"Lyn, tante ke toilet dulu, ya. Kebelet, nih." Lyn mengangguk, setelah mendapat izin. Risya berlari kecil menuju toilet. Lyn tak keberatan dan memang sedang tak ada pelanggan jadi ia tidak akan kelabakan.

Ting!

Tetapi, dugaannya salah. Baru saja ada pelanggan wanita masuk.

Seorang wanita dengan postur tubuh yang terbilang ideal. Terlihat dari stylenya yang terlihat mewah. Barang-barangnya juga kekinian.

Lyn berpikir, wanita itu akan memesan rasa apa, ya. Ketika wanita itu sudah sampai tepat di depannya, Lyn menyambutnya dengan senyuman yang manis. Karena taktik dalam penjualan adalah senyuman. "Permisi, mau pesan apa, ya?"

Wanita tersenyum membalas senyuman Lyn.

Cukup ramah, batin Lyn.

Kemudian tatapan Lyn tertuju kepada wanita itu yang menatap ke arah menu dengan jari telunjuk dan ibu jarinya yang diletakkan ke dagu; tanda sedang berpikir.

"Saya pesan Tub of Berry Gelato," tutur wanita itu dengan senyum yang tak luntur di wajahnya.

Lyn tersadar dari lamunannya efek mengagumi tampilan wanita tersebut. "Oh, iya. Harganya tiga puluh lima ribu."

Wanita itu menyerahkan selembar uang Rp. 20.000,- , Rp. 10.000,- , dan selembar uang Rp. 5.000,-.

Lyn kembali berkata dengan formal. "Atas nama siapa, ya?"

"Melinda Marina," jawab Melinda dengan sangat anggun. Lyn bisa menaksir umur Melinda yang baru 20 tahunan.

"Oke. Nanti saya panggil jika pesanan Anda sudah siap," tutur Lyn dengan sesopan mungkin. Melinda mengangguk dan memilih tempat duduk yang sekiranya strategis menurutnya.

Setelah memastikan wanita itu duduk. Lyn segera menyiapkan pesanan Melinda dengan sangat gesit. Di tengah pekerjaannya, Risya datang menghampiri Lyn dengan tersenyum lega.

"Bagaimana, Lyn? Sudah ada pesanan?" tanya Risya gembira. Ia tak menyangka kekasih tetangganya itu cukup rajin.

Lyn menoleh dengan senyumnya lalu ia menjawab, "Sudah, Tant. Yang pesan cantik banget."

Risya tertawa oleh penuturan Lyn yang kelewat polos. Lyn yang ditertawakan merengut kesal. "Tante kenapa ngetawain Lyn? Lyn bukan badut tau."

"Iya deh, maaf." Risya berusaha menghentikan tawanya. Lyn menyerahkan secup Tub of Berry Gelato kepada Risya.

"Itu es krim atas pesanan Melinda Marina, Tante." Risya mengangguk kemudian, menyebutkan nama Melinda. Tak lama sosok Melinda terlihat. Risya tak menyangka bahwa Melinda yang dimaksud Lyn ialah sosok selingkuhan kekasihnya dahulu.

"Lama tak bertemu, Risya." Melinda mengulurkan tangannya dengan seringaiannya yang terlihat sensual. Sedangkan Risya terdiam menatap Melinda yang cukup tinggi.

Dengan gemetar ia membalas uluran tangan Melinda kemudian ia bertutur, "Ia sudah lama kita tak bertemu sejak insiden dahulu."

-🍦-

Akhirnya waktu telah menjelang malam. Lyn tak merasa jika sudah ingin malam kembali. Setelah kedatangan Melinda--wanita yang sangat cantik--Risya tak kunjung menampakkan senyumnya.

Lyn dan Risya sedang duduk di pantry. Dengan menjilati es krim yang tersisa. Lyn mengawali pembicaraan. "Tante, Melinda tuh siapa, sih? Kok tante sampai diam begini."

"Selingkuhan kekasih tante dulu," jawab Risya tanpa minat. Lyn hanya menganggukkan kepalanya. Wajar saja, sih kalau menurut Lyn. Melinda body goals sekali. Tetapi, Risya juga memiliki tubuh yang mungil. Kan wanita mungil enak dipeluk.

Lyn tak ingin mengungkit lebih jauh kembali. Ia akan siap mendengar apabila, Risya sendiri yang cerita nanti.

"Lyn, kamu kerja di sini mau nggak? Bantu-bantu tante nanti," usul Risya kembali bersemangat. Lyn langsung terima tawaran tersebut tanpa basa-basi lagi.

"Lyn pamit pulang dulu, ya. Takut di cariin sama mama." Lyn meminta izin terlebih dahulu sebelum berlalu dari hadapan Risya.

Lyn berjalan menuju jalan besar. Sesampainya di jalan besar, ia menyetopi bus kemudian ia menaiki bus tersebut. Di dalam bus ia merenung. Sekarang sudah jam setengah tujuh malam. Ia bakal dimarahi tidak, ya?

Lyn mengecek ponselnya yang pecah tak beraturan tetapi, masih bisa menyala. Ada notif dari 5 pesan dari Seila, 2 pesan dari Baz, dan 10 panggilan tak terjawab + 15 pesan dari Leo.

Bentar.

"Papa ngapain telepon aku, ya," ucap Lyn lirih. Kemudian ia memutuskan untuk mendial nomer Leo. Ketika deringan ketiga panggilan Lyn diangkat.

"Halo, Pa. Ada apa?"

"Halo, Sayang ini mama. Tadi papamu khawatir kamu nggak pulang-pulang."

"Oh ini mama. Aku lagi di jalan, Ma. Bentar lagi pulang kok."

"Oke. Hati-hati, Sayang. Bye."

"Oke, Ma. Bye juga."

Tut!

"Hari ini aku nggak ketemu sama Kak Xavi," lirih Lyn sembari menghela napas lelah. Ia mengeluarkan book note dan pulpen dari dalam tasnya.

Sambil menunggu bus ini sampai di halte tujuannya. Lyn menulis apa yang bisa diingatnya tadi.

Tub of Berry Gelato

Seorang wanita dengan postur tubuh yang terbilang ideal. Terlihat dari stylenya yang terlihat mewah. Barang-barangnya juga kekinian.

-Aer, 13 Januari 2018

Lyn akan mengingat masing-masing tipe pesanan pelanggannya. Mungkin juga untuk beberapa hari ke depan, hal ini akan menjadi hobi barunya.

Sesampainya di rumah, Lyn disambut oleh Seila. Leo tak terlihat oleh pandangan Lyn.

"Ma, papa mana?" tanya Lyn, matanya menelisik ke seluruh penjuru ruangan.

"Papa ada di--"

-🍦-

To Be Continue.

Karawang, 13 Januari 2018

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karawang, 13 Januari 2018.
04.36 p.m.

When A Meet AWhere stories live. Discover now