SATU

138K 7.4K 69
                                    

"Naaa!" 
Teriak Tisa melengking membuat gema di plenary hall televisi swasta tempat mereka bekerja. Saat ini mereka  memang sedang menyiapkan acara malam penghargaan untuk profesi mulia yang diselenggarakan oleh stasiun televisi swasta tersebut. 

"Apasih Tis? Pake handy talkie aja gabisa? Berisik tau ngga?" Runtuk Ana sebal. 

Tisa memusatkan pandangannya ke wanita yang sedari tadi ia teriaki dan langsung memeluknya, membuat Ana berusaha melepaskan diri dari pelukan Tisa yang tiba-tiba. 

"I'm so proud of you Na, Really." Urai Tisa dengan berkaca-kaca. 

"Lu kenapa sih? Tadi teriak kayak kesetanan, sekarang nangis kayak anak kecil lepas balonnya." Maki Ana sebal. 

"Lu-lu, dapet undangan ke Cannes Film Festival Na! Ya Allah Ya Allah, Allahuakbar!" Jerit Tisa lagi. 

Tangan Ana yang tadinya hendak melepas pelukan Tisa mendadak terdiam. Sekujur tubuhnya terasa beku, badannya mematung. Ia menganggap bahwa saat ini raganya sedang tidak bersatu dengan jiwanya. 

'Apa? Cannes? Gue sehat kan ini?' 

"Lu dapet undangan dari Mas Yoga Na, lu salah satu yang berangkat bareng Mba Haftia, Bu Susy, dan Pak Leo." Jelas Tisa lagi. 

Ana memicingkan mata dengan sorot tak percaya kepada sahabat sekaligus rekan kerjanya tersebut. Tisa yang dapat menangkap sinyal ketidakpercayaan Ana atas ucapannya itu dengan sigap angkat suara. 

"I'm serious Ana. Gue SERIUS!" Tisa meninggikan suaranya. "Coba lu tanya Mas Yoga diruangannya kalo lu gak percaya."

Ana kemudian segera berlari meninggalkan plenary hall untuk menemui Direktur nya. Sesampainya di depan meja sekertaris sang direktur, Mba Andari sekertaris Mas Yoga kemudian berseru, "Na dari tadi dicari Mas Yoga." Mas Yoga ialah Direktur stasiun televisi tempat Ana bekerja. Usianya sudah menginjak kepala 4, namun ia menolak untuk dipanggil bapak. Bahkan anak magang-pun dianjurkan untuk memanggil Yoga dengan sebutan 'Mas' didepannya. Usia Mas Yoga memang sudah tak muda, namun jangan ditanya parasnya, bak eksmud yang baru masuk usia 30 tahunan. Gaya bicara dan pemikirannya pun sangat amat familiar dengan para karyawannya yang rata-rata berusia 22 hingga 30 tahunan. 

Ya memang perusaahan televisi sangat membutuhkan karyawan dengan usia muda, kebanyakan mereka mencari fresh graduate karena masih memiliki banyak ide segar dan gila yang nantinya akan memanjakan penonton televisi tersebut. Apalagi persaingan di dunia televisi saat ini sangatlah ketat dengan rating penonton yang sangat fluktuatif. 

Ana sendiri merupakan lulusan ilmu komunikasi salah satu universitas negeri di Jawa Barat. Sejak 5 tahun lalu, ia sudah mengabdikan diri untuk bekerja sebagai karyawan televisi tersebut. Awal karirnya dimulai dengan menjadi staff muda yang kemudian ditempatkan sebagai staff talent. Karena kinerja Ana yang memukau, akhirnya ditahun kedua, Mbak Indria, produser program fashion menempatkan Ana menjadi asisten produser, dan ditahun berikutnya Ana didaulat Mas Yoga untuk mengisi kekosongan creative producer program fashion tersebut karena creative producer yang sebelumnya, Mbak Naitara harus resign setelah menikah. 

Ana mengetuk pintu ruangan Mas Yoga sebelum akhirnya masuk. Mas Yoga yang menyadari keberadaan Ana kemudian mempersilahkan Ana duduk. 

"Kamu tuh dari mana sih Na, saya tunggu dari tadi ngga nongol-nongol." Ucapnya tersenyum sambil menyeruput tehnya. 

'Duh senyum mu mas bikin deg-deg serrr' batin Ana dalam hati. 

"Eh, dari plenary hall mas. Persiapan acara ntar malem." 

Curing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang