7. I'm (Not) Fine

Start from the beginning
                                    

"Lo pikir gue gak tau Ken? Gue tau lo sering jalan sama Amel, lo sering nganterin Amel pulang! Gue sering lihat lo boncengan sama Amel. Tapi gue gak pernah bilang sama lo, karena gue percaya kalau lo gak akan khianati gue! Tapi apa sekarang? Dengan apa yang udah gue lihat tadi di kantin? Apa lo mikir perasaan gue kayak gimana saat itu juga?!" jelas Naomi yang sedikit berteriak didepan wajah Ken meluapkan segala emosinya yang kini semakin memuncak.

Ken hanya bisa diam, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan melihat Naomi yang marah seperti ini.

"Gue—" ucapan Ken terhenti saat Naomi kembali berbicara.

"Gue gak butuh alasan lo! Gue gak butuh kata maaf dari lo kalau akhirnya lo ulangi kesalahannya." Ucap Naomi tidak membiarkan Ken berucap sama sekali. Naomi sudah terlalu muak dengan semua alasan dan kata maaf dari Ken. Naomi sudah sering mendengar semuanya.

"Gue mau tanya sama lo, apa lo sayang sama gue Ken?" Tanya Naomi yang masih terisak, berusaha meredakan emosinya.

Ken terdiam sesaat, membuat Naomi tertawa hambar. "Bahkan buat jawab gitu aja, lo diem Ken!"

"Gue sayang sama lo, Naomi!"

"Sayang? Rasa sayang apa yang udah lo kasih buat gue?"

Ken mengusap wajahnya gusar dan menghela napasnya, "Gue tau, gue bukan orang yang selalu mengungkapkan perasaan lewat ucapan." ucapnya menatap Naomi yang kini juga menatapnya.

"Gue bukan cowok romantis seperti yang lo inginkan. Gue cuma berandalan yang bodoh sama semua hal. Bahkan soal perasaan pun gue bodoh!" jelas Ken akhirnya.

"Gue gak nanya soal itu!" Naomi menghela napasnya, "Gue cuma nanya, apa rasa sayang yang udah lo kasih buat gue selama kita pacaran?!" kesal Naomi menatap Ken dingin.

Lagi-lagi Ken hanya diam, membuat Naomi tersenyum sinis.

"Gue cuma pengen lo buktiin rasa sayang lo sama gue Ken. Itu aja, nggak lebih! Gue cuma pengen lo ngertiin perasaan gue, selama ini cuma gue yang selalu ngertiin perasaan lo tanpa lo tau gimana sakitnya hati gue diacuhkan!" Ucap Naomi menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya.

Naomi menarik napasnya dalam, "Lebih baik, kita masing-masing aja dulu. Kita cuma butuh waktu untuk saling introspeksi diri sendiri. Gue gak mau nyalahin lo terus dan buat lo ngerasa bersalah sama sikap gue yang kayak anak kecil."

"Naomi." Panggil Ken mencoba memegang tangan Naomi tetapi ditepisnya pelan.

"Makasih untuk lima bulan ini, Ken." Ucap Naomi tersenyum dan meninggalkan Ken yang masih diam mematung mencerna semua ucapan Naomi.

***

Ken menatap langit di balkon kamarnya. Ia duduk di kursi yang ada di balkonnya sambil menghisap rokoknya yang diapit di kedua jari telunjuk dan jari tengahnya. Ia terus mengingat semua ucapan Naomi kepadanya yang terus terputar di otaknya. Otaknya seolah tidak bekerja saat itu. Ken merasa bersalah atas semua sikapnya selama ini kepada Naomi.

Ken tidak ingin kehilangan orang yang disayanginya untuk kedua kalinya karena sikapnya yang tidak berubah. Sudah cukup ia ditinggalkan oleh seseorang di masa lalunya, ia tidak ingin semuanya harus terulang kembali.

Ken menghela napasnya lalu membuang rokoknya yang sudah hampir habis itu dan menginjaknya sampai padam. Tiba-tiba saja ia mengingat perkataan Naomi yang selalu melarang dirinya untuk merokok. Naomi tidak suka melihat Ken merokok. Perempuan mana yang suka melihat sang kekasihnya merokok, itu sama saja membunuhnya secara perlahan.

Ken masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela balkon kamarnya. Ken duduk di samping sisi ranjang dekat nakas, mengambil sebuah benda pipih dan menekan nomor seseorang untuk dihubunginya.

"Halo, ada apaan Ken?" tanya suara dari arah seberang sana.

"Roy, temenin gue ke tempat biasa. Sekarang!"

"Gila ya lo! Jaga kesehatan lo, kambing!"

Ken berdecak, "Udah buruan sekarang cabut!"

"Gue gak mau!"

"Kali ini aja, Roy! Gue mohon." Ucap Ken dengan nada yang sedikit berbeda, seperti ada luka didalam nada itu. Sedetik kemudian Ken langsung memutuskannya begitu saja setelah mendengar helaan napas dari sahabatnya itu.

Ken memakai jaket kulit berwarna cokelat yang melekat pas dikulit putihnya. Lalu menyambar kunci motor ninjanya yang terletak diatas nakas dan langsung membuka pintu kamarnya menuruni tangga.

"Ken, kamu mau kemana sayang? Ini kan sudah malam, Nak." Tanya lembut seorang wanita paruh baya yang menghampiri Ken saat Ken berada dianak tangga kedua.

Ken tersenyum saat Renata—mamanya menghampirinya dan mengusap kepalanya.

"Ken mau keluar dulu, Ma, sebentar." jawab Ken tersenyum sambil menggenggam tangan mamanya itu.

Renata tersenyum melihat putra tunggalnya yang sudah besar ini. "Anak Mama sudah besar ya, pasti mau main ke rumah Naomi deh." canda sang mama terkekeh.

"Nggak kok Ma. Ken mau ke rumah Roy dulu sebentar." jawab Ken yang masih tersenyum lembut kepada mamanya.

"Mama kok belum tidur?"

"Tadi Mama habis nonton tv dulu sama Bi Inah."

Ken tersenyum, "Yaudah deh, Ma, Ken berangkat dulu ya." Pamit Ken mencium tangan Renata lalu mencium kening wanita yang sangat disayanginya itu.

"Ken sayang Mama!" Ucap Ken melambaikan tangannya sambil berlari kecil ke pintu utama dirumahnya. Renata tersenyum, sedetik kemudian ia meneteskan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air matanya itu dan melangkah menaiki tangga.

Ken memakai helm dan menaiki motor ninjanya. Menyalakan mesin, dan melajukan motornya melewati gerbang pelataran rumahnya,membelah jalanan kota jakarta.

***

NOVEL STAY WITH ME SUDAH BISA DIDAPATKAN DI SHOPEE GRASSMEDIA!

Stay with MeWhere stories live. Discover now