7. Surat Cinta

323 41 3
                                    

Pelajaran Olahraga adalah kesukaanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelajaran Olahraga adalah kesukaanku. Setidaknya ini adalah mata pelajaran yang paling Ku kuasai. Untuk prakteknya, tentu tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Aku bisa roll depan, roll belakang, serta segala jenis senam lantai lainnya. Aku juga bisa volly dan basket, meskipun hanya basicnya saja. Penilaian Olahraga kan tidak sampai harus bertanding. Kalau hanya sebatas itu, nilai olahragaku di kelas adalah yang terbaik di antara anak perempuan.

Tetapi...

Aku sangat tidak suka lari. Melelahkan. Sangat melelahkan.

Di sinilah Aku berlari dengan sekuat tenaga mengitari bangunan luar sekolahku. Guru Olahraga Kami, Pak Henri mengatakan, kurang lebih jaraknya 1 Kilometer.

Di pertemuan awal, kenapa harus lari?

Aku sudah mulai kehabisan tenaga dan bermaksud berhenti sebentar di deretan ruko yang berjajar di samping kanan sekolah. Ada banyak ruko di sini, seperti mini market, fotocopy, apotek, toko roti, ekspedisi, laundry dan lain sebagainya.

Tiba-tiba ada yang memanggil namaku dan menertawakanku dari arah ruko fotocopy.

"Mau Aku antar naik motor? Biar nggak capek." kata Beno menghampiriku.

"Diam Kau." jawabku singkat sambil mengatur nafasku.

Beno berjalan ke arah ruko dan mengambil sebotol air mineral dingin yang tampak menyegarkan.

"Minumlah." kata Beno memberikan botol itu padaku.

Aku tidak peduli jika ada yang melihatku berhenti untuk minum di sela-sela lari. Salah satu teman sekelasku bahkan melewatiku begitu saja. Ku ambil botol minuman dari tangan Beno.

Gluk gluk gluk...

Betapa segarnya air dingin yang masuk ke tenggorokanku. Namun Aku merasakan seperti ada yang mengamatiku, entah hanya perasaanku saja atau memang ada...

Prrruuttt!

Aku menyemburkan minuman yang di mulut begitu saja saat mata Kami bertemu. Ada sepasang mata Bu Agatha yang memerhatikanku dari arah ruko yang sama dengan tempat Beno berjalan tadi.

"Kenapa Kau nggak bilang?!" kataku sambil membelakangi ruko.

"Hah? Bilang apa? Aku kan sudah bilang mau mengantarmu." terang Beno.

Aku segera memberikan botol minuman itu pada Beno dan kembali berlari.

"Makasih ya." teriakku.

Aku memang mengatakan kalau tidak peduli jika ada yang melihatku, tetapi jelas bukan orang yang satu ini. Bu Agatha kan guru, bisa saja Dia mengadukannya pada guru Olahragaku.

Sekali lagi Aku menengok ke belakang dan melihat Beno sedang minum sambil berjalan kembali ke ruko. Juga melihat Bu Agatha yang mengamatinya dengan ekspresi tidak suka. Bodohnya Beno, seharusnya jangan minum sambil berjalan begitu.

Daydreaming (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang