2. Ospek

1.3K 85 34
                                    

Akhirnya Lyn sampai di universitas. Kegiatannya di sini, akan ada ospek sebagai calon mahasiswa dan mahasiswi.

"Thank you, Pa." Lyn mencium kedua pipi Leo. Leo yang dicium oleh Lyn tersenyum, kemudian ia mengusap kepalanya dengan sayang.

Inilah awal dari kehidupan seorang Aerilyn Bellvania Hermawan.

-🍦-

Wanita yang menginjak umur remaja mengikuti arahan senior di sini. Hingga, ia terduduk di lapangan luas dan Lyn melihat seorang lelaki remaja yang seumuran dengannya. Mengapa dia bisa tau?

Karena, lelaki itu duduk di lapangan bersama dengan Lyn. Tetapi, bukan hal itu yang menarik perhatianku. Yang menarik perhatianku itu adalah gelang yang dipakainya sama dengan 'dia'.

Teman Lyn yang dulu ia panggil dengan sebutan 'Azy', Lyn menjadi mengingatnya tetapi, ia berusaha mengenyahkan pikirannya itu

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Teman Lyn yang dulu ia panggil dengan sebutan 'Azy', Lyn menjadi mengingatnya tetapi, ia berusaha mengenyahkan pikirannya itu. Sebenarnya Lyn hanya tau namanya 'Azy' saja. Tak lebih. Banyak gelang seperti itu Lyn dan Azy udah lama pergi. Lyn pun tak tau bahwa Azy sekarang, apakah tinggi? Pendek? Jelek? Tampan?

Wanita yang menginjak dewasa itu menatap sang lelaki terus-menerus. Lelaki itu yang merasa ditatap oleh Lyn, segera menoleh ke arahnya, dan ia menaikkan sebelah alisnya. Lyn yang ditatap balik segera menggelengkan kepala dan kembali menatap ke arah senior. Dia menghampiri Lyn. Lyn yang dihampiri jadi salah tingkah, tetapi ia berusaha menyamarkan sikapnya yang jadi salah tingkah ini.

"Hai, boleh gue tau nama lu?" Dia bertanya kepada Lyn.

"Eng, boleh," jawab Lyn dengan sengaja ia belum menyebutkan namanya.

"Siapa nama lu?" tanyanya kembali.

"Ah--Aerilyn Bellvania." Lyn menyebutkannya dengan sangat cepat dan ia sengaja tak menyebut nama belakang Leo; papanya.

"Hah? Aer--? Yang buat mandi?" Dengan tindakan yang refleks Lyn memukul bahu lelaki itu. Enak saja namanya disamakan dengan air. Memang, dia kesulitan menyebut nama Aerilyn. Dan rata-rata orang yang baru mengenal Lyn sangat sulit untuk menyebut nama yang membuat lidah terbelit. Tetapi, nggak seperti dia juga yang asal cablak.

"Enak aja. Nama gue itu A-e-r-i-l-y-n. Lo bisa manggil gue Lyn," jawab Lyn dengan gemas. Ia hanya menganggukkan kepalanya tanda ia paham. Lyn tak tanggung-tanggung akan memukul lelaki itu jika memanggilnya dengan sebutan 'Aer' lagi.

Lyn menjadi ingat dengan Azy. Hanya dia yang terus diingatkan untuk tak menyebutkan dengan dengan nama 'Aer' tetapi, dia tetap memanggil Lyn seperti itu.

Flashback On.

"Hai, kamu tetangga baru?" tanya Lyn kecil ketika aku kelas 3 Sekolah Dasar. Lelaki di depanku hanya menganggukkan kepalanya.

When A Meet AOnde as histórias ganham vida. Descobre agora