

"Ah.. tentu." aku menyerahkan HP-ku padanya.

Aku ingat, di sini juga kami bertemu untuk pertama kalinya. Aku tidak berani menanyakan tentang hari itu padanya.

"Password?" tanyanya.

"2403." jawabku.

Dia tersenyum. Aku sempat berpikir,  sepertinya waktu berhenti saat dia tersenyum. Manis sekali. Kemudian dia menatapku dan aku yakin bahwa waktu sebetulnya tidak berhenti.

"Ini tanggal ulang tahunmu?"

"Yah." kataku sambil memalingkan wajahku karena malu.

Beberapa menit kemudian dia mengembalikan HP-ku. Dan kami masuk ke dalam suasana canggung lagi. Hingga seseorang datang menghampirinya.

Orang itu memberikan sebuah bungkusan dan Bu Agatha memberikannya beberapa lembar uang. Oh.. ternyata mereka sedang COD.

Bu Agatha kembali duduk di sampingku dan mulai membuka bungkusannya.

"Ini parfum kesukaanku." katanya.

Aku bahkan tidak bertanya, meskipun aku sedikit penasaran.

"Kamu mau menciumnya?" tanyanya.

Dia menyemprotkan sedikit ke pergelangan tangannya dan diusapkan ke pergelangan tangannya yang lain. Yang sangat mengejutkan adalah dia menyodorkan tangannya sampai ke depan hidungku. Berharap aku bisa menikmati harum parfumnya juga.

Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Aku tidak memprediksi hal ini akan terjadi padaku, dengan orang ini, di hari yang seperti ini.

Oh my god.

Aku segera memundurkan kepalaku. Sedikit saja, aku sudah bisa menciumnya dengan hidungku.

"Bagaimana?" tanyanya enteng.

"A-aku suka." jawabku terbata-bata. "Maksudku baunya." imbuhku.

Dia mengangguk setuju dengan pendapatku. Menurutku selera parfumnya bagus juga.

"Okay.. Aku pulang dulu." katanya sambil berberes.

"Iya." jawabku singkat.

Dia menghampiri sepeda motornya dan mulai memakai perlengkapan berkendaranya. Aku suka ketika dia melilitkan kain untuk menutupi kakinya yang putih dan mulus. Itu sangat penting karena ada banyak mata yang jelalatan di jalanan. Termasuk aku yang memandanginya seperti ini.

Dia melambaikan tangan padaku dan pergi dengan motornya. Sebaiknya aku juga pergi.

Sungguh ini hari yang sangat aneh. Seaneh aku mendapatkan pesan di HP-ku.

Pulanglah. Terimakasih untuk yang tadi :p

Lho?!

.

Terimakasih untuk semua vote dan supportnya. Itu sangat membantu 🙆
Maaf buat yang udah mau nunggu lama 🙇

Daydreaming (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang