11th Case : Among Belladona

819 65 20
                                    


(The little snow

falling down

falling down

deep into the sea.)

Di suatu pagi, salah satu penghuni kamar itu terjaga. Kedua kakinya diayun, menjejak ke lantai. Kedua matanya mengerjap dan selayaknya nona muda, ia menutup mulut saat menguap. Gadis itu melirik ke jendela. Cahaya pagi masih buram. Dia bangun terlalu pagi. Mungkin sebaiknya dia tidur lagi, pikirnya memutar arah langkah. Iris biru menangkap satu ranjang yang tirainya tertutup semua. Gerakannya terhenti. Raut wajahnya menunjukkan gejolak batin. Sedikit ragu, kakinya berjalan mendekat.

Tangannya terulur, menyibak tirai.

Di suatu pagi, gadis bermata biru berdiri dalam keterkejutan.

"...Atropa?"

(Jatuh, jatuh, jatuh, salju kecil.

Ia bernyanyi,

di antara keheningan pohon pinus.)

Seperti putri tidur.

Teman-teman sekamarnya terbangun semua. Melihat dan berjalan mendekat. Bertanya-tanya dan heran. Berkumpul di tiap sisi dan menatap. Namanya dipanggil dengan suara selembut sutra.

Ada ketenangan yang aneh, mereka merasakannya. Ketenangan yang takut mereka pecahkan.

Seperti putri tidur,

tenggelam dalam ketenangan yang tak bisa dihancurkan.

(Tenggelam, tenggelam, tenggelam, salju kecil.

Tangan kecil menggapai butiran salju dari langit.

Permata kelabu berkerling takjub.)

Panggilan-panggilan yang tidak terjawab di suatu pagi yang temaram.

Mereka bertanya-tanya, kenapa ia tidur tanpa melepas jubahnya dulu?

Mereka menerka-nerka, kenapa wajahnya terlihat kusam dan lecet?

Mereka tersenyum geli melihat cara tidurnya. Seperti putri tidur, mereka saling berbisik. Ketenangan yang aneh mungkin sudah menarik mereka untuk hanyut dalam perasaan damai saat melihat wajah gadis itu.

Tampak tenang, dan damai.

Sangat menyenangkan untuk dilihat terus-menerus. Teman-temannya sepakat untuk membiarkannya tidur lebih lama lagi.

Mereka tersenyum lembut.

(Anak usia 3 tahun itu menoleh sedikit.

Sedikit aba-aba dalam hati,

dan ia berlari jauh.

Di tengah-tengah jajaran pohon pinus yang menyambut tiap jejak kakinya.)

Badannya terlentang lurus.

Helaian-helaian berwarna putih tersebar rapi seperti sayap burung.

Mungkin dia memang seorang aristrokrat sejati, kepalanya tegak dan tampak anggun di atas bantal.

Jubah Slytherin yang belum dilepas, terpasang seperti mantel velvet raja di tubuhnya.

Kedua tangannya terhubung di atas perut.

Seperti putri tidur saja.

("What a nice dream,"

pujinya sungguh-sungguh.)

ATROPA : The Disappearance of Magic (completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora