2

20.6K 1.4K 17
                                    


Agak sulit membuat cerita dari sudut pandang orang pertama karena biasanya aku memakai sudut pandang orang ketiga, sorry typo bertebaran.

Happy reading,

"Anjani!!!"

Kuhentikan langkah kakiku yang hampir memasuki lift dan berbalik, Ana berlari-lari kecil menghampiriku dan kami masuk kelift yang terbuka diikuti karyawan lain yang menuju lantai tempat kerja masing-masing. Aku dan Ana berdiri dibagian belakang Lift yang langsung penuh dari lantai dasar.

"Eh tahu nggak siang ini anaknya Big Boss akan datang kekantor kita, menurut kabar angin ia yang akan menggantikan ayahnya memimpin perusahaan dan kabarnya lagi dia itu sangat tampan." Yana staff HRD yang terkenal genit membuka suara, ia paling vokal jika sudah berhubungan dengan lelaki, jika ingin tahu mengenai cowok cakep dikantor ini tanyakan saja padanya dan ia dengan semangat 45 akan mengulasnya mulai dari A sampai Z tentang cowok itu.

"Oh ya? Mudah-mudahan aku nanti diangkat jadi sekretarisnya," Angela sekretaris centil dengan dandanan super menor dan pakaian kekurangan bahan ikut bersuara.

"Kurasa tidak, karena bos baru hanya akan datang sesekali karena banyak perusahaan yang dihandlenya, jadi tampuk kekuasaan dikantor ini tetap dipegang Pak Jayadi," terang Yana lagi membuat Angela cemberut disambut tawa tertahan karyawan lain, semua orang tahu kalau Angela berusaha menggoda Pak Jayadi meski pria paruh baya itu sudah berkeluarga, dan tak tertutup kemungkinan ia akan mengalihkan targetnya mendekati bos besar.

Aku dan Ana keluar dari lift begitu sampai dilantai 10, kami segera menduduki kursi masing-masing dan mulai bekerja. Rupanya kabar kedatangan anak pemilik perusahaan sudah menyebar luas, semua karyawan kasak-kusuk menceritakannya dan tentu saja karyawan wanita yang paling bersemangat. Mereka sibuk berdandan dan mempersiapkan diri bertemu bos baru dan berharap sang bos akan melirik dan tertarik pada mereka.

Sudah dua tahun aku bekerja dikantor besar ini didivisi keuangan, perusahaan yang bergerak dibidang properti ini berada dibawah naungan WIJAYA GROUP dan merupakan perusahaan berskala besar dan cabang usahanya tersebar dibanyak kota bahkan sampai mancanegara. Hampir semua usaha vital dipegang perusahaan ini mulai dari properti, angkutan, pertambangan,hotel dan penginapan bahkan sampai restoran. Bisa dibayangkan betapa kayanya sang pemilik perusahaan dan membuat perempuan tergiur mendekatinya.

"Yuk makan siang," Ana mendekati mejaku dan telah bersiap-siap keluar, aku mengangguk dan segera mematikan laptopku, membereskan meja yang berantakan dan bergegas mengekori Ana yang telah mendahului menuju lift.

Kami makan siang dikantin dilantai bawah, ditempat ini makanannya enak dan harga sesuai dengan kantong para karyawan sedangkan para atasan biasanya makan siang direstoran yang terletak tak jauh dari kantor. Saat makan siang pun topik kedatangan bos baru menjadi bahan pembicaraan.

"Heh kalian ini sibuk aja ngomongin pak Alan, kalian nggak tahu ya kalau pak Alan itu sudah punya anak." Celetuk Sandi staff keuangan rekan satu timku.

"Yaaaaa...." koor kecewa dari para wanita.

"Yang bener Ndi, memangnya Pak Bos sudah menikah?"

Sandi mengedikkan bahu, "Aku nggak tahu tapi ada yang bilang dia punya anak cewek umur empat tahunan."

"Jangan percaya, Sandi sirik aja karena kalah saingan sama Pak Bos," timpal Sania diangguki teman-temannya.

"Ya sudah kalau tak percaya," Sandi acuh dan kembali menekuni makanannya.

Aku hanya tersenyum dan tak ingin ikut ambil bagian dalam pembicaraan konyol ini, mau pak Alan sudah menikah atau punya anak tak menarik perhatianku. Tapi siapa tadi namanya? Alan? Aku tersentak, jangan-jangan....Ah tak mungkin bukankah nama Alan banyak didunia ini? Aku menggeleng menghilangkan asumsiku dan kembali menikmati santap siangku.

Lagi asyik santap siang tiba-tiba ponselku berdering, "Hallo pak."

"Hallo Anjani, bisa temui saya habis jam makan siang? Saya ada tugas untukmu!" ternyata Pak Jayadi, wakil direktur ditempat kerjaku.

"Oke pak." Selain sebagai staf keuangan aku merangkap asistennya, sebenarnya hanya sementara menggantikan asisten lama yang mengundurkan diri dan pak Jayadi sudah memintaku menjadi asisten tetapnya, Cuma aku belum menyanggupi karena harus menyiapkan laporan keuangan bulan ini.

"Kok buru-buru?" Ana menautkan alis heran melihatku bangkit dari kursi.

"Sorry Na, aku duluan balik kekantor, ada tugas dari Pak Jayadi." Ana mengangguk dan akupun berlalu keluar kantin.

"Masuk!" kuputar kenop pintu dan melangkah masuk menghadap pak Jayadi, pria paruh baya itu membolak-balik dokument dihadapannya sebelum menutupnya.

"Anjani, tolong antarkan dokument ini kekantor Asta Karya Regency, kau temui pak Samuel dan serahkan padanya. Rencananya saya ada meeting dengannya hari ini namun terpaksa diundur karena saya mesti menyambut pak Alfian, kebetulan orangnya sudah sudah ada diparkiran jadi saya tak bisa meninggalkan kantor." jelas Pak Jayadi dan mengulurkan map biru ketanganku.

"Siapa pak Alfian pak?" tanyaku kepo.

Pak Jayadi menatapku heran, "saya rasa kau sudah mengetahuinya, bukankah kabar ini sudah tersebar keseluruh kantor? Kalau pemimpin perusahaan yang baru akan datang hari ini?"

Aku manggut-manggut, "Tapi pak, kata teman-teman namanya pak Alan, bukan Alfian." Sanggahku.

"Alan atau Alfian sama saja, nama lengkapnya Alan Alfiansyah Wijaya, putra bungsunya Arman Wijaya."

Aku berpamitan dengan pak Jayadi dan melangkah kepintu keluar, gerakan tanganku memutar kenop terhenti mendengar pak Jayadi memanggilku lagi, "Anjani, maaf ya karena tugas yang saya berikan kau jadi tak bisa ikut berkenalan dengan Pak Alfian, dia ganteng dan kaya loh tapi sayang sudah punya anak."

Aku tertawa mendengar candaan pak Jayadi, sempat-sempatnya ia bergosip, "Nggak apa-apa pak, saya nggak merasa rugi nggak bisa melihat wajah gantengnya big bos, masih banyak waktu kalau bapak nggak mecat saya," pak Jayadi ikut tertawa, aku menutup pintu dan mengambil tasku kemudian berjalan kearah lift setelah melambai cantik pada Ana.

Keluar dari lift tak sengaja mataku menangkap empat orang pria berjas elegan masuk kelift dipojok kanan, lift yang agak kecil itu memang diperuntukkan untuk pimpinan tertinggi diperusahaan ini siapa lagi kalau bukan sang big boss. Aku berhenti melangkah dan mengawasi punggung mereka yang tertelan dipintu lift, mungkin itu rombongan pak Alan aka Alfian, tapi diantara yang empat tadi yang mana orangnya?

Hah! Apa urusanku? Lebih baik kuselesaikan tugasku dan segera pulang kerumah, aku tersenyum mengingat hari ini aku bisa pulang lebih cepat. Kasur mungil dikamar kostku sudah melambai-lambai merayuku untuk menidurinya.

Wuah Alfian siapa ya?? Ada yang bisa menebak???

RATNA ANJANIWhere stories live. Discover now