13. keputusan

3.2K 126 14
                                    

Setelah lama berfikir dengan segala macam tuntutan untuk menikah yang orang tuaku inginkan. Menikah dengan anak sobat lama ayah,  karena ayah telah berhutang Budi dengan sahabatnya itu.

Menikah!  Menikah!  Menikahlah dengan cucu dari sahabat ayah!  Ayah tidak akan salah menjodohkanmu dengan Najla. Dia perempuan yang nyaris sempurna Angga. Menikahlah segera dengan Najla. Kalimat itu terus berulang dibenakku berputar terus bagai kaset kisut yang mempertanyakan atas jawaban dari semua ini.

Aku memperhatikan foto di instagram milik Najla. Ya memang aku sedang menstalk akun instagram milik Najla. Jika diperhatikan Najla cantik dan wajah-nya menenangkan. Sorot mata Indah dan teduh yang tertutup oleh lensa kaca mata tetap sama Indah nya.

Harus ku akui aku jatuh Cinta pada nya. Ternyata benar yang dikatakan oleh kak Ratih 'wajahnya secantik hatinya'.

Aku akan sampaikan pada ayah jika aku akan menikahi Najla segera. Aku melihat ada yang berbeda dari sosok Najla. Dia sangat berbeda dengan yang lain.  Dia sangat spesial.

Aku mengambil handphone ku yang tergeletak diatas kasur. Menggeser kunci layar dan mengetik nama Najla di kontak dan mengirimkan sebuah pesan singkat untuknya aku akan mengajaknya makan entah mungkin dinner berdua.

Setelah mengabari Najla aku bersiap-siap. Mengenakan baju polos putih dengan luaran jaket abu-abu dipadukan dengan celana jeans panjang berwarna hitam dan mengenakan sepatu sport putih dan sebagai pelengkap aku melingkarkan jam tangan rolex seharga 5juta. Tampak santai namun elegant.  Aku langsung menyambar dompet dan kunci mobil menuruni anak tangga. 

Terlihat ayah tengah duduk diruang keluarga bersama dengan ibuku. Mereka melihat kearahku dengan tatapan mengintimidasi.

"Mau kemana kamu Angga, kamu tidak boleh keluar untuk malam ini". Ucap ayah dengan nada tegas tak terbantah.

"Ayah aku mau mengajak Najla dinner sekarang. Serius aku mau pergi sama Najla,  kalau ayah tidak percaya baca saya sms ku dengan Najla". Ucap ku sambil menyodorkan ponsel kearah ayahku.

Akhirnya ayah mengijinkan ku untuk pergi bersama Najla setelah mendapat beberapa nasehat.

Setelah hampir setengah jam akhirnya aku sampai didepan rumah Najla. Aku turun dari mobil dengan suasana hati yang tidak bisa dijelaskan.  Entah mungkin aku merasa bahagia.

Belum sempat aku mengetuk pintu rumah Najla.  Ternyata Najla lebih dulu keluar dari balik daun pintu ukiran tersebut. Najla cantik bagai bidadari yang sangat menenangkan, pembawaan nya yang lembut dan kalem membuat siapapun akan terpesona dengan karisma yang ia pancarkan.

Najla sangat cantik walau hanya mengenakan gamis hitam elegant ditambah kerudung dari brand ternama yang sangat meresap dengan warna kulitnya yang putih bersih dan kaca mata yang tampak Indah dihidung mancungnya.  Make-up tipis itu menambah kadar kecantikan alaminya.

Tuhan ada apa dengan jantungku. Tanpa sadar aku memegang dadaku. Ada gemuruh disanah ada getaran yang aneh didalam sanah. Aku takluk dengan pesona wanita ini.

"Angga kamu kenapa?  Baik-baik saja?". Ia menatapku dengan tatapan khawatir.

"Ehmmm.. Ya tentu aku baik-baik saja. Kamu sudah siap? Mari!". Ucapku sambil mejulurkan tangan kananku bermaksud menggandeng Najla.

Namun yang aku dapatkan senyuman dan gelengan kepala darinya.

"Belum muhrim engga boleh gandengan". Ujarnya sambil tersenyum simpul.

"Yaudah yaudah nanti kalau sudah muhrim bolehkan pegang tangan kamu". Ujarku sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali.

Aku membukakan pintu mobil penumpang untuk Najla dan mempersilahkan nya untuk masuk. Setelah menjalankan mobil ke daerah resto didekat laut. Indah bukan makan malam dengan nuansa laut ditemani angin malam yang terasa menyejukkan namun menusuk.

Angin menerbangkan kerudung najla tipis. Wajahnya terasa Indah dibawah terangnya rembulan. Tapi jujur sinar rembulan masih kalah cantik dengan kecantikan Najla.

Setelah memesan makanan kami. Aku memulai memecah keheningan diantara kami. "Najla aku akan menikahimu segera,  aku ingin kamu mendampingiku aku ingin kamu menjadi istriku dan ibu dari anak-anak ku kelak. Najla Billah Bahri will you merry me?" ucapku sambil menyodorkan sebuah cincin berlian untuk Najla.

Alih-alih menjawab Najla tersenyum dengan manisnya. Lalu berkata "yes,  i will. Aku ingin kamu menjadi imamku menjadikanku satu-satunya wanita dihidupmu". Ia menerima cincin berlian tersebut dan aku memakaikannya dijari manisnya.

Laut,  rembulan, dan malam adalah saksi bahwa aku sudah menjatuhkan pilihanku kepada-nya.

The Doctor My WifeWhere stories live. Discover now