15

17.6K 1.2K 15
                                    


Mata Alan melebar mengawasi layar monitor dihadapannya, meski masih berupa titik hitam namun ia merasa titik kecil itu akan menjadi sesosok bayi mungil yang akan menceriahkan hari-harinya.

"Usianya tiga minggu, sebaiknya ibu lebih hati-hati karena trimester pertama sedikit rawan, jadi perbanyaklah istirahat dan mengkonsumsi makanan bergizi, nanti saya resepkan vitamin penguat kandungan, apa sudah ada morning sickness?" tanya dokter sambil membantu Anjani duduk, suster yang merapikan peralatan tersenyum malu sambil melirik Alan, tampaknya ia terpesona dengan ketampanan pria itu.

"Sudah Dok, bahkan mualnya nyaris sepanjang hari, semua yang saya makan keluar lagi." Alan membantu Anjani turun dari brangkar dan duduk dikursi berhadapan dengan Dokter Ratih.

"Usahakan makan yang banyak meski terus muntah, Bapak juga tolong diperhatikan kondisi istrinya, wanita hamil biasanya lebih sensitif jadi bapak sebagai suami harus lebih tanggap." Alan mengangguk dan mereka keluar dari ruangan dokter Ratih, mereka menuju parkiran setelah Alan menebus obat dan Vitamin untuk Anjani.

Didalam mobil Anjani memejamkan matanya meredam rasa mual yang menyerangnya, berkali-kali ia meminta Denis menghentikan mobilnya dan mengeluarkan isi perutnya meski yang keluar hanya air bening, isi perutnya sudah terkuras habis pagi tadi dan sekarang perutnya melilit minta diisi disela rasa mual yang melanda.

"Pak Denis stop pak," seru Anjani sambil menoleh keluar mobil.

"Bu bos mau muntah lagi?" Denis meminggirkan mobilnya dan menoleh kebelakang, menghadap Alan dan Anjani.

"Enggak, saya cuma mau beli itu," Anjani menunjuk gerobak penjual bubur kacang hijau yang mangkal dipinggir jalan.

"Wuah Bu Bos mulai ngidam nih, Bos mesti siap-siap nih biasanya wanita hamil permintaannya aneh-aneh dan tak kenal waktu. Kalau nggak dipenuhi ntar bayinya ileran loh" Goda Denis sambil menaikkan satu alisnya kearah Alan, sang bos hanya tersenyum simpul dan mengeluarkan selembar uang.

"Jangan banyak omong, cepat belikan buburnya."Sembur Alan membuat Denis terkekeh dan keluar dari mobil membelikan permintaan Anjani, tak lama ia kembali dengan menenteng kantong kresek yang diterima Anjani dengan wajah berbinar.

***

Alan bahagia, itulah yang ditangkap Denis setiap melihat wajah berseri-seri sang bos, bahkan tanpa sadar Alan bersiul mengikuti alunan musik yang mengalun dari audio mobil sambil mengetuk-ngetukkan telunjuk kepahanya, hal yang tak pernah Alan lakukan sebelumnya. Bahkan Alan tak sebahagia ini ketika berhasil memenangkan tender milyaran rupiah beberapa waktu yang lalu, begitu dahsyatnya arti kehadiran seorang anak bagi Alan dan Denis mulai berpikir untuk segera mencari pasangan. Ia juga ingin merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan sang Bos.

Tiga bulan pertama kehamilannya benar-benar menyiksa Anjani, tiada hari tanpa mual dan muntah dan itu berlangsung sampai kehamilan tiga bulan. Alan selalu mendampinginya disela-sela kesibukan pria itu dan menyempatkan diri menjenguknya sebentar meski ia tak bisa menginap. Memenuhi segala kebutuhan Anjani dan sigap membelikan susu ibu hamil meski susunya belum habis. Pria itu bersikap lunak dan terkesan memanjakan Anjani bahkan ia memaksa Anjani cuti kuliah sampai melahirkan. Anjani tak bisa membantah dan terpaksa menuruti semua kemauan Alan, bahkan ia juga melarang Anjani memasak dan mencuci, dan Anjani tetap melakukannya saat pria itu tak ada.

Sore itu Alan pulang lebih cepat dari kantor dan langsung menuju rusun, Anjani terkejut melihat pria itu muncul diambang pintu dikuti Denis yang tertatih dibelakangnya . Anjani menautkan alis heran tak biasanya Denis ikut masuk kerusun, biasanya pria itu langsung pulang dan kembali menjemput Alan besok paginya.

RATNA ANJANIWhere stories live. Discover now