Extra Part (ii)

54K 3.4K 149
                                    

Ana terbangun dari tidurnya. Ia merasakan kepalanya berdenyut, sangat sakit. Segera ia meraih air mineral yang tadi malam ia letakkan di meja nakas samping tempat tidur hotel.

Ya, sudah dua hari Ana dan Adit berada di London, Ibukota dari negara Inggris ini. Tujuannya? Apalagi kalau bukan bulan madu. Bulan madu mereka dilaksanakan satu bulan setelah Ana dan Adit melangsungkan pernikahan dikarenakan setelah menikah, Adit menyelesaikan fellowship-nya terlebih dahulu dan dibarengi Ana yang menyelesaikan pekerjaan kantornya yang menumpuk sejak ia tinggal menikah.

Oh iya kita kembali lagi pada sakit kepala hebat yang menyerang Ana. Jam baru menunjukkan pukul 2 pagi, dan Ana sepertinya ingin memuntahkan isi perutnya. Segera ia berlari ke toilet. Tubuhnya melemah saat cairan bening keluar dari mulutnya. Isi perutnya tak tertumpahkan, hanya cairan yang terus menerus keluar dari mulutnya.

Adit yang menyadari ketidakhadiran Ana disisinya pun akhirnya dapat menemukan keberadaan sang istri di toilet. Ia menepuk-nepuk punggung dan memijat tengkuk istrinya itu. Selanjutnya ia segera keluar untuk mencari minyak kayu putih dan mengambil air hangat.

"Yang, kamu bawa minyak kayu putihnya taruh dimana?" Seru Adit saat ia tak berhasil menemukan minyak kayu putih.

"Di pouch P3K warna merah....... Hoeeekkk..." Ana kembali memuntahkan sesuatu dari tenggorokannya.

Adit yang menemukan minyak kayu putih segera berlari menuju toilet. Setelah Ana membersihkan sudut-sudut bibirnya dari jejak muntah, Adit membimbing Ana menuju ranjang. Dibalurkannya minyak kayu putih disekeliling perut datar Ana, hingga ke punggung. Tak lupa juga ia mengoleskannya ke tengkuk dan sekitar kepala Ana.

"Kenapa? Masuk angin ya?" Adit bertanya kepada istrinya tersebut.

"Ngga ngerti. Nggak enak banget Mas." Ana menjawab lemah. Sepertinya energi yang ia punya sudah habis saat muntah tadi.

"Kamu tadi pake jaket udah tebel kan ya? Kok bisa masuk angin ya?" Adit bertanya heran. Memang saat ini London memasuki musim dingin. Tadi saja Ana dan Adit harus mengenakan jaket berlapis untuk melindungi tubuh mereka dari suhu dingin.

"Kamu mau dikerokin?" tawar Adit yang hanya dibalas gelengan kepala Ana. Adit merengkuh tubuh istrinya dalam pelukannya. Diusap-usapnya punggung istrinya tersebut.

"Besok kita ke dokter aja deh ya Yang? Kayaknya pengaruh jetlag juga deh ini." Adit berspekulasi yang hanya mendapat anggukan dari istrinya.

Sebenarnya Ana tidak pernah mengalami masalah dengan jetlag, secara ia sering bepergian keluar negeri karena tuntutan pekerjaannya. Dan negara yang ia kunjungi juga menghabiskan banyak waktunya berada di dalam pesawat. Jadi, Ana tidak pernah merasakan ada masalah dalam tubuhnya setelah berada dalam pesawat dalam perjalanan yang panjang.

"Kan kamu dokter, kenapa gak bisa meriksa istrinya sendiri?" Ana tiba-tiba mendongakkan kepalanya, menatap Adit lekat-lekat. Adit tersenyum.

"I'm a heart surgeon, not Byebye fever plester. Aku perlu pendapat dokter lain buat mastiin kenapa istri aku begini?" jawabnya kemudian beranjak untuk mengisi gelas Ana kembali dengan air hangat.

"Mas aku pengen bakwan tiba-tiba." Ana memecah keheningan malam dan Adit langsung melotot menatap istrinya tak percaya.

"Jam 2 pagi dan kamu minta bakwan? Ini London sayang bukan di rumah Kemang." Adit mendengus pelan. Takut istrinya tersinggung akan reaksinya.

"Gak tau aku pengen Mas." Rengek Ana. Tak biasanya Ana merengek tiba-tiba begini. Dan ini sudah jam 2 pagi? Yang benar saja!

"Besok aja gimana? Kita nggak punya bahan-bahannya juga Yang. Besok kita belanja dulu dan masak di pantry kamar. Gimana?" tawar Adit. Ana seperti menimbang-nimbang apa yang diucapkan oleh suaminya.

Curing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang