TIGA BELAS - MAS YOGA BERCERITA

40.7K 3.9K 58
                                    

Ana segera melesat meninggalkan meja kerjanya ketika jam ditangannya telah menunjukkan pukul 7 malam. Jari mungilnya lincah memencet tombol lift agar lift tersebut segera bergerak. Tak berapa lama, ia pun sampai di lobby kantornya. Terlihat punggung Adit yang membelakangi motornya sedang berbincang dengan Pak Idris. Ana membalas senyum dan lambaian tangan Adit sesaat setelah Adit menyadari keberadaan Ana.

"Yuk!" Ajak Ana setelah menghampiri Adit.

"Mbak Ana mau kemana atuh? Mobil ditinggal ya Mbak mentang-mentang udah ada yang jemput?" tanya Pak Idris menggoda Ana.

"Hahaha, iya Pak. Aku nitip mobil boleh ya Pak. Ada yang ngerayu minta ngejemput soalnya." Ana menjawab usil dan kemudian melihat perubahan wajah Adit yang bersemu merah.

"Bapak doain langgeng ya Mbak. Biar ga sedih kayak dulu."

"Aamiin Pak." Ana mengamini kemudian segera pamit dengan Pak Idris dan begitupun Adit.

"Kita mau makan dulu Na?" tanya Adit saat motornya berhenti karena tertahan lampu lalu lintas.

"Hmmm, boleh. Tapi aku lagi ngga pengen makan nasi. Gimana?" tanya Ana kemudian.

"Makan di nasi goreng brewok yuk, disana ada bakmi gorengnya." Tawar Adit.

"Siap Pak Dokter!"

***

"Na, jangan lupa kabarin ya kalo udah nyampe Cannes. Jangan dianggurin akunya." Ujar suara dari sebrang sana. Tebak! Suaranya siapa?

Siapa lagi kalau bukan dokter bedah yang paling terkenal se-ibukota namun paling menye-menye se-lingkup dunia Ana.

"Iya Adit. Boarding aja belum udah banyak aturan ya."

"Lah daripada pas udah berangkat malah ilang, mending bikin peraturan sekarang kan?" tanyanya lagi.

"Serah lu dah. Btw masih di RS? Udah jam 11." Tanya Ana selanjutnya sambil melirik jam ditangannya yang telah menunjukkan pukul 11 malam.

"Hmmm, masih Na. Ada pasien yang kemarin habis pasang ring di jantungnya. Kondisinya belum stabil, aku ngga berani ninggalin soalnya dokter lain pada ngga bisa jaga malam." Jawab Adit. Ada nada letih dalam suaranya. Duh pengen deh Ana peluk-peluk deh biar ngga gitu suaranya.

"Yaudah, jangan lupa makan ya. Jangan ngopi mulu loh. Kamu dokter kok hobinya ngopi." Ana mengingatkan. Adit sangat maniak kopi. Kayaknya selama sebulan kemarin mereka nge-date sih Adit selalu ngajak ke kafe dulu sebelum makan besar. Dan dengan kebiasaan, Adit pesan jenis kopi yang berbeda-beda setiap datang, dan Ana yang setia dengan greentea latte nya.

"Udah makan, tapi ngga enak ngga ada kamunya." Sahut Adit.

"Kan, si manja mulai lagi." Ana mendengus sebal menghadapi tingkah polah kekasihnya ini. Duileee kekasih ya.

"Na, mau peluk." Suara Adit berat. Campuran antara ngantuk, lelah, dan rindu.

"Sabar ganteng, masih belum berangkat loh ini." Ana menanggapi melas suara lelaki tampannya ini.

"Na, beda berapa jam?" tanya Adit lagi.

Curing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang