Beby masih terdiam di tempat ia duduk. Ia masih berfikir bagaimana caranya untuk pergi ke pesta ulang tahun Tara. Sejujurnya gadis itu takut untuk naik bus karena otomatis ia akan berdesak-desakan. Ia khawatir dengan kandungannya.
Krek.
Bunyi lemari terbuka. Beby melihat Farel sibuk mencari sesuatu di dalam lemari baju tersebut.
"Ngapain sih lo?" hardik Beby.
"Aku lagi nyari baju pink nih. Kayaknya aku nggak punya deh."
"Buat apaan?"
"Si Delon nelepon katanya aku diundang ke ultahan si Tara. Temen sekelas aku. Kamu mau ikut?"
Beby menatap Farel yang masih kebingungan mencari pakaian warna pink.
"Lo lupa?" ujar Beby tajam.
"Lupa apa Beb?"
"Dulu gue sekelas dengan Tara nggak?" Beby balik bertanya.
Farel membalikkan tubuhnya. "Oh iya astaga. Aku lupa kalo kita sekelas. Hahaha. Efek udah lama nggak masuk nih. Berarti ntar malem kita pergi bareng ya?"
"Nggak!"
"Loh kok nggak?"
"Gue pergi sendiri."
"Loh kok sendiri?"
"Ya. Sendiri."
"Loh kok gitu?"
"Males pergi sama lo."
"Loh kok males?"
"Ngomong 'loh' sekali lagi gue lempar lo!" sungut Beby yang kesal karena dari tadi Farel terus saja mengucapkan kata 'loh'.
Farel menyengir. "Hehe. Sorry. Kita barengan aja perginya ya Beb. Aku khawatir kalo kamu pergi sendirian," bujuk Farel.
"Oke. Tapi...."
"Tapi?"
"Beliin gue gaun pink. Gue mau pake yang baru."
"Ayok. Kayaknya aku juga nggak punya baju pink nih. Aneh-aneh aja dress code si Tara."
"Hm."
"Ayok pergi."
"Iya."
"Sekarang 'kan?
"Taon depan!"
Beby pov
Sejujurnya aku ingin tertawa keras saat melihat Farel mengenakan pakaian berwarna pink itu. Mirip sekali dengan para penyanyi dangdut yang sering kutonton di TV. Tapi nggak mungkin dong aku benar-benar tertawa, bisa-bisa Farel akan mengira bahwa aku sudah memaafkannya. Nggak level deh ah.
Mobil kami sudah sampai di parkiran yang disediakan untuk para undangan ulang tahun Tara. By the way, Tara adalah seorang cowok yang seingatku macho dan tegap. Itulah sebabnya aku agak heran dengan dress code yang Tara tentukan, berbanding terbalik dengan Tara yang sesungguhnya.
Setibanya di taman tersebut, kami langsung disuguhi pemandangan yang indah sekali. Warna pink di mana-mana. Hiasannya, kursi-kursi yang disediakan, kue ulang tahun, dan juga pakaian para undangan. Aku masih berdiri di tempat. Tiba-tiba saja takut untuk melangkahkan kaki ke tempat tersebut.
Mereka semua adalah teman sekelasku. Aku takut jika mereka memandangku aneh, bahkan sinis. Aku takut mereka benci dan jijik kepadaku. Tentu saja mereka jijik dengan cewek kotor sepertiku. Mengapa dari awal aku tidak terfikirkan hal ini?
Dengan cepat aku berbalik dan bermaksud untuk kembali ke mobil. Aku malu. Malu dengan perut buncit ini. Malu dengan pandangan mereka. Aku tidak siap.
"Hoi Beb. Mau kemana lo?" seru Ria di belakangku. Ia segera menarik tanganku dan membuat kami berhadapan.
"Kok lo balik lagi?" tanya Ria heran.
Aku tertunduk. Malu untuk mengatakan bahwa aku malu.
"Si Farel mana?" tanya Ria lagi.
Aku menunjuk Farel yang tadi begitu sampai di taman langsung menuju ke tempat teman-temannya dulu.
"Kurang asem banget tuh anak ninggal-ninggalin lo," sungut Ria.
"Gue yang nyuruh."
Rio ber-oh ria. "Yuk ke Tara. Ngapain lo balik lagi."
"Gue... gue malu."
"Malu kenapa?"
"Lo nggak liat cuma gue satu-satunya cewek di sini yang perutnya buncit? Cuma gue yang udah nikah. Gue takut mereka bakal mandang gue aneh," ujar Beby sendu.
"Ngomong apa sih lo? Mereka tuh justru kangen sama lo. Yuk lah ke Tara."
Ria terus memaksaku hingga akhirnya aku mengikutinya menuju tempat Tara berdiri. Tara menyambutku dengan girang dan menerima kado yang aku berikan. Setelah berbincang sebentar, acara pun dimulai. MC mulai mengumumkan deretan acara demi acara hingga tiba saatnya acara dansa. Mereka yang membawa pasangan dipaksa untuk berdansa. Begitu juga aku... dan Farel.
Oke fine. Aku ingin sekali pulang saat ini juga.
"Ayo ayo," seru teman-temanku kompak. Tara menarik tangan Farel dan mendorongnya ke arahku.
"Ayo dong dansa. Demi gue," pinta Tara.
"Lo kok jadi mellow sih Tar. Biasa juga macho," heranku.
"Udah jangan bacot. Pokoknya dansa sekarang!"
Farel mulai melihat gugup ke arahku. Tangannya bergerak untuk memegang bahuku.
"Awas lo kalo pegang-pegang," ancamku.
"Cie Beby. Di sini ngancem-ngancem, di kamar ntah ngapain tuh," teriak Dodo si biang usil.
"Haha. Kalo ngomong suka bener lo Do!" sahut Rian.
Aku menundukkan kepala. Mulai marah namun berusaha menahannya.
"Beb," ujar Farel pelan dan mencoba memegang bahuku.
"Gue bilang jangan pegang-pegang!" teriakku.
"Lo kok gitu sih Beb? Di ultah gue lo nggak mau bikin gue seneng? Gitu?" tanya Tara.
Kini semua mata memandangi kami. Beberapa pasangan yang tadi berdansa sudah berhenti dan ikut menjadi penonton.
Oke fine. Aku mulai marah.
"Gue nggak mau dansa!" ujarku tegas.
"Dansa! Dansa!"
Ya ampun. Mengapa mereka malah kompak berteriak meminta kami berdansa?
"Di kamar juga lebih dari dansa!"
"Tau tuh. Udah kuda-kudaan juga!"
"Mungkin pake gaya terbang juga, hahaha."
"Si Beby maunya nggak diliatin kali. Biar puas dansanya."
"Puas? Dansa kok puas?"
"Dansa sambil kuda-kudaan maksudnya! Hahaha!"
"Dih mana bisa?"
"Bisa. Lo mau gue ajarin Beb? Ayo kita dansa sambil main kuda-kudaan."
Oke cukup. Mataku rasanya panas. Hatiku terasa seperti ditaburi bara api. Mereka keterlaluan. Mereka kurang ajar!
"CUKUP!" teriak Farel.
Aku terkejut dan mendongak. Kulihat wajah Farel sangat merah karena amarah. Tangannya terkepal erat. Deru nafasnya yang kencang membuatku yakin bahwa saat ini Farel benar-benar marah luar biasa.
"Cuma satu kalimat buat lo semua yang udah menghina kami. Gue bakal bayar mulut-mulut sampah lo semua suatu saat nanti, bukan dengan uang, tapi dengan karma."
Setelah itu Farel menarik tanganku yang mulai dingin menuju parkiran. Farel mengindahkan teriakan Ria dan Tara yang meminta kami tetap di sana. Baru kali ini aku melihat Farel benar-benar marah luar biasa. Tangannya bergetar hebat saat memegang tanganku. Dengan suara serak Farel memintaku untuk masuk ke mobil. Ia juga masuk dan mulai melajukan mobil meninggalkan tempat tadi.
Tempat dimana aku merasa harga diriku kembali hancur sehancur-hancurnya.
YOU ARE READING
Dont Touch Me!
RomanceMenikah dengan orang yang telah memperkosanya? Siapa yang mau?~ Beby sangat membenci Farel. Terlepas dari apa yang telah dilakukan pria itu kepadanya, Beby juga sangat benci dengan apa yang ditinggalkan pria itu di dalam tubuhnya. Apa yang akan dil...
•~ Part 8 ~•
Start from the beginning
