Part 02 'Lamaran'

53.5K 2.2K 62
                                    

Afkara Zafran••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afkara Zafran



Entah kenapa mataku tak bisa lepas menatap seorang pria tampan yang sekarang sedang makan dan duduk di sampingku. Rasanya sedari tadi bibirku ingin tersenyum saat melihatnya sedekat ini.

Kulit berwarna tan, bola mata hitam pekat, hidung mancung, rahangnya yang tegas, tangan kekar, dada bidang, bibir merah muda yang menandakan ia tidak merokok, bukankah semua itu idaman semua wanita? Apalagi setelan jas berwarna hitam yang sekarang melekat di tubuhya membuatnya semakin terlihat sexy.

Afkara Zafran, pria yang dulu sempat menjadi seniorku di SMA saat aku masih duduk di kelas satu dan ia di kelas tiga. Di hari pertamaku sekolah aku langsung jatuh hati saat melihat Afka dengan penuh karisma sedang mengikat tali sepatunya di depan gerbang sekolah, sebut saja cinta pada pandangan pertama. Ternyata melebihi dugaanku Afka orang yang sangat terkenal di sekolah. Bisa dibilang ia adalah kebanggaan sekolah.

Mengetahui hal tersebut seketika harapanku untuk bisa berkenalan dengannya pupus begitu saja, aku menyerah. Bagaimana tidak? Hampir semua wanita yang ada di sekolah mengagumi dirinya, apalah dayaku yang hanya seorang junior tak terlihat oleh kasat mata. Jadi sejak itu aku hanya melihat dan mengaguminya dari jauh, serta mencari tahu sedikit hal tentangnya.

Afka adalah anak IPA, memiliki otak yang pintar sehingga ia sering mengikuti olimpiade Sains dan tentu memenangkannya. Jadi ia sering maju ke depan podium sekolah untuk penerimaan penghargaan. Begitulah ia bisa dikenal dan dikagumi di sekolah. Bukan hanya soal pelajaran, Afka juga ahli bermain basket dengan tubuhnya yang tinggi itu. Jangan lupa tubuh atletisnya berasal dari ia yang bergabung di tim Basket sekolah, diam-diam aku sering melihatnya bermain basket dan menonton pertandingan basketnya.

Tak pernah sekalipun terpikirkan olehku bisa sedekat ini dengannya. Apalagi sekarang aku sedang duduk dan makan bersamanya di meja yang sama bersama keluarga kami. Maka dari itu mataku tak bisa lepas melihat Afka yang sekarang sudah semakin tampan saja. Aku benar-benar tak ingin melewatkan setiap hal yang ia lakukan, saat ia memasukkan makanan ke mulutnya, saat jakunnya naik turun karena mengunyah dan minum, ia terlihat begitu sexy.

"Eh, Zayyin. Makanannya diaduk-aduk aja, ga usah liatin A Afka sampe segitunya kali, ga bakal ilang kok."

'Refa, panggil Kakak.."

Hingga suara menyebalkan Refa menyadarkanku, kuedarkan pandanganku menatap semua orang yang sekarang sedang terkekeh melihat reaksiku yang seperti penjahat tertangkap basah. Tentu saja semua ini karena Refa manusia paling nyebelin yang pernah aku kenal, sulit mengakui bahwa dia adikku. Aku menatap sinis ke arahnya yang sekarang sedang menjulurkan lidahnya meledekku, dia memang paling seneng kalo udah liat aku menderita.

*********

Malam yang indah dengan bintang-bintang bertebaran di langit, bulan menerangi gelapnya malam, suara gemercik air kolam ikan, serta angin malam yang berhembus pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang indah dengan bintang-bintang bertebaran di langit, bulan menerangi gelapnya malam, suara gemercik air kolam ikan, serta angin malam yang berhembus pelan. Tapi tetap saja semua keindahan alam itu tidak bisa menarik perhatianku untuk mengalihkan pandanganku dari laki-laki yang berdiri di sampingku, tentu saja Afka.

Masih di malam yang sama saat pertama kali Afka dan keluarganya datang ke rumahku. Saat ini aku dan Afka sedang berada di atas jembatan kecil kolam ikan di belakang rumahku. Hanya kami berdua, alasannya adalah karena perintah kedua orang tua kami agar kami bisa saling mengenal lebih dekat dan sekaligus membicarakan tentang pernikahan kami.

"Kamu kenal aku?"

Suara barython itu menyadarkanku, suara Afka. Kemudian tatapan kami bertemu.

"Ehmm.. Kita satu sekolah, SMA Harapan. Waktu itu Kakak kelas dua belas dan aku kelas sepuluh."

"Panggil aja Afka. Maaf, aku tidak bisa mengingatmu?"

"Kamu memang engga kenal aku. Aku sering melihatmu di depan podium."

Aku melihatnya menganggukkan kepala dan kembali menatap langit malam.

"ehmm.. Aku udah dengar, gimana keadaan Kakekmu?"

"Grepa udah mulai membaik, sedikit."

"Grepa?"

Aku bertanya karena bingung.

"Kakekku, aku memanggilnya Grepa. Dia sedikit baikan setelah ketemu orang tuamu."

"Oh begitu.. Baguslah.."

Kami terdiam cukup lama, sepertinya ini bukan situasi yang bagus. Situasi yang membuatku sangat tertekan adalah situasi seperti ini. Situasi dimana aku tidak bisa menemukan topik pembicaraan yang bagus untuk dibahas. Aku harus menemukannya, Afka pasti mengira kalau aku ini orang yang sangat membosankan karena diam begini. Ayolah Zayyin, kau harus memikirkan sesuatu. Berpikirlah Zayyin, berpikir.

GAWAT

Di saat seperti ini aku malah tidak bisa memikirkan sesuatu, otakku tiba-tiba aja buntu. Padahal sebelum ini aku sudah memikirkan banyak pertanyaan untuk Afka. Tapi seakan tertelan bumi, semua pikiran itu menghilang. Tidak ada satupun pertanyaan yang bisa kuingat. Semua ini mungkin karena tadi aku sudah mendengar suaranya, pikiranku terus terngiang akan suara sexy Afka. Oh, ayolah Zayyin.. Kenapa kau terus diam begini? Berpikir! Berpikir!

"Jadi.."

Afka membuka suaranya dan itu langsung membuatku menoleh ke arahnya yang masih menatap langit.

"Apa kamu mau menikah denganku?"

"Eh?"

Aku masih mulai mengumpulkan kesadaranku dari rasa tak menyangka ini hingga sekarang ia menatapku.

"Menikah dengaku.. Apa kamu bersedia?"

Seorang Afka telah mengatakannya langsung dari mulutnya. Ia memintaku untuk menikah dengannya. Aku terdiam masih menatapnya, rasanya waktu berhenti saat ini juga.

AFKA MELAMARKU

MAU

TENTU SAJA MAU

Tanpa sadar bibirku sedikit tertarik ke atas, lalu aku menganggukkan kepalaku pelan. Oh, apa ini? Sekarang aku melihat Afka yang juga tersenyum sangat tipis, bahkan hampir tak terlihat.

"Ya sudah, ayo masuk. Sepertinya kamu kedinginan."

Aku semakin tersenyum saat Afka menggenggam tangaku dan menuntunku untuk masuk ke dalam rumah, intinya aku akan menikah dengan Afkara Zafran!

TBC

Yeay part dua udah update^^
Kok sedih ya? Yang baca dikit? :'(
Tak apa lah, semangat buat aku sendiri!
Masih ada Chanyeol Oppa yang setia menemani kok, hehehh

CASADOS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang